Sinopsis Unwilling Bride Episode 3 - 4
Tapi kemudian, sepasang tangan nakal mendadak merayap di sepanjang tangan May. Kade dengan nakalnya melancarkan kecupan hingga ke bahunya yang kontan saja membuat mata May terbelalak lebar dan mendorong Kade menjauh darinya.
"Kau mau ngapain aku?!"
"Melakukan apa yang dilakukan suami dan istri." Kata Kade lalu menerkam May.
May kontan panik berusaha mendorong mulut Kade menjauh darinya sekuat tenaga sambil berusaha memohon-mohon agar Kade tidak melakukan apapun padanya. Tapi Kade malah jadi makin ganas menyerang May... hingga May jejeritan heboh dalam tidurnya.
Pfft! Cuma mimpi toh. Tapi teriakan ketakutannya membuat Kade yang tidur di sebelahnya jadi terbangun dengan cemas.
Kade cepat-cepat membangunkan May hingga May membuka mata, tapi posisi tubuh Kade di atasnya kontan membuat May panik luar biasa. Dia langsung merutuki Kade dengan kesal lalu menggigit bahu Kade dengan ganas.
Dia lalu melarikan diri sambil jejeritan minta tolong dan jadilah kedua orang itu kejar-kejaran keliling meja sampai akhirnya Kade berhasil menangkapnya dan memintanya diam.
"Kenapa kau teriak? Kau bisa mengagetkan semua orang di condo ini. Hei, aku tidak melakukan apapun padamu."
"Bohong!" May manabok tangan Kade yang memeganginya dan bersikeras menuduh Kade mau memperksanya.
"Kau sudah gila apa? Bagaimana bisa aku memperksamu? Aku tidur dengan tenang dan mendadak mendengarmu menjerit, makanya aku membangunkanmu! Fokus dan pikirkanlah baik-baik. Apa kau mimpi buruk?"
May akhirnya mulai tenang dan mulai memikirkannya baik-baik... hingga akhirnya dia mengakui itu mungkin memang mimpi buruk. Tapi ujung-ujungnya dia terus saja menyalahkan Kade.
"Aku mimpi buruk karenamu! Kau membuatku skeptis."
Wah, Kade tak percaya mendengarnya. Memangnya apa yang sudah dia lakukan sampai dia membuat May skeptis?
"Kalau kau tidak melakukan apapun padaku hari itu, aku tidak akan se-curiga dan se-skeptis ini. Semua ini karenamu! Kau membuatku jadi seperti ini! Kau membuatku bermimpi buruk!" Rutuk May sambil menaboki Kade dengan ganas.
Kade dengan cepat mencengkeram tangan May dan menegaskan bahwa apa yang terjadi antara mereka berdua hari itu, terjadi karena suka sama suka, dia TIDAK memaksa May.
"Tapi sekarang aku mulai berpikir kalau itu adalah kesialanku bertemu dengan pengantin yang dicampakkan sepertimu! Makanya sekarang aku harus menderita karma bersamamu seperti ini!"
"Kau bilang aku sial?"
"Terserah, silahkan kau sebut apapun dirimu sendiri sesuka hatimu!"
Kesal, May langsung balik ke kamar dan bersiap pergi ke kantor. Tapi saat dia keluar tak lama kemudian, dia malah kaget mendapati Kade sudah menunggunya di depan kamar. Ngapain dia nunggu di sini?
"Menunggumu selesai mandi dan berpakaian, agar aku bisa melakukan urusanku sendiri. Jika aku masuk saat kau belum selesai, aku akan dituduh lagi melakukan hal jahat terhadapmu."
"Aku kan cuma jaga diri. Kau juga harus mempelajarinya, Khun Kadethaen."
"Jadi maksudnya, jika kau berhenti curiga, maka kau akan mempercayaiku? Begitu, kan, Khun Maysarin?"
"Mungkin, memangnya kenapa?"
Kade tersenyum mendengarnya. Kalau begitu, May tunggu sebentar. Dia mau mandi dan bersiap-siap agar mereka bisa sarapan bersama, dia akan mengantarkan May ke kantornya.
Tidak perlu, Kade antarkan saja dia, nanti dia akan mencari sarapan sendiri di kantor. Jika tidak ada seorangpun yang melihat, maka tak ada alasan bagi mereka untuk berakting jadi sepasang kekasih sarapan bareng.
"Tunggu!"
"Apa lagi?"
"Kau lupa menutup resleting gaunmu." Pfft! May langsung panik meraba punggungnya, tapi ternyata Kade cuma mengerjainya. Gaunnya bahkan tidak ada resletingnya. Dasar Kade sinting!
Mereka tiba di parkiran mobil tak lama kemudian. Tapi Kade mendadak mencegahnya keluar dulu soalnya ada Ayah Kade yang di depan. Ia bahkan melihat ke arah mereka.
Sesuai syarat kedua dalam surat kontrak mereka, mereka harus berakting mesra di hadapan orang lain... May harus mengecup pipinya. Hah? Dasar gila!
"Cuma ada dua pilihan. Kau kecup aku atau aku mengecupmu. Ayo, cepetan. Lihat, tuh. Ayahmu berdiri di sana memelelototi kita."
May dengan polosnya geser ke arah Kade untuk melihat ayahnya. Terang saja Kade langsung memanfaatkan kesempatan itu dan cup~~~ mengecup pipi May.
Ayah kaget melihat pemandangan itu. May juga sempat kaget, tapi cepat-cepat dia pasang cengiran lebar sambil dadah-dadah ke Ayah hingga akhirnya Ayah memutuskan pergi meninggalkan mereka.
Begitu dia masuk kantor, Ayah lagi-lagi membahas tentang Ruth yang kabarnya lari dari rumah ibunya dan sekarang tinggal bersama wanita lain. Apa sebenarnya yang terjadi?
"Kenapa Ayah peduli tentang masalah ini?"
"Karena Ayah tidak mengerti. Kau tiba-tiba menikah dengan Kadethaen, sedangkan Saruth tinggal bersama wanita lain."
"Sudah kubilang, jangan membicarakan Saruth lagi. Kami sudah berakhir."
Ayah semakin curiga, apa May menikah dengan Kade karena depresi dicampakkan oleh Ruth? May tak peduli apapun yang Ayah pikirkan, silahkan kalau Ayah berpikir begitu asalkan ia berhenti tanya-tanya lagi.
"May, kalau memang terjadi sesuatu, katakan pada ayah biar ayah bisa membantumu menyelesaikannya. Jangan menyakiti dirimu sendiri dengan menikahi seseorang yang tidak kau cintai."
"Jadi maksudnya, selama menikah dan hidup bersama ibuku, Ayah menyakiti diri Ayah sendiri?"
Ayah dengan lembut mengambil tangan May dan berusaha meyakinkannya kalau ia sangat mencintai Ibu May. Tapi May sama sekali tak mempercayainya dan langsung melepaskan tangannya dari genggaman Ayah.
Di restoran, Ruth tak sengaja menguping pembicaraan Pin dan ibunya. Ternyata mereka sudah menunggak uang sewa 3 bulan. Pin santai, kan belum jatuh tempo dan dia yakin kalau penjualan mereka akan bagus minggu ini untuk bayar uang sewa.
"Kau bicara seperti bercanda saja. Penjualan kita buruk selama bulan ini. Mana mungkin mendadak penjualan kita bisa bagus pada akhir bulan?"
Pin juga heran dengan hal itu, padahal lokasi restoran ini bagus. Dia kira kalau mereka bakalana laris manis. Ruth prihatin mendengar semua itu.
Saat mereka berduaan, Ruth terang-terangan membahas hal itu dengan Pin. Apa mereka tidak bisa membayar dengan cara menyicil? Bukankah mereka dan pemilik gedung ini kenalan?
Iya sih, tapi pemilik gedung ini sendiri sedang mengalami kesulitan keuangan. Bahkan kabarnya dia mau menjual restoran ini. Kalau ada orang yang tertarik membeli, pemilik gedung ini pasti akan langsung menjualnya.
"Apa kau tahu akan dijual untuk berapa banyak?"
"6 juta baht."
Jumlah segitu sebenarnya kecil bagi Ruth. Kalau dulu, dia bisa membelinya dengan mudah untuk Pin. Tapi sekarang ibunya sudah membekukan semua rekeningnya, jadi dia tidak tidak tahu bagaimana caranya membantu Pin.
Pin tidak mempermasalahkannya, sekarang yang perlu mereka lakukan adalah terus menjual kopi dan melakukan promosi yang baik. Pin yakin mereka pasti akan mendapatkan pelanggan minggu ini. Tapi tetap saja Ruth tidak bisa tenang.
Dua pegawai The Heaven heboh melapor ke May bahwa penjualan di Paradizo meroket tajam. Mereka melakukan promosi besar-besaran untuk para pelanggan mereka.
May santai saja, wajar bagi mall baru untuk melakukan strategi penjualan untuk mendapatkan pelanggan baru. Yang terpenting, apakah The Heaven yang merupakan mall nomor satu, mampu mempertahankan persaingan.
Si pegawai sontak menyodorkan map berisi strategi pemasaran baru mereka, silahkan May pelajari. Baru juga May membuka berkasnya, teleponnya mendadak berbunyi, dari Ruth.
"Kenapa dia telepon?!" Sinis Sekretarisnya May. "Jangan diangkat, Kun May."
May memang tidak mengangkatnya, tapi dia tampak cemas dan penasaran. Ruth terus berusaha menelepon, tapi May tetap tidak mengangkatnya.
Lookaew lagi shopping di salah satu toko baju di Paradizo Mall saat Nackarin meneleponnya dan mengajaknya ketemuan. Nackarin mengklaim kalau dia masih meeting sekarang.
Tapi tak lama setelah Lookaew menutup teleponnya, Nackarin mendadak sudah muncul di belakangnya dan dengan gaya playboy-nya menawarkan barang apapun yang Lookaew inginkan. Khusus hari ini, dia membooking toko ini khusus untuk Lookaew seorang.
"Promosi spesial seperti ini, pastinya aku menginginkan semuanya dan... pemilik mall-nya juga."
Tak lama kemudian, Nackarin membantu memasangkan sepatu di kaki Lookaew... lalu mulai merayapkan tangannya semakin ke atas sambil melancarkan rayuan gombal...
"Wanita secantik ini, apapun yang kau kenakan terlihat cantik. Benar, kan?"
"Sangat hebat," Lookaew mulai mabuk rayuannya.
"Kau bilang apa?" Tanya Nackarin, nada suaranya terdengar geli. (Hah?)
Seketika itu pula Lookaew langsung tersadar dari lamunan er*t*s-nya barusan. Pfft! Malunya. Lookaew buru-buru mencari alasan dengan asal menunjuk sebuah baju dan memuji baju itu cantik. Dia pasti akan kelihatan sangat cantik kalau pakai baju ini.
Nackarin mengiyakannya saja dengan senyum geli. Tak lama kemudian, pelayan toko keluar dengan membawa beberapa tas belanjaan Lookaew. Tapi, hadiah spesial apa yang mau Nackarin berikan padanya?
Bersambung ke part 5
1 Comments
Lagi donk next nya...Suka bgt ma pemain nya...crita jg bgus...
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam