Sinopsis About is Love Episode 4 - 2
Flashback.
Hari itu, Fei Fei mendatangi lantai atas dan menggedor pintu rumah Ning Fei dengan kasar. Begitu Ning Fei membuka pintu, dia langsung menyodorkan sebuah kotak berisi mangkok untuk menggantikan mangkoknya yang pecah dan dengan ketus mengklaim kalau dia tidak suka berhutang apapun pada orang.
Mangkoknya tidak sama, tapi Fei Fei mengklaim kalau mangkok itu yang paling mirip mangkoknya Ning Fei yang pecah.
Ning Fei tidak mengatakan apapun. Tapi kemudian, dia langsung memecahkannya. Jelas saja Fei Fei jadi kesal. Bahkan sekalipun Ning Fei tidak mau menerimanya, tapi dia tidak perlu memecahkannya juga, kan?!
Baiklah, kalau Ning Fei tidak mau mangkok, dia akan ganti duit saja. Katakan saja Ning Fei mau berapa dan dia akan segera pergi ke bank untuk menarik uang.
Tapi Ning Fei tetap bungkam dan langsung menutup pintunya lagi, lalu keluar beberapa menit kemudian dengan menyodorkan beberapa lembar uang ke Fei Fei.
"Kuberi kau sejumlah uang. Pergi dan cari (mangkok) yang sama persis. Kalau tidak, aku akan memanggil polisi."
"Baiklah. Itu cuma mangkok. Aku akan mengkompensasimu! Aku tidak menginginkan uang busukmu!" Fei Fei kesal membanting uang itu kembali padanya dan terus nyerocos kalau dia akan memberikan mangok yang sama persis seperti mangkok yang pecah itu.
Flashback end.
Yah, begitulah awal kisah Fei Fei jadi seperti kesetanan mencari-cari mangkok yang bentuknya sama persis seperti mangkok pecah itu. Fei Fei memang sudah mengembalikan mangkok-mangkok itu sekarang. Tapi... sekarang dia malah membeli yang paling mahal. Pfft!
Zhou Shi sampai stres mendengarnya. Baiklah, dia akan mencoba bicara dengan bocah yang tinggal di lantai atas itu kalau ada waktu. Mereka umur berapa sih sampai meributkan masalah sepele seperti ini? Heran deh.
Baru diomongin, tiba-tiba saja Zhou Shi melihat Ning Fei lewat di depannya. Zhou Shi kontan membuntutinya secara diam-diam sampai ke perpustakaan. Tapi saat dia melihat Ning Fei belok ke rak, Zhou Shi malah kehilangan jejaknya.
"Apa kau mencariku?" Sapa Ning Fei tiba-tiba dari belakangnya.
Zhou Shi kontan menggeleng panik. Dia cuma... cari buku dan langsung saja asal mengambil salah satu buku. Ngomong-ngomong, apa Ning Fei juga jurusan seni? Kenapa Zhou Shi tidak pernah melihatnya?
Jangan-jangan Ning Fei cuma datang setiap kali waktunya menyerahkan tugas dan waktu ujian doang? Ning Fei membenarkan.
Zhou Shi bingung, memangnya dia tidak dicariin direktur dan para profesor? Ning Fei malah bingung, siapa direktur dan profesornya? Zhou Shi tak percaya mendengarnya, dia angkuh sekali. Punya hak apa dia bicara begitu?
"Mungkin karena aku bisa melukis dengan baik."
"Hahaha! Kau boleh mengatakan itu di hadapanku, tapi jangan di hadapan orang lain atau kau akan dihajar habis-habisan. Kau cari buku apa? Akan kubantu."
"Buku terjemahan dari bahasa Jepang."
"Apa judulnya?"
"Jika kau mengerti kesulitan dan kebingungan adalah faktor umum diantara anak muda, maka jangan khawatir. Karena semua orang tumbuh seperti itu. Aku dulu jenius yang memiliki masalah dan kebingungan pikiran. Jika kau menyadari bahwa tempat tanpa masalah dan kebingungan adalah tempat tanpa kedewasaan, maka asalkan kau menikmati pekerjaanmu dan kau bisa melakukan segalanya. Coba carikan itu."
(Pfft! Itu judul? Panjang amat) Zhou Shi sampai bingung, buku apaan judulnya sepanjang itu?
Tapi saja perhatian mereka teralih dengan cepat saat tiba-tiba saja terdengar bunyi gemuruh dari perutnya Ning Fei. Dia lapar? Err, mukanya juga rada pucat.
Tapi Ning Fei tidak mau mengakuinya dan langsung pergi. Zhou Shi buru-buru mengejarnya untuk meminta maaf, Fei Fei sungguh tidak sengaja memecahkan mangkoknya dan dia benar-benar ingin mengompensasinya.
"Jadi, maafkanlah dia."
Ning Fei tak menanggapinya dan langsung berjalan pergi. Tapi sepertinya dia benar-benar sedang sakit, dia bahkan hampir roboh. Zhou Shi mencemaskannya, tapi Ning Fei langsung menampiknya dan pergi.
"Apa dia sungguh baik-baik saja? Kenapa dia berjalan seperti zombie?" Cemas Zhou Shi.
Tapi dia tak sempat mencemaskannya lebih jauh karena tepat saat itu juga, dia mendapat telepon dari Wei Qing. Zhou Shi kaget, dari mana Wei Qing tahu nomor teleponnya? Tentu saja dari direktur, profesor, bar, dan rumah sakit. Di mana Zhou Shi sekarang?
"Berkat Presdir Wei, aku sekarang masih perpustakaan."
"Kenapa kau lambat sekali. Dan lagi, yang benar adalah Guru dan bukan Presdir Wei. Lupakan saja. Nanti malam kau langsung saja pergi ke bar. Jangan lupa bawa komputer."
"Buat apa?"
"Mengecek PR-mu."
"Guru Wei, apa kau tidak merasa kau terlalu antusias tentang ini?"
"Mulai jam 9 nanti malam, kau tidak boleh telat." Wei Qing langsung menutup teleponnya begitu saja.
Seorang pegawai lalu menyerahkan daftar design terbaru untuk koleksi perhiasan mereka. Tapi Wei Qing tak puas dengan semua design itu walaupun semua design itu sesuai dengan selera pasar.
"Walaupun design-nya Yun Ma mengadopsi design tradisional, tapi para pelanggan utama kita adalah anak muda." Ujar si pegawai.
Mereka ingin memperkenalkan seniman baru yang sangat populer di luar negeri. Dan pilihan pertama mereka adalah seniman yang saat ini sedang digandrungi yaitu Xun Ran. (Pelukis terkenal yang karyanya dipajang di hotel tempat Zhou Shi magang waktu itu)
"Xun Ran? Aku tahu dia. Media fashion bilang kalau dia adalah seniman muda paling bersinar dan seniman yang sedang naik daun. Karya-karyanya berani, menarik, dan unik." Komentar Wei Qing errr... entah kenapa nadanya agak sinis.
Dia juga mendengar kabar kalau salah satu karya Xun Ran mendapat lelang tertinggi, bahkan Perusahaan Even Snow ingin merekrutnya. Masa depannya sungguh tak terbatas.
Tapi dia dengar kalau si Xun Ran itu belum mengungkapkan nama aslinya pada media. Dia bahkan tidak pernah menghadiri event bisnis. Lalu bagaimana caranya dia akan mengontak Xun Ran?
Si pegawai dengar kalau Direktur He (Ibunya Wei Qing) sudah mendapatkan hak untuk me-manage Xun Ran. Masa Wei Qing tidak tahu, dia pikir kalau Wei Qing tahu mengingat hubungannya dengan Direktur He.
Tapi ucapannya jelas sudah kelewat batas sampai Asisten An harus menegurnya untuk diam. Hmm, sepertinya hubungan Wei Qing dan ibunya tidak baik.
"Baiklah. Jika Direktur He bisa mengontaknya, maka pengeluaran Yun Ma untuk kuartal awal bisa berkurang. Pergi dan bicarakan dengan departemen perencanaan dan pemasaran. Serahkan padaku proposal kerjasamanya." Pungkas Wei Qing.
Setelah si pegawai pergi, Wei Qing sinis nyinyiran ibunya. Pantas saja belakangan ini dia mendapat banyak tagihan barang-barang mewah untuk pria.
Rupanya ibunya bukan membeli tas-tas mewah, tapi memelihara kucing. Ibunya itu memang sangat memanjakan si kucing liar. Ibunya jauh lebih dekat dengan si kucing liar itu daripada dengan orang lain.
Ibunya bahkan sudah balik ke negara ini cukup lama, tapi tidak memberitahunya, dia malah mengetahui kembalinya sang ibu dari orang lain.
"Saya akan segera menyelidikinya. Nyonya selalu sulit diduga. Jangan marah." Ujar Asisten An.
"Marah? Apa aku bahkan bisa marah padanya? Ini tidak benar. Batalkan meeting sore nanti, aku mau mencari udara segar."
Saat Ning Fei tiba di rumah, Fei Fei sudah menunggunya di depan pintu. Dia langsung menyerahkan mangkok terbarunya. Itu mangkok terbaik yang dia dapatkan, dia sampai bertengkar dengan pacarnya loh. Terserah Ning Fei mau memecahkannya atau membuangnya.
Ning Fei cuma melihatnya sekilas dan langsung mengembalikannya, Fei Fei tidak perlu mengompensasinya. Dia juga tidak akan lapor ke polisi.
"Gitu dong. Ngapain juga marah cuma karena mangkok." Fei Fei senang. Tapi ucapannya itu kontan mendapat tatapan tajam dari Ning Fei.
Saat Wei Qing tiba di bar, dia melihat Zhou Shi sudah ada di sana, sedang nyanyi-nyanyi heboh sendirian. Wei Qing langsung kesal merebut mic-nya.
"Bukankah kita sepakat mulai jam sembilan?" Protes Zhou Shi.
"Aku datang lebih cepat, kau keberatan?"
"Tapi aku sudah membayar karaoke untuk satu jam!"
"Yah, nyanyi aja. Ribet amat."
Wei Qing bahkan langsung nyanyi duluan dan jadilah mereka berduet heboh sambil senggol-senggolan. Puas karaokean, Wei Qing to the point menyuruh Zhou Shi untuk memulai presentasinya.
"Topik utamamu adalah Persetujuan Karya sang Pencipta. Bagaimana dengan manaagemen dan penilaian karya seni yang kusuruh untuk kau pelajari?"
"Itu terlalu bisnis, aku tidak bisa melakukannya sama sekali."
"Berani sekali kau mengganti topik yang kuberikan padamu?"
"Kau menyuruhku menyiapkan sumber-sumber supaya aku lulus ujian, kan? Tapi kan ujian itu tidak seperti me-manage bisnis. Jadi kenapa juga kau menyuruhku untuk menyiapkan sumber-sumber?"
"Kau pintar merespon situasi rupanya. Kalau begitu, katakan padaku. Karya seperti apa yang bagus?"
Karya yang pertama kali diekspresikan dari pikiran sang pencipta. Jadi karya terbaik adalah si pencipta itu sendiri. Saat penonton melihatnya, mereka akan terpengaruh.
Jika muncul seorang pencipta seni yang Zhou Shi suka, maka dia pasti akan menghabiskan uang untuk membeli karyanya. Makanya menurutnya, karya terbaik adalah si pencipta karya itu.
Wei Qing tak percaya kalau itu buah pemikiran Zhou Shi sendiri, dia pasti menjiplak ucapan itu dari buku, kan?
Betul sekali! Zhou Shi menjiplaknya dari seorang co-coordinator sebuah galeri seni yang sangat terkenal di Jepang. Orang yang menjadikan Takashi Murakami dan Yoshimoto Nara menjadi seniman terkenal internasional.
Wei Qing sinis mendengarnya. "Berapa banyak Takasih Murakami dan Yoshitomo Nara? Dan berapa banyak manager yang harus menunggu sampai mereka jadi terkenal? Sebelum itu terjadi, galeri seni mereka pasti sudah lama mati?"
Menjual seni itu bisnis. Tidak lebih mewah dibanding menjual ikan, bahkan mungkin lebih sulit. Karena orang akan mati kalau mereka tidak makan.
Jika tidak mengerti lukisan, maka dia adalah orang v*lg*r. Tapi 90 persen manusia adalah orang v*lg*r. Kalau ingin menemukan seseorang yang punya hobi sama, maka lebih baik mengambil hati mayoritas orang. Sebuah tren adalah hukum emas, seni pun begitu.
Bersambung ke part 3
3 Comments
Lanjut kak.
ReplyDeletelanjuttt
ReplyDeleteSemangat kak
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam