Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 15 - 4
Keesokan harinya, Por Date dan Khun Ban pun pergi menemui Jenderal Desfarges. Tanpa basa-basi, Khun Ban langsung membahas tentang niatan pasukan Perancis untuk memasuki Lavo.
Khun Ban meyakinkan Jenderal Desfarges bahwa itu adalah tindakan yang profokatif dan akan ada ribuan pasukan yang akan menghadang jalan mereka. Bahkan sekalipun pasukan Perancis memiliki senjata yang lebih canggih, tapi mereka tidak akan bisa melawan ribuan orang.
Jenderal Desfarges berkilah tidak tahu apa-apa dan beralasan kalau dia datang kemari hanya untuk membantu orang-orangnya.
"Phraya Wichayen. Anda tahu bahwa kebanyakan bangsawan Siam sangat amat membenci Phraya Wichayen. Dan anda datang dengan membawa pasukan dan persenjataan lengkap yang membuat orang-orang semakin salah paham." Ujar Por Date.
Dia menyarankan Jenderal Desfarges untuk menarik kembali pasukannya ke Bangkok, itu yang terbaik. Dia harus tahu bahwa jalan yang hendak mereka tuju, hanya akan membawa mereka pada kehancuran. Jangan menyia-nyiakan hidupnya dan hidup para pasukannya. Dan perundingan mereka pun sukses.
Maria memberitahu suaminya tentang gosip yang dia dengar bahwa kedua pangeran dan Pra Py sudah dibunuh. Lalu apa yang akan Phaulkon lakukan sekarang? Apa dia masih menginginkan para pasukan Perancis itu untuk menyerang Lavo?
"Kalau Perancis menggunakan meriam, maka Lavo dan Ayutthaya akan hancur." Cemas Maria.
Tapi keputusan Phaulkon sudah bulat. Dia sudah melangkah terlalu jauh dan tidak bisa kembali lagi. Masalah ini melibatkan banyak pihak... terutama Raja Louis XIV.
"Pada akhirnya, kekacauan itu berakhir." Tulis Kade dalam buku jurnalnya. "Walaupun banyak bagian dari sejarah yang dipertanyakan kebenarannya. Tapi sejarah di era ini, benar-benar terjadi."
Pertama, Jao Fah Noi dan Jao Fah Apaitod benar-benar dieksekusi. Kedua, Pra Py juga dieksekusi. Ketiga, walaupun Phetracha bukan raja, tapi dia bersikap selayaknya raja. Karena dia memimpin orang-orangnya dan rakyat untuk merebut tahta Ayutthaya dan menyatakan dirinya untuk memerintah negara ini, menggantikan Raja Narai.
Keempat, Jenderal Desfarges batal mengirim pasukan untuk menyerang Lavo karena Khun Ban dan Por Date menghentikannya. Tapi Phaulkon mengetahui hal itu.
Keesokan harinya, Prik dengan antusias menyingkirkan duo pelayan dan seorang diri membantu Kade duduk. Melihat perut Kade yang besar banget, Prik curiga jangan-jangan bayinya kembar.
"Betul juga!" Kade baru kepikiran. Di keluarganya kan memang ada gen kembar.
Mendengar itu, Por Date langsung antusias menghampiri Kade dan mengelus perutnya. Kade rasa mungkin dia memang mengandung anak kembar, soalnya dia sendiri kan punya kembaran.
"Itu ada dalam DNA dan gen-ku. Aku mungkin mengandung anak kembar, jao ka!"
Pfft! Por Date bengong, tapi dia iya-in ajalah walaupun nggak ngerti. Khun Ying yang blak-blakan memprotes ucapan aneh Kade itu.
Kade berniat untuk lanjut menjahit bantal, tapi bahkan sebelum dia sempat melakukan apapun, Khun Ying mendadak heboh menyuruhnya berhenti sekarang juga.
"Nang Pin, Nang Yam, Nang Prik, Nang Juang, Nang Jit! Apa kalian tidak memberitahu dia bahwa menjahit saat hamil bisa membuat mulut bayinya mencong?!"
Wkwkwk! Shock, Pin sontak merebut jahitan itu dari tangan Kade. Khun Ying rasa ada dua kemungkinan perut Kade sangat besar. Mungkin bayinya raksasa, atau mungkin memang ada dua.
"Baguslah. Satu kehamilan dan aku mendapat dua bayi. Jadilah kembar, bayiku." Ujar Por Date pada jabang bayinya.
Tapi, ada yang Kade cemaskan. "Aku takut, Khun P. Melahirkan di era ini, sangat menakutkan, jao ka."
"Oi! Kenapa takut, jao ka?" Sahut Prik. "Semua orang melahirkan. Lagipula Mae Ying kan selalu minum obat dari tabib setiap hari. Jadi tidak usah khawatir."
Dia santai saja mengucap semua itu dan langsung dapat tatapan sebal dari Por Date. "Aku juga berpikir kalau itu pasti akan sangat sakit!"
Berpaling kembali ke istrinya, Por Date dengan manisnya berkata bahwa seandainya dia bisa menggantikan posisi Kade dan menerima rasa sakit itu untuknya, dia pasti akan sangat bahagia.
"Sungguh?" Kade tersentuh.
"Sungguh!"
"Manisnya~~~"
Duh, mereka mesra banget seakan dunia milik berdua... sampai saat Khun Ying berdehem menegur mereka. Pfft! Baiklah, Kade menguatkan hati untuk menghadapinya saja.
"Saat aku mengandung Por Date, rasanya juga sakit. Tapi setelah bayinya lahir, rasa sakit itu sirna seketika. Jika tiba waktunya nanti, kau akan mengerti." Ujar Khun Ying menyemangati Kade.
Tapi suasana baik ini, mendadak berubah serius saat Joi datang untuk menyampaikan pesan penting dari Phetracha. Pesan itu kontan membuatnya cemas. Tapi karena tak ingin membuat ibu dan istrinya cemas, dia hanya memberitahu mereka bahwa dia harus pergi ke Lavo bersama Khun Ban dan Reung hari ini.
"Ada apa, nak? Apa tidak bisa besok saja?"
"Tidak bisa, Bu. Aku harus bergegas pergi. Tolong jaga Mae Karakade. Aku mungkin akan pergi beberapa hari."
"Ada masalah apa, Khun P'?"
"Masalah politik."
Menyadari apa yang akan terjadi, Kade menggenggam tangan Por Date dan memintanya untuk menjaga Maria dan anak-anaknya.
Khun Ban dan Por Date lalu pergi ke rumah Phaulkon dan mengklaim bahwa Paduka Raja ingin bertemu Phaulkon. Kondisi Raja sangat buruk, karena itulah beliau ingin bertemu Phaulkon.
Khun Ban menatapnya dengan sungguh-sungguh hingga ia berhasil meyakinkan Phaulkon untuk mempercayai ucapan mereka.
Tapi begitu Phaulkon tiba di tempat yang ditunjuk Khun Ban dan Por Date, yang anehnya sangat sepi, mendadak dia dikepung oleh Phetracha dan para pendukungnya.
"Raja sudah meninggal dunia sekarang. Tak ada seorang pun yang bisa melindungimu sekarang." Ujar Phetracha. Dia bohong sebenarnya.
Terkejut, Phaulkon langsung menuduh Phetracha membunuh Raja. Luang Sorasuk sontak maju menghajarnya sampai dia terjatuh dari tandunya dan darah mengalir deras dari mulutnya lalu menghantam mukanya dengan tongkat tanpa ampun. Dan Phaulkon bahkan tak mampu melawannya sedikitpun. Luang Sorasuk memberitahunya bahwa mereka tahu tentang surat rahasia yang Phaulkon kirimkan pada Raja Perancis.
"Constance. Budak rendahan. Kau berani memberikan negaraku kepada mereka. Kau berani mendukung Ai Tia untuk jadi bonekamu padahal kau sendiri yang ingin memerintah. Kau sangat lancang. Apakah makanan yang Ayutthaya berikan padamu selama lebih dari sepuluh tahun tidak baik?!"
Phaulkon mulai ketakutan sekarang, bagaimana mereka bisa tahu tentang surat itu?
"Bahkan tanpa surat pun, aku tahu. Orang sepertimu itu penipu, pembohong, dan pengkhianat. Mati saja kau."
"Aku akan membunuhnya sekarang." Ujar Luang Sorasuk dan langsung menghunus pedang.
Menyadari ajal sudah di depan mata, Phaulkon menangis dan memohon pada mereka untuk mengizinkannya untuk melihat istri dan anak-anaknya untuk yang terakhir kalinya. Tapi Luang Sorasuk tak peduli dan langsung mengayunkan pedangnya untuk menebas kepala Phaulkon.
Tapi Por Date mendadak muncul dan berbaik hati memohon pada Phetracha untuk mengabulkan permintaan terakhir Phaulkon, lagipula Phaaulkon pasti akan mati. Dia yang akan mengantarkan Phaulkon.
"Aku yang akan mengantarkannya!" Tegas Luang Sorasuk. Dia tidak bisa mempercayakan Phaulkon pada Por Date, terutama karena dulu Por Date dipilih untuk tim duta besar berkat Phaulkon.
Tapi Phetracha justru mengizinkan Por Date untuk membawa Phaulkon. Pada Phaulkon, Por Date meyakinkannya untuk tidak mengkhwatirkan istri dan anak-anaknya, dia dan Kade berjanji akan menjaga mereka. Dia dan Reung lalu memapah Phaulkon kembali ke rumahnya.
Dia dirantai setibanya di rumah dan langsung berlutut meminta maaf di hadapan Maria. Maria pun menangis melihatnya dalam kondisi seperti itu.
"Aku sudah memperingatkanmu. Bukankah aku sudah memberitahumu? Kau sangat mempermalukanku dan anak-anak. Apa kau kesakitan? Kenapa mereka memukuli wajahmu sampah tak bisa dikenali seperti ini?"
Mungkin tak ingin membuat Maria khawatir, Phaulkon mengklaim kalau dia tidak kesakitan dan memberitahu Maria bahwa Raja sudah meninggal. Dan dia datang untuk mengucap selamat tinggal.
"Phra Sri Wisan Suntorn berjanji padaku bahwa dia dan istrinya akan menjagamu dan anak-anak untukku. Jadi aku tidak khawatir. Bahkan sekalipun aku mati hari ini, tapi aku... memohon untuk melihat anak-anak untuk yang terakhir kalinya."
"Tidak boleh."
"Thong Kip Ma. Maafkan aku. Aku tahu aku salah padamu dan anak-anak. Kumohon, biarkan aku melihat anak-anak untuk yang terakhir kalinya. Kumohon." Tangis Phaulkon.
Tapi Maria tetap tegas menolaknya karena dia ingin kedua putra mereka, mengingat ayah mereka sebagai orang yang membanggakan, berkuasa dan ditakuti oleh orang-orang.
Dia tidak ingin anak-anak mereka mengingat ayah mereka sebagai orang yang bersalah dan dipukuli hingga dia tidak punya sisa harga diri. Phaulkon terus berusaha memohon, tapi Maria tetap teguh dengan keputusannya dan mengusir Phaulkon.
Bersambung ke part 5
3 Comments
Mbk ima,sekedar info ada the eternal love s2..moga mbk ima tergerak hati u/ buat sinopsis nya..🤗
ReplyDeleteBuat juga dong sinopsis eps spesial nya, di yt aku lht ad eps spesial nya
ReplyDeleteAku yakin sudah kubuat yah, yang judulnya deleted scene... di situ sudah kubuat lengkap sama bagian epilog-nya.
DeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam