Sinopsis Unwilling Bride Episode 4 - 2

 Sinopsis Unwilling Bride Episode 4 - 2

Pintu toko terbuka, Ibu Pin sudah antusias mengira yang datang pelanggan. Tapi ternyata Nackarin dan Sekretarisnya yang datang dan tanpa basa-basi, Nackarin memberitahu Ibu bahwa dia sudah membeli gedung ini.


Ibu dan Pin kaget. Saking shocknya, Pin hampir saja pingsan. Dan hal itu membuat Nackarin jadi kesal dan frustasi. Tapi dia menahan diri dan menawarkan untuk mengantarkan Pin ke rumah sakit.

Pin menolak dan kembali menatap Nackarin. Saat itulah dia ingat pernah melihat Nackarin sebelumnya, dia pernah datang kemari bersama May. Pin jadi mengira kalau Nackarin membeli gedung ini, pasti atas suruhan May, iya kan?

"Kurasa sebaiknya kau tenang dulu. Kau sepertinya mau pingsan."

Pin tidak mau. Yakin dengan dugaannya sendiri, Pin menuntut di mana May menyekap Ruth. Kembalikan Ruth padanya!

"Apa kau menuduh Khun May?"

"Aku tidak menuduh! Dia benar-benar mengambil Ruth!"


"Setahuku, Khun May sedang keluar kota bersama Khun Kadethaen. Dan tentang Khun Ruth, suamimu itu, aku tidak tahu di mana dia."

Pin terus saja ngotot tidak mempercayainya. Kade sekarang tergila-gila pada May, Kade sudah lupa kasih sayangnya terhadapnya dulu. Nackarin makin penasaran, Pin mengenal Kade?

"Iya. Kade mencintaiku, sampai Khun May mencurinya. Dan sekarang dia juga mau merebut Ruth?" Ujar Pin (Hah? Nggak salah ngomong dia? Dia sendiri yang ninggalin Kade, May yang disalahin)

Masalah cintanya Pin, Nackarin tidak mengerti dan tidak bisa bantu apa-apa. Tujuan kedatangannya kemari adalah untuk menegaskan bahwa dia sudah membeli gedung ini.


Mereka lalu pergi setelah itu. Ibu Pin buru-buru mengejarnya dan berusaha memohon agar Nackarin tidak menyita tokonya. Dia dan putrinya benar-benar tak punya tempat tujuan.

Sekretaris menegaskan bahwa bosnya sudah membeli gedung ini dan ia tidak berniata menyewakannya. Ibu Pin tahu, tapi, kasihanilah mereka. Tolong jangan memaksa mereka untuk pindah sekarang.

"Karena kalau kami pindah sekarang, kami pasti akan mati. Kami tidak bisa bersiap secepat itu. Tolong biarkan kami berjualan dulu sampai kami menemukan cara untuk pindah dari sini."

Nackarin mengingatkan bahwa menantunya Ibu, si Saruth itu adalah ahli waris perusahaan maskapai penerbangan. Dia pasti bisalah membantu Ibu.

"Dia tidak bisa diharapkan. Begini saja, aku akan meminta maaf pada Khun May atas nama putriku. Putriku yang salah karena merebut Saruh dari Khun May pada hari pernikahan mereka dan itu pasti membuat Khun May marah."

Ibu Pin terus saja nyerocos tentang alasan putrinya melakukan itu tanpa benar-benar menyadari ekspresi Nackarin yang tampak agak tercengang, jelas itu adalah informasi yang baru kali ini didengarnya.

Ibu terus berusaha memohon belas kasihan Nackarin. Kasihanilah mereka dan bayi yang ada dalam perut Pin. Nackarin sengaja tidak meluruskan kesalah pahaman Ibu dan berkata kalau dia akan menyampaikannya pada May kalau dia ketemu May nanti.


Ibu lega mendengarnya. Tapi saat dia balik ke coffee shop, Pin malah sudah menghilang entah ke mana lewat jalan belakang.

 

Acha terus berkendara hingga mereka keluar dari area perkotaan dan memasuki area pegunungan. Saking jauhnya perjalanan mereka, May sampai ketiduran dengan kepala bergoyang ke kanan dan ke kiri.

Terpesona, Kade mendekatkan wajahnya untuk mengamati May... tepat saat kepala May mendadak bergoyang ke arahnya hingga hidung mereka saling menempel. May terus saja keasyikan tidur, sama sekali tidak menyadari Kade yang mungkin sedang ketar-ketir karena kedekatan mereka.


Saat akhirnya May terbangun semenit kemudian dan menyadari posisi kepalanya, dia sontak mundur dengan gugup, bagaimana bisa dia berakhir seperti itu?

"Mungkin ada hantu yang mendorongmu." Goda Kade

"Dasar gila!" May buru-buru menjauh dengan malu. Apa mereka sudah hampir sampai di hotel?

"Siapa bilang kita akan ke hotel? Kita akan pergi ke villa pribadiku."


Mereka akhirnya tiba di villanya Kade yang asri, tenang, dan jauh dari perkotaan. Kade suka tempat ini, tenang dan takkan ada yang mengganggu mereka di sini.

"Lalu saat kau sedang tidak di sini, kau meninggalkannya begitu saja?"

"Aku menyewa pembantu untuk mengurusnya. Silahkan masuk."

May terpesona melihat pemandangan indah tempat itu, tapi Kade lebih terpesona dengan istri cantiknya yang tengah memandangi pemandangan itu dan langsung memotretinya pakai kamera ponsel.

"Apa yang kau lakukan?"


Tentu saja memotret May untuk diunggah ke medsos untuk menunjukkan pada semua orang bahwa kehidupan pernikahan mereka tidak bermasalah seperti yang diberitakan dan sekarang ini mereka sedang bulan madu. Dia lalu mengajak May berswafoto, tapi May-nya malah manyun.

"Hei, Khun. Senyum dikit dong. Kalau foto ini bocor dan kebenarannya terungkap, maka itu bukan salahku loh."

"Bisakah kau memberiku waktu untuk mempersiapkan emosiku?"

Tidak, dan Kade langsung menghitung cepat 3-2-1-senyuuuum~~~. Terpaksa May harus melengkungkan bibirnya membentuk senyum untuk kamera. Kade sangat menikmati saat ini, bahkan keenakan memanfaatkan kesempatan untuk menarik May lebih nempel padanya dan mengambil foto sebanyak mungkin sampai May protes.


Dia mau menghindar, tapi kemudian Acha datang membawakan kamera DSLR. Begitu Acha pergi, Kade langsung mengarahkan kameranya ke May bak fotografer profesional bin gombal.

"Pemandangannya indah sekali."

"Aku belum senyum!" Protes May. Tapi akhirnya dia mau juga bekerja samadan tersenyum untuk kameranya Kade.

Tapi saat dia berbalik, dia malah mendapati Acha membawa mobil mereka pergi. Loh, Acha mau ke mana?

"Dia balik ke Bangkok untuk mengurus kerjaan menggantikanku."

"Balik ke Bangkok?! Meninggalkan kita berduaan di sini?"

"Jangan menggunakan kata meninggalkan kesannya pesimistis sekali. Seharusnya kau memakai kata yang jauh lebih positif. Misalnya... membiarkan kita berduaan."

"Iiih! Gilak!"

"Terus apa kau punya kata yang lebih baik?"

"Mencampakkan seorang model dengan seorang kameramen cab*l."

"Kalau begitu, izinkan kameramen cab*l ini memotretmu. Senyuuuum~~~"


Gregetan, May akhirnya menyerah dan mulai berpose untuk Kade. Sayangnya mereka tidak sadar kalau si paparazzi ternyata sudah berada di sana dan berhasil mengambil beberapa foto mereka yang kemudian dia kirim ke Sekretarisnya Nackarin.


Mereka baru keluar dari lift saat Sekretaris menerima foto itu dan langsung melaporkan ke bosnya kalau dia sudah mendapatkan foto dan lokasi keberadaan May dan Kade.

Tepat saat itu juga, Ayah May juga baru tiba di sana. Sesaat, Nackarin memperhatikannya dengan sinis sebelum kemudian tersenyum licik padanya. Ayah May kesal melihat saingannya ada di sana.


Tak lama kemudian, semua orang berkumpul di ruang rapat untuk membicarakan perencanaan sebuah event yang akan diselenggarakan oleh kementrian.

Pak Perdana Menteri menjelaskan bahwa tahun ini akan diadakan 3 event besar. Yaitu: Pameran barang dagang, paameran perhiasan, dan pameran makanan Thailand.

Sementara Pak Menteri bicara, Ayah menatap Nackarin dengan persaingan dan kebencian, sementara Nackarin menatap ayah dengan senyum sinis seolah dia sudah merencanakan sesuatu.


Ayah lalu tanya, kapan tanggal event pameran perhiasan itu, karena Ayah ingin menyelenggarakan event yang jauh lebih besar di mall-nya daripada tahun sebelumnya.

Pak Perdana Menteri berkata bahwa tanggalnya sudah ditentukan. Tapi tahun ini, tidak akan diundi seperti tahun-tahun sebelumnya... karena Mall Paradizo menawarkan untuk mengadakan event itu gratis dan para eksekutif sudah setuju.

Jelas saja Ayah kaget dan makin kesal pada Nackarin. Parahnya lagi, Paradizo juga sudah menawarkan untuk menyelenggarakan event pameran makanan secara gratis.

Tapi terpaksalah Ayah harus menahan kekesalannya dan menerima keputusan ini. Toh, The Heaven Mall selalu menyelenggarakan event ini setiap tahun. Jadi tidak masalah jika tahun ini mereka harus memberikan kesempatan bagi pendatang baru untuk menunjukkan kemampuan mereka dan kita lihat saja apakah mereka bisa mempertahankan kompetisi. Nackarin santai saja menanggapi sindiran dengan senyum.


Usai rapat, Nackarin mencoba mengajak Ayah jabat tangan. Tapi sayang, uluran tangannya tak bersambut. Ayah dengan sinisnya menyindir Nackarin. Apa Paradizo, yang notabene adalah mall baru, sanggup menyelenggarakan dua event besar itu tanpa mendapatkan imbalan satu sen-pun?

"Saya meyakini satu hal. Bahwa jika saja berniat sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu, maka saya harus menyelesaikannya."

"Aku suka pendatang baru sepertimu, tapi kau harus bersiap untuk kecewa."

"Saya sudah terbiasa menghadapi kekecewaan. Itulah yang membuat saya kuat seperti sekarang ini."

"Sayang sekali. Hari pertama aku bertemu denganmu, aku tidak mengenalimu."

"Hari itu saya juga kecewa... karena anda tidak mengenali saya!"

"Jika aku tahu kalau pemilil Mall Paradizo sedang memata-matai dan menyurvei mall-ku..."

"Anda akan menendangku, begitu?"

"Tidak. Aku tidak akan menendangmu. Aku akan mengusirmu."


"Kenapa? Biarpun saya adalah pemilik mall saingan anda, apakah saya tidak boleh menjadi pelanggan di mall anda?"

"Jangan pura-pura bodoh! Kau seumuran anakku, aku bisa membaca permainanmu. Aku tahu apa tujuanmu menemuimu waktu itu!"

"Saya seumuran anak anda? Anak anda yang mana?!" Sentak Nackarin dengan nada penuh kemarahan. Tapi kemudian dengan sinisnya dia berkata kalau Ayah kan cuma punya satu putri.


Dia sudah pernah bertemu May beberapa kali dan dia cukup terkesan dengan kecantikannya dan bakatnya.

Ayah jelas geram mendengarnya, "jangan macam-macam dengan putriku!"

"Meh, bukankah anda kan sangat mencintai putri anda?"

"Semua orang mencintai anak mereka!"

"Dan bagaimana jika saya mencintai putri anda juga?!"

Ayah sontak marah mencengkeram kerah baju Nackarin. Jangan macam-macam dengan May, dia sudah menikah dengan Kade! Nackarin sinis, pernikahan kedua orang itu sepertinya mencurigakan. Apalagi sekarang dengan kehadiran orang ketiga si Saruth itu.


"Apa sebenarnya yang kau inginkan?! Apa maumu?!"

Ayah benar-benar murka sekarang. Tapi Sekretarisnya Nackarin dengan cepat melindungi bosnya dan dengan tegas memaksa Ayah untuk melepaskan cengkeramannya.

Kesal, terpaksa Ayah melepaskannya. Sebelum pergi, Ayah memperingatkan Nackarin untuk tidak melibatkan hal-hal lainnya jika dia hanya ingin bersaing dalam bisnis. Tapi sepertinya peringatannya itu tidak akan bisa mempengaruhi Nackarin.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

4 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam