Saat Dao membangunkannya keesokan harinya, Jee langsung bingung menayakan ibunya. Dao bingung, bibi kan tidak kemari. (Hah? Masa cuma mimpi?) Tapi Jee masih bisa merasakan tamparan Khun Ying di pipinya.
Dao langsung cemas melihatnya, apa yang terjadi? Tapi Jee tak mau membuatnya cemas dan cuma pura-pura mengeluh kelaparan.
Dao langsung gemas memukulinya dengan bantal, bikin orang khawatir saja! Tapi begitu sendirian di kamar mandi, Jee langsung menangis diam-diam.
Dalam kasus perceraian yang ditanganinya, Thit memberitahu lawannya bahwa kliennya (si suami) bersedia bercerai. Tapi ia hanya sanggup memberi si istri uang sebesar 50.000 baht.
Si istri tidak terima dikasih setengah dari jumlah tuntutan uang tunjangannya dan bersikeras minta full. Tapi Thit mengoreksi bahwa kliennya tetap menolak memberikan uang tunjangan. Uang 50 ribu baht itu adalah uang kompensasi yang hanya akan dibayar satu kali.
"Atau anda bisa menggunakannya untuk menutup mulut seseorang. Terserah anda." Sindir Thit.
"Menutup mulut siapa? Jelas-jelas dia punya selingkuhan!" Kesal si istri.
Jane muncul tak lama kemudian dengan membawa seorang wanita muda. Wanita itu adalah wanita yang dituduh si istri sebagai selingkuhan suaminya.
Si istri tampak canggung dengan kedatangan wanita itu. Tapi dengan cepat dia menguasai dirinya dan tanya apakah pengacaranya yang memanggil wanita itu untuk jadi saksi? Baguslah. Si istri bersumpah akan mengekspos perselingkuhan mereka dan menuntut uang lebih banyak sampai si suami bangkrut.
Thit meralat. Dialah yang memanggil wanita ini. Dan wanita ini datang bukan sebagai saksi, tapi sebagai kreditor. Bukankah si istri punya hutang 20 ribu baht pada wanita ini?... uang yang si istri janjikan untuk pura-pura jadi selingkuhan suaminya.
Saat si istri bersikeras menyangkal, Thit dengan santainya bertanya, haruskah dia memanggil tetangga si istri yang ternyata selingkuhan si istri sekaligus orang yang merekomendasikan wanita ini padanya? Si istri langsung terdiam ketakutan mendengarnya.
Saat mereka keluar dari sana, Jane mengaku kalau awalnya dia sempat mempercayai si istri dan berharap dia akan memenangkan kasus ini. Tapi sekarang dia merasa malu.
"Kasus ini mengajarimu untuk tidak menggunakan umur atau gender untuk memutuskan. Karena mereka yang tampak lemah lah yang biasanya penyerangnya."
Tepat saat itu juga, Pan mengejar Nenek Jan yang sedang berniat mengejar Thit. Ternyata Nenek Jan mau minta bantuan Thit, tapi Pan tidak setuju karena Thit kan tidak mengenal mereka.
"Memangnya kenapa? Mereka bilang kalau pengacara ini orang baik dan membantu orang miskin!"
Pan terus saja ngotot berusaha menghentikan Nenek Jan sampai Nenek Jan kesal dan langsung mendorongnya sampai Pan terjatuh.
"Pak Pengacara, tolong bantulah aku." Pinta Nenek Jan.
Di kantor, Ayah Piak diberithu bahwa channel TV tidak setuju dengan pilihan nang'ek untuk lakorn terbaru mereka. Tapi menurut Piak, Baiyok cocok banget buat lakorn ini.
Dia bahkan berusaha memaksa Chaiyan untuk sependapat dengannya, tapi Chaiyan tak menanggapinya dan langsung mengalih topik membatalkan pertemuan dengan tim design kostum soalnya dia mau melihat lokasi syuting dulu.
Piak langsung ngambek mendengarnya. Menyadari ketegangan situasi ini, Ayah berinisiatif menyuruh Piak untuk ikut bersama Chaiyan meninjau lokasi besok. Piak jelas senang. Chaiyan yang tidak senang, tapi tidak berani membantah.
Begitu rapat usai, Piak berterima kasih pada Ayah. Tapi Ayah memperingatkan kalau dia hanya bisa membantu Piak sekali ini. Jika lain kali dia menyakiti seseorang lagi, maka Ayah tidak akan membantunya lagi.
Tapi percakapan mereka terpotong singkat saat Sekretaris Ayah muncul memanggil Ayah dan memberitahunya ada kabar baik. Dia melapor bahwa channel TV menginginkan Jee sebagai nang'ek lakorn baru mereka.
Sekretaris senang, bukankah ini kabar baik? Tapi Ayah cemas. Jelas ini kabar buruk baginya dan menyuruh Sekretaris untuk menghubungi channel TV dan bilang kalau mereka akan mengganti nang'ek-nya dengan nang'ek lain.
"Err... tapi saya rasa itu tidak mungkin."
"Kau harus mencobanya. Kalau Jee membintangi lakorn lain yang harus disutradarai oleh Chaiyan, maka ini akan berubah jadi drama action dan perang!"
Dao kembali ke perpus untuk mengembalikan buku yang dipinjamnya. Tapi dia penasaran, apakah orang yang menunggu buku ini (Jate yang belum selesai membaca buku itu), masih menunggu buku ini?
Pustakawan membenarkan. Malah orang itu ada di sini hari ini. Dia pasti ingin meminjamnya setelah Dao mengembalikannya. Dao langsung penasaran dengan orang itu.
Alih-alih membaca bukunya, Jate ternyata masih sibuk memandangi fotonya bersama Jee. Tiba-tiba dia punya ide lalu mengetik sms ke Jane. Dia beralasan kalau dia mau mengirim foto-foto mereka ke Jee, jadi apa Jane tahu ID Temannya Dao itu?
Tapi dia ragu sebelum mengirimkannya. Bisa-bisa Jate bakalan menggodainya. Akhirnya Jate mengurungkan niatnya itu dan tertidur.
Saat Dao sedang memilih-milih buku, kebetulan dia lewat di dekatnya Jate dan tak sengaja menjatuhkan buku-bukunya hingga mengagetkan Jate. Dao kaget banget bertemu dengannya sampai cegukan.
"Apa kau sering kemari?" Tanya Jate.
Belum sempat menjawab, Dao mendadak cegukan lagi. "Tidak sering, cuma sekali atau dua kali seminggu."
Jate mengaku kalau dia juga sama. Tapi melihat Dao cegukan terus, Jate berinisiatif mau membelikannya minuman. Tapi Dao bingung, bagaimana caranya? Di perpus kan tidak boleh makan dan minum?
"Kurasa aku punya cara." Ujar Jate lalu pergi.
Jadilah Dao sendirian lagi, tapi cegukannya malah semakin parah. Saat tengah mengelilingi rak, Jate mendadak muncul di hadapannya. Dao kontan kaget dibuatnya, apalagi wajah Jate sangat dekat ke wajahnya.
Tapi ternyata kemunculan dadakannya itu adalah taktik untuk menghentikan cegukannya Dao dan berhasil. Cegukannya Dao berhenti seketika.
Tepat saat itu juga, pustwakan muncul. Dia tidak menyangka kalau mereka berdua saling mengenal. Dao bingung apa maksudnya.
Pustawakan pun menjelaskan bahwa Dao adalah orang yang mengembalikan tiket konsernya Jate dan Jate adalah pemilik tiket konser itu.
Dao senang "Kebetulan sekali."
"Kurasa ini bukan sekedar kebetulan. Ini pasti takdir."
Tapi saat mereka keluar dari perpus, cegukan Dao kumat lagi. Malu, Dao pun cepat-cepat pamit. Tapi tiba-tiba Jate tanya apakah dia boleh add friend Dao?
Saking kagetnya, cegukan Dao kontan terhenti. Jate mengaku kalau dia juga ingin add friend Jee dengan alasan mau mengirimkan foto-foto mereka. Dao mengiyakannya saja saking bahagianya lalu memberikan ponselnya ke Jate.
Di tempat lain, Jee tampak ketakutan dan melarikan diri entah dari siapa. Setelah memastikan pengejarnya belum nampak, Jee pun bergegas menyembunyikan dirinya.
Tiba-tiba tampak ada beberapa orang yang mendekati sebuah kurungan ayam yang ditutupi karung goni. Mereka menghitung 1-2-3 lalu membuka kurungan itu dan...
"KETANGKAP!" Teriak anak-anak heboh.
Wkwkwk! Ternyata Jee sedang main petak umpet sama-sama anak-anak. (Adegannya tegang banget. Kukira dia dikejar-kejar penjahat)
"Oi! Kukira kalian tidak akan bisa menemukanku. Ayo, siapa berikutnya?"
Anak-anak sontak ribut sendiri, tak ada yang mau dan saling nunjuk-nunjuk. Jee cepat-cepat melerai mereka dan berinisiatif jadi pencarinya.
Anak-anak langsung ribut mencari tempat sembunyi, tapi tiba-tiba Jack dan Bomb saling tubrukan dan membuat kaki Jack lecet.
2 anak lalu mengantar Jee ke rumah Bibi Wadee dan memberitahunya bahwa P3K ada di kotak hitam. Tapi ujung-ujungnya mereka malah ribut sendiri tentang letak P3K. Jee cepat-cepat menengahi mereka, dia akan mencarinya sendiri, mereka pergi saja awasi Jack.
Jee memang menemukan kotak hitam, tapi isinya bukan P3K, melainkan barang-barang peninggalan Tiw dan foto pasangannya bersama Thit.
Jee penasaran membuka salah satu album foto yang penuh berisi foto-foto Tiw dan Thit. Tapi saat dia hendak mengembalikannya, tiba-tiba ada sebuah surat yang terjatuh dari dalamnya. Dan ternyata itu suratnya Tiw untuk Thit.
Dalam surat itu, Tiw terlebih dulu membahas tentang alasan Thit memilih buku dan pensil sebagai souvenir pernikahan mereka karena Thit bilang kalau dia seperti pensil yang menulis dalam bukunya (hidupnya) yang kosong. Tapi bagi Tiw, Thit juga seperti sebuah pensil yang melengkapi bukunya yang kosong.
"Kau bilang aku lebih daripada hatimu dan nafasmu. Thit, tahukah kau bahwa kau adalah hidupku juga. Apapun yang terjadi di masa depan, aku tahu kau tidak akan pernah meninggalkanku. Dan aku janji kalau aku juga tidak akan pernah meninggalkanmu."
"Kita akan tersenyum saat yang lain terluka dan saling mem*luk satu sama lain saat kita merasa ingin menyerah dan saling bergandengan tangan sampai kita meninggal di usia tua. Terima kasih karena kau memberiku kehormatan dengan memilihku sebagai partner hidupmu. Terima kasih karena telah membuatku menjadi wanita yang paling beruntung untuk menghabiskan sisa umurku bersamamu."
Tepat saat itu juga, Thit tiba-tiba datang dan langsung kesal memergoki Jee membuka suratnya Tiw. Dia sontak merebut surat itu, tapi malah tak sengaja membuatnya robek jadi dua.
Kesal, Thit sontak melempar Jee keluar sampai membuat Jee terbentur pintu. "Apa mengambil nyawa kekasihku belum cukup sampai kau harus menghancurkan barang-barangnya juga?! Sekarang ini, sudah tidak ada yang bisa kau hancurkan kecuali hidupku. Apa kau ingin menghancurkan hidupku juga? Hah?!"
Jee cuma bisa diam denga mata berkaca-kaca. Thit kontan mendorongnya keluar dengan kesal. Tapi Jee tidak langsung pergi dan diam-diam mengintip Thit yang menangis.
1 Comments
Akhirnya dilanjuut jgk walo agak lamaa... Makasih min yg baik hati lanjuut smpe slese yak...ditunggu... Senangaaat...😍😍😍
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam