Sinopsis The Eternal Love Season 2 Episode 13 - 2
Keesokan paginya, Xiao Tan melihat Lian Cheng sudah berada di ruang belajar, tengah memandangi sebuah lukisan naga.
"Selamat pagi, Pangeran." Sapa Xiao Tan.
"Aku melakukan revisi pagi dari jam 5 sampai jam 7. Sekarang sudah tidak bisa disebut pagi lagi."
Canggung, Xiao Tan langsung memuji tentang betapa rajinnya Lian Cheng. Dia memang berbeda, dia pendobrak kurva. Lian Cheng bingung apa maksudnya.
Maksudnya, Lian Cheng itu orang yang terlalu pintar sampai membuat orang lain terlihat tidak kompeten. Misalnya, Lian Cheng membuat lukisan ini saat dia masih kecil, itu artinya dia layak disebut sebagai pendobrak kurva.
Lian Cheng tambah heran, dia kan tidak pernah memberitahu Xiao Tan kalau dia melukis lukisan ini saat dia masih kecil, dari mana Xiao Tan bisa tahu?
Xiao Tan sontak mengomeli dirinya sendiri dalam hati karena keceplosan. Dia harus bagaimana sekarang? Haruskah dia jujur saja kalau lukisan ini dilukis oleh Lian Cheng (modern) dan memberitahunya bahwa Lian Cheng modern sebenarnya adalah Pangeran ke-8 yang datang dari masa depan?.
"Tapi kalau aku bilang begitu, Pangeran ke-8 pasti akan mengira aku sudah gila." Batin Xiao Tan galau.
Maka Xiao Tan beralasan kalau dia hanya menduga. Apa dugaannya benar? Dan kenapa Lian Cheng datang kemari sepagi ini hanya untuk melihat lukisannya sendiri?
Alasannya sukses membuat Lian Cheng percaya. Dia datang kemari hanya untuk mengambil lukisan ini. Lukisan
Naga Terbang Di Atas Awan ini, dia lukis saat dia masih kecil.
Waktu itu dia sangat berjiwa bebas dan tidak sabaran seperti dirinya yang sekarang. Jadi dia mengekspresikan ambisinya melalui lukisan.
Demi mencapai sebuah prestasi yang besar, maka seseorang harus bisa menunggu saat yang tepat. Karena itulah, tidak boleh ada seorangpun yang melihat lukisan ini dan mengetahui ambisi besarnya.
Xiao Tan tersenyum mendengar pengakuan itu. Karena apa yang Pangeran ke-8 katakan, sama persis seperti yang dikatakan Lian Cheng. Jika dia benar-benar saksi satu-satunya, berarti benar kalau Lian Cheng memang Pangeran ke-8 yang berasal dari masa depan.
"Yang sulit dipercaya, keduanya berada di Dong Yue pada saat yang bersamaan. Ini seperti film sci-fi."
Lian Cheng heran melihatnya mesam-mesem, apa Xiao Tan menertawakannya? Xiao Tan menyangkal, mana berani dia menertawakan Pangeran ke-8.
Dia hanya teringat ucapan Liu Shang. Waktu itu, dia tidak begitu memikirkannya waktu itu. Tapi sekarang, dia merasa ini cukup menarik.
Lian Cheng jadi cemburu dan langsung menarik Xiao Tan mendekat. "Kau seharusnya mengawasi Liu Shang dan bukannya memikirkannya setiap saat! Apa kau jadi nakal karena aku terlalu baik padamu? Beraninya kau membicarakan pria lain di depanku! Apa kau tidak mengerti perasaanku?!"
(Ow, menyatakan cinta nih?) Xiao Tan ingin bicara, tapi Lian Cheng lebih cepat menyelanya. Dia tidak akan memaksa Xiao Tan, tapi dia menginginkan hati Xiao Tan menjadi miliknya sepenuhnya.
"Pangeran, ini terlalu rumit. Aku hampir tidak bisa menjelaskannya."
"Kau tidak perlu memberiku jawaban secepatnya, aku bersedia menunggu."
Lian Cheng langsung pergi setelah itu, meninggalkan Xiao Tan yang keheranan bin kesal. Apa Pangeran ke-8 barusan menyatakan cinta padanya? Sombong sekali caranya!
Tapi kenapa yang dia pikirkan malah Lian Cheng (modern). Jangan-jangan dia mulai ada rasa sama Lian Cheng modern. Oh, Tidak!
"Qu Xiao Tan, sadarlah! Mo Lian Cheng itu cuma membodohimu lagi dan lagi! Yang satu pangeran muram dan yang satunya setan jahat. Mereka benar-benar pasangan yang ditakdirkan dari surga! Sebenarnya, mereka itu adalah diri masing-masing yang telah lama hilang. Kalau dilihat dengan cara seperti itu, cukup menyentuh juga."
Semua orang berkumpul di istana untuk menjamu seorang utusan dari negeri Yongye yang baru saja kembali setelah diasingkan cukup lama. Si utusan berterima kasih atas jamuan ini dan berharap ikatan antar kedua negara mereka bertahan selamanya.
Tapi kemudian Lian Cheng menyadari tatapan Yi Huai pada Xiao Tan dan langsung mengkonfrontasinya. Yi Huai ada masalah apa?
"Adik ke-8, ada masalah apa?"
"Itu yang kutanyakan. Kenapa Kakak melihat wanita-ku terus? Apa maksudnya itu?"
Ying Huai mengklaim kalau dia menatap Tan Er karena Tan Er sedari tadi juga menatapnya (padahal nggak).
"Para pangeran yang terhormat, tidak perlu berdebat. Karena Nona Tan Er sedang menatapku sekarang." Ujar Liu Shang tak mau kalah.
Yi Huai sinis. "Sepertinya aku tak punya pilihan lain selain menunjukkan pada kalian tentang betapa besar cinta antara aku dan Tan Er."
Xiao Tan jadi canggung mendengar semua ini dan langsung mendekati Yi Huai untuk meluruskan masalah mereka.
"Hei, kawan. Err, tidak. Maksudku, Pangeran Pertama. Sebelumnya, saya salah mengenali orang. Anda ternyata bukan orang yang saya cari. Kita buang-buang waktu saja jadi teman. Aku minta maaf."
Lian Cheng dan Liu Shang kompak mesem saking senangnya. Lian Cheng cepat-cepat menyuruh Xiao Tan kembali.
Selir Dugu mendengus sinis melihat ketiga pria yang lagi saingan cinta itu, sementara Pan Er hanya bisa terdiam sedih.
Karena jamuan makan masih juga belum dimulai dan siapa tahu Xiao Tan lapar, Lian Cheng menyuruh Xiao Tan untuk makan kue osmanthus yang sudah dia siapkan untuk Xiao Tan.
Yi Huai sinis, Tan Er lebih suka makanan tawar. Dia tidak suka makanan manis seperti kue osmanthus. Tapi yang tak disangkanya, Xiao Tan malah mengambil kue itu dengan antusias dan memberitahu si kue untuk tidak mendengarkan omongan Yi Huai. Dia yang paling lezat kok. Pfft! Yi Huai sampai bingung sendiri dengan sikapnya.
Tak mau kalah, Liu Shang gantian memberikan sebuah liontin giok untuk Xiao Tan. Siapa tahu Xiao Tan bertemu orang-orang licik selama dia di istana, giok ini akan sangat membantu. Xiao Tan si mata duitan langsung menerimanya dan mengantongi benda itu dengan senang hati.
Melihat persaingan ketiga pria itu, Selir Dugu mendadak punya ide licik dan langsung mengusulkan pada Kaisar agar kedua pangeran saling bertanding. Sudah lama kan kedua pangeran itu terakhir kali bertanding.
Kaisar menyetujui ide itu dan langsung mengumumkannya saat itu juga. Besok ia akan mengadakan kompetisi antar para pangeran sebagai rasa hormat pada utusan Yong Yue, sekaligus untuk melihat kemampuan mereka dan siapa yang terbaik di antara mereka.
Tapi Kaisar kesulitan menentukan hadiah kompetisinya mengingat para pangeran memiliki bakat yang berbeda-beda. Selir Dugu punya ide.
"Katakan!" Perintah Kaisar.
"Karena Paduka menghargai kerja keras Menteri Qu, bagaimana kalau Paduka membiarkan Qu Tan Er, putri Menteri Qu yang berharga, sebagai taruhan? Pangeran Pertama dan Pangeran ke-8 bertanding panahan, dan pemenangnya akan memiliki Qu Tan Er sebagai selirnya."
Xiao Tan shock mendengarnya. Selir Dugu meyakinkan Kaisar bahwa siapapun pemenangnya, itu baik untuk Tan Er mengingat kedua pangeran sama-sama hebat. Ini juga bisa memperlihatkan kedermawaan Kaisar terhadap keluarga Qu. Kaisar langsung setuju dengan mudah.
Malam harinya, Lian Cheng begitu fokus membaca bukunya sampai-sampai dia tidak menyadari saat ada seorang penyusup masuk lalu menembakkan sesuatu tepat mengenai lehernya dan kontan membuatnya pingsan seketika.
Saat Yu Hao menggedor pintu kamarnya Lian Cheng, tidak ada jawaban apapun dari dalam. Liu Shang jadi cemas, jangan-jangan terjadi sesuatu. Yu Hao akhirnya membanting pintu itu dan mendapati Lian Cheng pingsan.
Mengabaikan reaksi kontak fisik mereka, Liu Shang cepat-cepat mengecek nadinya Lian Cheng. Xiao Tan menggerutu kesal, padahal hari ini adalah hari yang penting untuk menentukan nasibnya.
Kalau Lian Cheng sampai tidak bangun, berarti dia harus menikah dengan orang lain dan Kaisar pasti akan menyuruhnya bertanggung jawab atas insiden ini.
Liu Shang menyuruh Yu Hao untuk membawa Tan Er ke arena panahan saja sekarang biar Kaisar tidak curiga, dia sendiri akan berusaha membangunkan Lian Cheng.
Yu Hao dan Xiao Tan pun pergi, dan saat itulah Liu Shang melihat bekas tudukan kecil di lehernya Lian Cheng. Itu sengatan lebah dari wilayah barat, orang yang terkena racun ini biasanya akan pingsan seharian.
Di tengah kebingungannya, pandangan Liu Shang tiba-tiba jatuh ke busur dan anak panah yang sudah Lian Cheng persiapkan untuk kompetisi hari ini. Liu Shang mendadak punya ide bagus.
Xiao Tan jadi semakin panik karena Lian Cheng masih juga belum datang, sementara Yi Huai senang-senang saja saingannya tidak datang.
Kaisar mulai tidak sabaran, di mana Lian Cheng? Selir Dugu sinis, tidak seharusnya dia menyarankan untuk menjadikan Xiao Tan sebagai taruhan. Mungkin Lian Cheng berpikir kalau Xiao Tan tidak layak dan meremehkan sarannya ini.
"Itu sebabnya dia menentang Yang Mulia," ujar Selir Dugu mengompori Kaisar.
Tapi tiba-tiba terdengar suara ringkikan kuda. Fiuh! Lian Cheng (modern) akhirnya datang dan buru-buru menghadap Kaisar.
Lian Cheng beralasan kalau dia datang terlambat karena sibuk berkeliling mengecek tempat ini karena tempat ini banyak binatang buasnya. Dia sangat mengkhawatirkan keselamatan Kaisar.
Kaisar yang semula hampir termakan omongan Selir Dugu, kontan berubah senang mendengar alasan Lian Cheng. Lian Cheng memang anak yang berbakti, jadi mana mungkin dia marah.
Selain Selir Dugu yang wajahnya berubah masam, utusan Yong Yue juga tak senang dengan kedatangan Lian Cheng. Ternyata dialah dalang yang menembakkan sengatan lebah itu. Yang tidak dia mengerti, bagaimana bisa Lian Cheng muncul di sini sekarang?
Kaisar lalu mengumumkan bahwa kompetisinya dimulai sekarang. Lian Cheng menatap sinis Yi Huai. Dia protes dengan taruhan ini... karena sudah pasti dialah yang akan menang. Jika pertandingan ini bisa membuat Yi Huai menyerah untuk selamanya, maka Lian Cheng bersedia bermain sampai akhir.
"Kau terlalu percaya diri, adik. Aku tidak akan membiarkanmu menang." Balas Yi Huai.
Pertandingan akhirnya dimulai. Yi Huai mulai memacu kudanya lalu menarget papan target... dan sukses tepat sasaran.
Selanjutnya giliran Lian Cheng. Xiao Tan benar-benr cemas, Lian Cheng tidak boleh kalah dari Yi Huai. Dia tidak mau dikirim ke kediaman Yi Huai karena sudah pasti Pan Er akan memakannya hidup-hidup.
"Pangeran, kau harus menang! Hidupku ada di tanganmu." Doa Xiao Tan dalam hatinya.
Lian Cheng pun memacu kudanya mengelilingi lapangan. Xiao Tan sudah cemas setengah mati, tapi Lian Cheng malah sempat-sempatnya melempar kedipan genit padanya. Xiao Tan sampai gregetan, sekarang bukan saatnya bercanda.
Lian Cheng akhirnya kembali serius pada pertandingan ini, dia mengambil anak panahnya lalu menarget papan targetnya.
Bersambung ke episode 13
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam