Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 18 - 3
Yi Zhou bergegas pulang dan membuka buku diary-nya Xia Lin dan mengonfirmasi kalau itu memang gambar yang dibuat Xia Lin. Gambar beruangnya sama persis seperti yang digambar Xia Lin di buku diarynya.
Tapi apa yang sebenarnya ingin Xia Lin sampaikan melalui gambar ini? Dia mencoba memikirkannya dan saat itulah dia melihat catatan Xia Lin di buku diary-nya yang kontan mengingatkannya akan kencan mereka dulu.
Waktu itu, Xia Lin ingin melihat pertunjukkan lumba-lumba, tapi Yi Zhou ngotot agar mereka jangan terlalu terburu-buru untuk melakukan segalanya agar mereka bisa menikmati kencan mereka sepenuhnya.
Mereka bisa menontonnya lain kali. Dia bahkan janji akan membawa Xia Lin ke laut saja agar dia bisa melihat lumba-lumba dan juga matahari terbit dan terbenam.
Seketika itu pula Yi Zhou punya ide tentang keberadaan Xia Lin. Dia langsung menelepon polisi tapi kemudian dia berangkat sendirian ke sana.
Ah Nan menyeret paksa Xia Lin keluar dari kamarnya lalu mengikat tangannya lagi. Dia tahu betul kalau gambar kartun yang Xia Lin bat itu adalah petunjuk untuk Yi Zhou, jadi sebentar lagi Yi Zhou pasti akan datang kemari.
"Kalau kau tahu, terus kenapa kau tetap memberikannya pada Ling Yi Zhou?"
"Kan sudah kubilang, akan kubiarkan kau bertemu dengannya setelah aku puas bermain. Sudah saatnya aku, sang sutradara, menutup tirai panggung. Sebentar lagi dia akan datang."
"Apa kau tidak takut kalau dia akan membawa polisi bersamanya?"
"Polisi? Mereka mungkin sedang terjebak macet di jam segini. Apa kau tidak tahu betapa parahnya kemacetan di Gangdong?"
"Apa kau mengacaukan sistemnya (lalu lintas)?"
"Aku cuma tidak ingin diganggu oleh pihak ketiga."
Xia Lin sungguh tidak mengerti. Kenapa sebenarnya Ah Nan melakukan semua ini? Ah Nan santai, sebentar lagi juga dia akan tahu.
Yi Zhou akhirnya muncul saat itu juga, lebih cepat dari dugaan Ah Nan malah. Xia Lin kontan panik menyuruh Yi Zhou pergi saja, ini jebakan.
Yi Zhou jelas menolak. "Jangan takut, Mumu. Aku pasti akan membawamu pulang."
Tapi saat Yi Zhou hendak mendekat, Ah Nan kontan mengacungkan senjatanya ke Xia Lin. Dia memang mengizinkan Yi Zhou datang, tapi dia tidak pernah mengizinkan Yi Zhou untuk membawanya pergi.
"Karena aku sudah datang, aku tidak akan pergi dengan tangan kosong."
"Ling Yi Zhou, akulah yang berkuasa di sini. Kau itu cuma tikus yang kupermainkan."
Yi Zhou tak gentar. "Aku lebih inferior dibanding gaya bermainmu yang berbahaya ini. Karena itulah aku merasa kau lebih cocok disebut sebagai
'tikus liar'."
Ah Nan emosi, Yi Zhou pikir kalau dia tidak bakalan berani bertindak. Bukankah Yi Zhou takut kalau tangannya tiba-tiba gatal jika Yi Zhou terus-menerus memprovokasinya?
Dia lalu menyuruh Yang Tong untuk merekam segalanya, karena dia sudah janji pada ibu mereka yang tercinta kalau dia akan mengiriminya hadiah besar.
Yi Zhou mengingatkan bahwa kalau dia ingin balas dendam demi ibunya, maka seharusnya dia menarget orang yang menghancurkan keluarganya. Kalaupun Ah Nan merasa bahwa dialah yang harus membayar hutang ibunya, maka seharusnya Ah Nan menargetnya saja.
"Lepaskan Mumu, dia tidak bersalah."
"Bagaimana kau tahu kalau aku tidak pernah membalas dendam padanya? Kalau saja wanita itu tidak mencuci otak ayahku, aku tidak akan berakhir jadi gelandangan seperti sekarang ini!"
Oh, Yi Zhou mengerti. Jadi Ah Nan melampiaskan dendam pada Yi Zhou karena dia gagal membalas dendam pada Ibu? Yi Zhou baru sadar kalau Ah Nan ternyata sangat tidak kompeten.
Ah Nan jadi tambah emosi mendengarnya. Yi Zhou bilang dia apa? Tidak kompeten? Yi Zhou sendiri tidak mampu melindungi wanitanya, jadi Yi Zhou tidak punya hak untuk menyebutnya tidak kompeten!
"Kau itu cuma alat untuk balas dendamku. Selama bertahun-tahun ini, aku selalu mencari cara untuk membuat wanita itu menderita, sampai akhirnya dia mengetahui kalau ternyata dia masih peduli padamu."
Dalam flashback, kita melihat bagaimana Ah Nan beberapa kali membuntuti Ibu yang berusaha mendekati Yi Zhou, dan setiap kali itu pula dia melihat Ibu menderita karena Yi Zhou selalu menolaknya.
Dari situlah dia mengetahui kalau ibu tirinya itu ternyata masih menyayangi putra yang pernah dicampakkannya dulu. Makanya Ah Nan bertekad untuk membuat Yi Zhou menderita agar Ibu juga jadi semakin menderita.
"Lalu apa perlu kau menyeret Mumu ke dalam semua ini? Bukankah lebih mudah jika kau langsung menyerangku?!"
Ah Nan menyadari kalau Yi Zhou sebenarnya sama seperti ibunya. Mereka berdua sama-sama rela melakukan apapun demi cinta.
"Bedanya, kesembronoannya menghancurkan hidupku! Makanya sekarang, aku akan menghancurkan hidupmu juga!"
Ah Nan langsung mengarahkan senjatanya ke Xia Lin. Tapi untunglah Yang Tong masih punya hati dan langsung mendorong Ah Nan. Pistol itupun langsung terjatuh dan Yi Zhou sontak menghajar Ah Nan sebelum dia sempat mengambilnya.
"Nan Jin Tian, kau cuma seorang pecundang tanpa senjtamu."
Kedua pria itu kontan saling menghajar dan berebut pistol, tapi pada akhirnya, Ah Nan berhasil menguasainya kembali lalu mengarahkannya ke Yi Zhou.
"Game over."
Tapi Ah Nan tiba-tiba mengalihkannya ke Xia Lin lalu menarik pelatuknya. Tapi seketika itu pula semua orang tercengang.
Xia Lin baik-baik saja, karena ternyata Yi Zhou bergerak cepat menjadikan dirinya sebagai tameng pluru itu menembus dirinya. Yi Zhou langsung roboh dalam pelukan Xia Lin.
Ah Nan tidak suka, endingnya tidak seharusnya begini. Kenapa Yi Zhou mengubah skenarionya?! Seharusnya Xia Lin lah yang terbaring tak berdaya di tangan Yi Zhou sekarang ini. Dengan begitu, Yi Zhou akan hidup bagai mati dan Ibu akan hidup bagai di neraka.
"Kau sudah membalaskan dendammu, lepaskan dia."
"Begini saja. Karena kalian suka mengubah skenarioku. Baiklah, mari kita ubah saja endingnya. Kalian berdua akan mati bersama."
Xia Lin tidak peduli, asalkan mereka bisa bersama, dia tidak takut apapun. Tembak saja. Ah Nan kontan ngakak sinis, baiklah.
Tapi syukurlah tiba-tiba terdengar suara sirene polisi sebelum dia sempat melakukan apapun. Yang Tong cepat-cepat menyuruh Ah Nan pergi dan biarkan dia sendiri yang menanggung semua kesalahan.
Melihat Yi Zhou sudah semakin sekarat, Ah Nan akhirnya menyerah. Dia sendiri yang akan mengirimkan berita kematian Yi Zhou pada Ibu nanti. Dengan begini, permusuhan di antara mereka berakhir.
"Kalau begitu, selamat tinggal." Ah Nan langsung pergi dengan riang.
Dengan sisa tenaganya, Yi Zhou meminta Xia Lin untuk berjanji agar dia tetap bertahan hidup. Xia Lin menangis menolaknya, dia tidak bisa hidup tanpa Yi Zhou.
"Kita bahkan akan punya anak, apa kau tega membiarkan anak ini lahir tanpa ayah?" Isak Xia Lin. Tapi Yi Zhou sudah tidak kuat lagi dan pingsan seketika. Xia Lin kontan menangis histeris dan memohon-mohon agar Yi Zhou tidak meninggalkannya seorang diri.
Epilog:
Setelah gagal menemukan Xia Lin waktu itu, Yi Zhou kembali ke rumahnya yang gelap dan kosong, rumah yang penuh kenangannya bersama Xia Lin. Dia membuka buku diary-nya Xia Lin dengan sedih saat tiba-tiba Pi Dan datang sambil menggonggong.
"Pi Dan, apa kau merindukan Mumu juga?"
Bersambung ke episode 19
3 Comments
Akhirnya ketemu juga xia ling, kasihan si tua ling. Mudah2an gak apa2.
ReplyDeleteSemangat mba, jangan lama-lama ya updateannya ...
Semangat...Lanjut....
ReplyDeleteLanjut Semangaaaattt. ....
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam