Sinopsis Accidentally in Love Episode 19 - 1

 Sinopsis Accidentally in Love Episode 19 - 1

Feng dan yang lain sedang menonton video demo iklan bawah air itu. Feng benar-benar telah berhasil mengatasi traumanya, dia bahkan tampak tersenyum di dalam air.


Presdir Wang senang dengan hasilnya, Feng melakukannya dengan baik, ekspresinya juga bagus. Daniel dan Xiao Mei pun senang. Tapi bagaimana bisa dia tiba-tiba mengatasi ketakutannya terhadap air?


Di kota Jingchen, Qing Qing lagi sebel sama kakeknya karena Kakek bilang di telepon kalau dia sakit, tapi ternyata cuma flu biasa.

Dia sudah susah payah menghabiskan sepanjang malam untuk datang kemari, sekarang dia ngantuk tapi Kakek bahkan tidak membiarkannya tidur siang.

"Bukankah ini karena aku sangat merindukanmu? Aku hanya melihatmu sekali di Yuncheng, sampai sekarang kau belum menelepon rumah. Karena setiap hari kau menghabiskan seluruh waktumu bersama teman sebangkumu, Si Tu Feng. Makanya kau melupakanku?" Kakek cemburu.

"Kakek bicara apa sih? Kami cuma teman biasa. Tapi, bagaimana Kakek tahu kalau dia teman sebangkuku? Apa Kakek menyuruh orang untuk menyelidikinya?"

"Apanya yang harus diselidiki? Bukankah dia cuma seorang penyanyi kecil?"

"Masih menyangkal tidak melakukannya. Baiklah, bukankah aku sudah kembali sekarang? Aku sudah meminta cuti, seminggu ini aku akan tinggal di rumah bersama Kakek dengan sepenuh hati."

"Benarkah? Kakek sangat senang."


Tapi... bisakah sekarang Kakek memberitahunya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada orang tuanya?

Kakek dengan berat hati mulai bercerita sejak saat Ibunya Qing Qing melarikan diri untuk belajar ke Yuncheng. Lalu setelah dia lulus, dia membawa pulang Ayah Qing Qing dan berkata kalau dia mau menikah dengannya.

Tapi Kakek hanya memiliki satu orang putri, dia tidak bisa membiarkan putri semata wayangnya menikah dengan seorang guru dari kota kecil. Karena itulah Kakek menentang hubungan mereka, tapi Ibunya Qing Qing tidak mau dengar. Sifatnya benar-benar mirip dengan Qing Qing.

Ibu dan Ayah Qing Qing akhirnya kembali ke Yuncheng dan menikah hingga kemudian mereka memiliki Qing Qing.

Lalu suatu hari, Ayah dan Ibu Qing Qing keluar tapi mereka malah bertemu dengan ketidakberuntungan. Ibu Qing Qing meninggal di tempat, sedangkan Ayah Qing Qing terjatuh ke tebing dan hilang.

Setelah mendapat berita itu, Kakek bergegas ke Yuncheng untuk mencari Qing Qing. Dia masih kecil waktu itu, dia terus menangis dan merengek minta dipluk ibu dan ayahnya.

Tak lama setelah Kakek membawa Qing Qing pulang, Kakek mendapat kabar bahwa mayat Ayah Qing Qing telah ditemukan.


Alasan Kakek menyembunyikan masalah ini dari Qing Qing adalah karena Kakek selalu berpikir bahwa kecelakaan itu terjadi karena Ayah Qing Qing membawa Ibu Qing Qing melarikan diri. Dan Kakek membencinya karena itu.

Tapi sekarang Kakek menyadari dirinya egois dan Qing Qing berhak untuk mengetahui segalanya. "Qing Qing, kau tidak menyalahkan Kakek, kan?"

Qing Qing terharu mendengarnya. "Kakek, Kakek adalah kakekku.. Satu-satunya keluargaku yang tersisa sekarang. Bagaimana aku bisa menyalahkanmu."

"Qing Qing, aku hanya memiliki satu cucu, kau seorang. Asalkan kau bahagia, aku juga bahagia. Aku sudah memikirkannya, aku tidak akan memaksamu menikah dengan Jing Yang lagi."

"Sungguh?"

"Sungguh. Tapi kau harus ingat. Biarpun kau tidak menikah dengan Jing Yang, bukan berarti kau bisa melakukan apapun semaumu."

Pria yang menjadi pasangan Qing Qing, haruslah baik dan pantas untuk Qing Qing. Qing Qing langsung manyun mendengarnya.


Tiba-tiba dia ditelepon Feng yang mengaku kalau dia sudah berada di bandara Jingchen sekarang. Waduh, gawat! Ngapain dia kemari dan bukannya istirahat di rumah?

"Aku mengambil penerbangan paling awal kemari. Qing Qing, kirimkan alamatmu, aku akan datang menemuimu."

"JANGAN! Errr... maksudku... tunggu sebentar." Aduh, bagaimana ini? Errr... "Si Tu Feng, kakekku itu sangat jahat, sangat kejam. Dan lagi... kondisi hidupku tidak... begitu baik. Aku tidak ingin kau melihat bagaimana kondisiku sekarang."

Tidk tahan lagi mendengarnya, Kakek langsung merebut ponselnya dan menyuruh Feng untuk datang ke Desa Tan Lan, itu alamat rumah mereka.


Qing Qing galau, mereka harus bagaimana sekarang? Dan Kakek tadi bilang apa? Desa Tan Lan itu maksudnya apa?

"Jangan khawatir, kau hanya perlu mengikuti petunjukku. Hari ini, aku akan membiarkanmu melihat wajah asli Si Tu Feng."


Tak lama kemudian, Feng berkendara sangat-sangat-sangat jauh sampai akhirnya dia tiba di sebuah desa pedalaman. Qing Qing sudah menunggunya dengan menggunakan sepeda gerobak.

Feng senang bertemu dengannya lagi. Tapi... Qing Qing menjemputnya pakai ini? Bagaimanapun, dia ini public figure, sepeda gerobak ini tidak bagus untuk image-nya.

"Memangnya kenapa? Di pinggiran gunung seperti ini, ini adalah barang terbaik yang bisa didapat. Kau tidak suka?"

Bukan begitu. Hanya saja benda itu kan rada antik, apa tidak akan rusak kalau dia naiki? Betul sekali, sepeda ini memang antik, warisan dari kakek buyutnya.


Feng jadi semakin takut. Tapi, ayolah. Qing Qing duduk belakang saja, biar dia yang mengayuh. Jadilah Feng mengayuh sepeda butut itu dengan susah payah.

Feng lama-lama menyerah di tengah jalan, benda antik ini bisa rusak kalau diteruskan. Kalau begitu begini saja, Qing Qing yang mengayuh, Feng yang dorong dari belakang.

Oke, jadilah Feng harus bersusah payah mendorong sepeda gerobak itu sambil menggerutu. Sungguh tak disangka, akan datang hari dimana seorang Si Tu Feng harus mendorong gerobak di atas gunung. Qing Qing heran, kenapa Feng tiba-tiba datang kemari?

"Kau pergi begitu saja tanpa pamit. Aku mengkhawatirkanmu. Jadi aku datang untuk menemuimu."


Qing Qing senang mendengarnya. Akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Terus, di mana rumahnya Qing Qing?

Qing Qing mendadak bingung, Kakek tadi bilang rumahnya yang mana, yah? Yang itukah? Jelas saja Feng heran, ini rumah Qing Qing kan? Kok dia bisa tidak tahu?

"Tahu kok! Tuh, yang di sana. Lihat, ada bendera dengan nama Chen kan di sana. Ayo, ayo!"


Qing Qing akhirnya menemukan rumah yang tadi dimaksud kakeknya. Tapi Feng langsung bengong melihat rumah yang lebih mirip kandang itu. Dia benar-benar tinggal di sini? Errr... yah, biarpun rumahnya agak usang, tapi masih bisa ditinggali kok. Kenapa? Feng tak suka? Feng menyangkal, Tidak kok.

"Kalau begitu, masuklah. Kakek sudah menunggu."


Mereka pun membuka pintu dan BRUK! Sebatang kayu dan genteng-genteng terjatuh tepat di hadapan Feng. (Sengaja apa gimana, Kek?)

Kakek santai saja melihat itu. "Anak muda, kau datang tepat waktu."

"Errr... maksud Kakek, baguslah kau datang. Kau baru sampai dan ini langsung jatuh. Bisakah kau merasakan sambutan hangat?" Canggung Qing Qing.

"Ya, aku bisa merasakannya."

Qing Qing ketawa garing lalu berbisik mengomeli kakeknya. Permainan yang sedang Kakek mainkan ini. Kakek mencoba menyiksa orang apa?

"Jangan ikut campur. Aku mau lihat orang seperti apa dia." Bisik Kakek.


Kakek mengklaim kalau kayu ini adalah artefak fengshui keluarga Chen. Ratusan tahun yang lalu, mengalami banyak masalah. Lalu kakek buyutnya Qing Qing pergi jauh ke dalam hutan untuk menebang kayu kuno ini.

Kayu ini mampu menjaga keluarga Chen aman dari segala macam kejahatan, penyakit, dan bencana. Kayu ini bisa dibilang adalah garis hidup keluarga Chen. Tapi kenapa begitu anak muda ini datang, kayu ini malah jatuh?

Pfft! Feng shock. "Tuan Chen, Qing Qing, jangan khawatir. Aku pasti akan memperbaikinya."

"Kau sudah mengucapkannya, sebaiknya kau menepati janjimu."

"Saya akan menepati janji."


Jadilah Feng harus naik ke atas genteng untuk memperbaiki genteng rusak itu. Qing Qing benar-benar cemas dan langsung memprotes kakeknya, padahal Feng baru datang tapi Kakek bahkan tidak membiarkannya istirahat.

"Anak muda itu penuh energi. Mereka tidak perlu istirahat, iya kan, anak muda?"

"Err, benar."

Tapi malah tak sengaja memukul jarinya sendiri sampai membuat Qing Qing makin cemas. Kakek nyinyir, apa dia sudah menyarah.

"Kakek, jangan terlalu senang dulu." Geram Qing Qing.

"Aku memiliki batasanku."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments