Tanpa mempedulikan gemetar hebat tbuhnya, Liu Shang membantu membaringkan Lian Cheng. Dia sampai harus berpegangan pada baskom saat berusaha memulihkan dirinya.
Tapi saat Yu Hao memanggilnya, dia berusaha bersikap normal dan pura-pura cuma sedang cuci tangan.
Curiga kalau pria bercadar yang menyelamatkan mereka tadi adalah Liu Shang, Yu Hao pun mencoba mengonfrontasi Liu Shang dengan cara memberitahu Liu Shang tentang kehebatan bertarung pria bercadar tadi dan kemiripan pria itu dengan Liu Shang.
Tapi Liu Shang dengan tenangnya mengklaim bahwa Lian Cheng adalah orang baik, jadi tidak mengherankan jika ada orang hebat yang membantunya.
Yu Hao jelas masih curiga, tapi dia tidak membahasnya lebih jauh lagi. Tapi barusan ada titah Kaisar yang memanggil Pangeran ke-8 ke istana, lalu apa yang harus mereka lakukan sekarang?
"Jika kau ingin menyelamatkan pangeran, temukan satu orang." Liu Shang lalu membisikkan sesuatu ke Yu Hao. Begitu Yu Hao pergi, Liu Shang cepat-cepat menelan obatnya.
"Obat ini butuh waktu cukup lama untuk bereaksi, entah berapa lama lagi aku bisa melindungimu."
Tak lama kemudian Lian Cheng modern menghadap Kaisar bersama dengan Xiao Tan. Selir Dugu juga ada di sana, Kaisar langsung mengonfrontasi Lian Cheng tentang kejadian semalam. Selama 4 jam ini, Lian Cheng berada di mana?
"Waktu itu, saya bersama Nona Tan Er." Jawab Lian Cheng.
Xiao Tan ingin membenarkannya, tapi Selir Dugu mendadak menyela dan mengklaim kalau kesaksian Xiao Tan tidak bisa dipercaya mengingat dia pelayannya Pangeran ke-8.
Maka Lian Cheng pun meminta Kaisar untuk memanggil seorang saksi. Kaisar mengizinkan, maka masuklah si pemilik penginapan. Kaisar mengancamnya untuk bicara jujur atau ia akan memusnahkan keluarganya.
Pemilik penginapan mengonfirmasi bahwa Lian Cheng dan Xiao Tan memang berada di kedainya tadi siang. Mereka berdua bahkan membantunya mengumpulkan pembayaran dari para baj*ngan yang tidak mau bayar. Selir Dugu jelas kaget mendengarnya.
"Mereka datang bersama dan meminta kamar, mereka bahkan meminta saya untuk memanaskan arak terbaik. Semua orang di penginapan bisa menjadi saksi saya. Mereka berdua bahkan... saling berplukan."
Kaget, Kaisar langsung membentaknya untuk berhenti bicara dan mengusirnya. Lian Cheng meyakinkan Kaisar bahwa kesaksian pemilik penginapan itu benar adanya, semua orang yang berada di penginapan adalah saksinya.
Kaisar langsung melirik Selir Dugu, mungkin curiga, tapi ia tidak mengatakan apapun lalu menuntut Lian Cheng untuk membuktikan dirinya dengan cara melepaskan pakaiannya.
Lian Cheng dengan senang hati melakukannya dan menunjukkan d**a-nya yang sama sekali tidak ada luka dan hanya ada tato mawar. Selir Dugu melotot kaget, jelas-jelas Lian Cheng ditusuk di d**a-nya, kenapa tidak ada luka sama sekali?
Melihat itu, Kaisar mendadak beranjak mendekati Lian Cheng... dan menyentuh tangannya. Kontan saja Lian Cheng gemetar hebat, tapi dia berusaha keras bertahan.
Kaisar merasa bersalah lalu merapikan sendiri bajunya Lian Cheng tanpa sedikitpun menyadari Lian Cheng yang gemetar hebat karena sentuhannya.
Pandangan matanya bahkan semakin mengabur, tapi dia tetap berusaha bertahan. Untung saja Kaisar dan Selir Dugu cepat pergi setelah itu.
"Belum pernah hatiku merasa sesakit ini. Bukan cuma karena sentuhan ayahanda, tapi juga karena kecurigaannya." Batin Lian Cheng.
Xiao Tan mulai cemas melihat Lian Cheng yang tampak pucat, apa dia baik-baik saja? Sepertinya dia sedang menahan sesuatu, apa dia sakit?
Mungkin tak ingin membuat Xiao Tan khawatir, Lian Cheng pun menyangkal. "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit gugup. Tapi, fakta kau mengkhawatirkanku, membuatku bahagia."
"Kau masih bisa bercanda di saat seperti ini? Sepertinya kau baik-baik saja. Oh, yah. Apa cerita di balik bekas luka di d**a-mu itu?" Tanya Xiao Tan penasaran, karena entah mengapa setiap kali melihat bekas luka itu, hatinya terasa sakit. Tapi Lian Cheng tak menjawabnya dan langsung membawa Xiao Tan pulang.
Pengawalnya Yi Huai melaporkan bahwa Lian Cheng lolos dari jebakan mereka. Pan Er tak percaya, Selir Dugu sudah mengatur perangkap itu dengan baik. Tak mungkin Lian Cheng bisa lolos kecuali dia bisa membelah dirinya.
"Informasinya bisa dipercaya. Pangeran ke-8 telah meninggalkan istana dengan aman dengan ditemani Qu Tan Er." UJar si pengawal. Yi Huai diam saja menerima informasi ini.
Hujan mengguyur deras saat Lian Cheng dan Xiao Tan sampai di Villa Salju. Dan baru saat itulah Lian Cheng akhirnya memberitahu Xiao Tan tentang bekas luka di d**a-nya.
Bekas luka ini adalah karena dia terpana saat berusaha menyelamatkan orang yang dicintainya (yang tak lain adalah Xiao Tan). Xiao Tan prihatin, luka itu pasti sangat menyakitkan.
Lian Cheng membenarkan. "Rasanya sangat menyakitkan hingga aku tidak bisa bernapas. Saat itu aku pingsan, aku bahkan berpikir bahwa aku akan mati. Tapi memikirkan tak bisa melihatnya lagi, rasanya jauh lebih menyakitkan daripada kematian."
Karena itulah, saat itu dia memerintahkan dirinya sendiri untuk bertahan hidup demi orang yang dicintainya.
"Aku tahu itu untuk dia, tapi dalam duniaku, tak pernah ada pria yang setia atau cinta tak terlupakan seperti itu. Mo Lian Cheng, aku bukan dia."
"Dia adalah kau." Tegas Lian Cheng. "Dia adalah kau dari masa depan. Tan Er yang kucintai adalah wanita pekerja keras dan optimis. Dia mata duitan, dan suka makan. Setiap kali ada masalah, sedikit makanan enak bisa membuatnya melupakan segalanya. Tan Er yang kucintai agak c***l. Dia selalu terbawa keingintahuannya yang sangat menjengkelkan. Tan Er, bukankah kau yang kucintai? Kau tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Kau... adalah orang yang akan kulindungi selamanya."
Tan Er terharu mendengarnya. Tapi tetap saja dia masih tampak ragu. Lian Cheng bertanya-tanya apakah Xiao Tan meragukannya, atau meragukan dirinya sendiri?
"Kalau kau meragukanku, aku rela lebih menderita untuk membuktikan diriku. Jika kau tidak percaya bahwa aku sangat mencintaimu, atau kau tidak mau mengakui kalau kau mencintaiku, maka aku bisa memberitahumu dengan sangat jelas... berhentilah menyulitkan dirimu sendiri. Karena aku hanya akan memberimu satu pilihan, yaitu untuk mencintaiku. Aku tidak akan membiarkanmu melarikan diri lagi."
Lian Cheng pun langsung menarik Xiao Tan dan menc**mnya di tengah derasnya hujan.
Saat Lian Cheng kuno siuman, Yu Hao melapor bahwa ada orang yang menirunya dan dia menghadap Kaisar menggantikannya untuk memberinya alibi. Orang itu bahkan membawa Xiao Tan dan seorang pemilik penginapan sebagai saksi.
Tapi saat Yu Hao pergi menyelidikinya, penginapan itu sudah berpindah tangan dan keberadaan pemilik penginapan itu tidak diketahui.
"Di mana Tan Er?"
"Nona Tan Er flu. Dia sedang istirahat di kamar tidurnya."
Kasim Hu yang menipu Lian Cheng, hari ini menghadap Selir Dugu yang langsung tanya apakah semua pembunuh Hongshuntang yang terlibat dalam insiden semalam sudah bunuh diri demi melindungi kerajaan mereka?
Sayangnya, menurut Kasim Hu, para pembunuh Hongshuntang itu tidak semuanya memiliki kesetiaan terhadap kerajaan mereka. Tapi dia sudah mengirim orang untuk membunuh semua pengkhianat yang berusaha melarikan diri dari kota.
Hanya orang yang menyerang Kaisar yang Kasim Hu biarkan tetap hidup untuk mengambil perintah rahasia yang ada padanya. Kasim Hu lalu menyerahkan sebuah benda pada Selir Dugu.
Selir Dugu puas melihat hasil kerjanya. "Aku tahu aku bisa mengandalkan orang yang telah bertahun-tahun melayani ayahandaku. Sekarang, kau satu-satunya yang bisa kupercayai sepenuhnya."
"Tongkat kerajaan Kerajaan Yu ini memberiku visi untuk menghidupkan kembali negaraku."
"Keputusan Yang Mulia untuk menghidupkan kembali negara kita, suatu hari nanti pasti akan membuahkan hasil."
Kasim Hu melapor bahwa dia juga menemukan sisa-sisa surat perintah rahasia di p*rut si pembunuh. Berdasarkan pengakuannya, orang ini terburu-buru melarikan diri dan takut surat ini akan jatuh ke tangan orang lain, makanya dia menelannya.
Tapi Selir Dugu tidak bisa mempercayai orang itu sepenuhnya, apa ada bukti lain? Kasim Hu berkata kalau dia sudah menginterogasi pembunuh lainnya di penjara bawah tanah, pengakuan mereka sepenuhnya konsisten. 2 di antara mereka bahkan mengakuinya sebelum mati. Karena itulah Kasim Hu yakin itulah kebenarannya.
Tapi setelah puas mendapat laporan itu, Selir Dugu dengan dinginnya menyajikan secangkir minuman beracun untuk Kasim Hu.
"Terima kasih, Kasim Hu. Kebangkitan kerajaan kita adalah yang terpenting, tidak boleh ada kesalahan. Kuharap kau memaafkanku."
Shock, tapi demi kesetiaannya pada kerajaan mereka, Kasim Hu akhirnya meminum minuman beracun itu dan mati dengan diiringi tarian Selir Dugu.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam