Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 15 - 1

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 15 - 1

Por Date terbangun keesokan harinya dengan senyum bahagia lalu berguling ke samping, berniat memeluk pengantinnya, tapi malah mendapati tempat itu kosong.


Dia sudah hampir kebingungan mencari Kade, saat tiba-tiba saja pintu terbuka dan Kade melangkah masuk. Por Date sontak merem dan pura-pura masih tidur. Kade mencoba membangunkannya, tapi Por Date cuma menjawabnya dengan gumaman lirih seolah masih ngantuk.

"Apa aku boleh tanya sesuatu?"

"Hmm..."

Kade sontak mengecup pipi Por Date dengan gemas dan sukses membuat suaminya itu melek dan langsung menarik Kade ke dalam dekapannya sambil protes karena Kade terus yang selalu menciumnya duluan.


"Memangnya kenapa kalau aku menciummu duluan?"

"Kau itu wanita."

"Memang."

"Kenapa kau tidak melakukan apa yang dilakukan wanita lain pada umumnya?"

"Oh, aku mengerti sekarang. Wanita Perancis tidak mencium duluan?"

"Aku tidak tahu. Mana kutahu?"

Kade tak percaya, apa dia benar-benar bisa mempercayai ucapan Por Date? Por Date tersinggung, kenapa juga Kade tidak mempercayainya? Karena Kade yakin kalau Por Date pernah mencium wanita Perancis dulu.

"Tidak pernah!" Sangkal Por Date.

"Sungguh tidak pernah?"

"Kau pikir aku bohong?"


Soalnya waktu itu kan Por Date tanya apakah dia bisa berciuman seperti wanita Perancis. Kalau Por Date tidak pernah mencium wanita Perancis, lalu bagaimana dia bisa tahu?

"Aku cuma pernah melihat mereka."

"Siapa yang kau intip?"

"Aku tidak semes*m itu!"

"Lalu bagaimana kau melihat mereka?"

"Mereka... berciuman di mana-mana." Wkwkwk! Por Date malu.


Kade jadi gemas melihat ekspresinya. Apa Por Date tersipu malu seperti ini saat melihat mereka? Malu, Por Date sontak menutup mulut Kade dengan bibirnya.

Dia bahkan mengancam Kade untuk tidak membahasnya lagi atau dia akan melakukannya lagi. Tapi Kade malah tambah getol menggodanya dan jadilah Por Date langsung mendorong Kade kembali ke ranjang.


Kade sontak teriak-teriak heboh sampai suaranya terdengar oleh orang-orang di luar. Para pelayan senang-senang saja mendengar kemesraan mereka. Tapi Khun Ying tidak dan langsung mengusir para pelayan keluar dari sana.

Ia bahkan berniat mau masuk kamar pengantin baru itu untuk menegur mereka. Apalagi Kade yang suaranya menggelegar itu.

Tapi Ayah dengan cepat menghentikannya. Yang mendengar mereka kan cuma para pelayan, jadi tidak usah mengomeli mereka. Bahkan para pelayan pun bahagia.

Prik setuju, itu kan terdengar di dalam rumah ini saja, jadi tidak masalah. Sama seperti bagaimana Khun Ying mengizinkan Kade memakai bunga di telinganya.


Saat Phetracha tiba di depan istana, dia melihat Diplomat Perancis La Loubere ada di sana dan tampak jelas sedang memperhatikan Phetracha yang jelas saja membuat Phetracha tak senang.

Tiba-tiba si penerjemah menghampirinya untuk menyampaikan permintaan La Loubere bahwa ia minta izin untuk ikut Phetracha menangkap pemburu gelap gajah agar ia bisa membuat dokumentasi. Tapi Phetracha langsung pergi mengacuhkannya tanpa memberinya jawaban.


Phetracha heran, memangnya apa yang mau didokumentasikan oleh si La Loubere itu? Kenapa dia ingin memata-matai mereka? Kalau dia ingin melihat gajah, Phetracha akan berbaik hati mengirimkan ta* gajah untuk dia dokumentasikan.

"Apa Ayah tahu apa yang dia tanyakan pada Ork Luang Mahamat? Tentang tato di kaki bangsawan. Ork Luang langsung pergi begitu saja."

"Baguslah. Apa sebenarnya yang dia inginkan dengan mengetahui hal-hal itu? Sungguh mencurigakan."

"Apa mungkin biar dia bisa melakukan sihir hitam pada kita? Dan lagi, dia berada di pihak yang sama dengan Wichayen."

"Sebentar lagi dia akan kembali ke negaranya, kenapa juga dia meneliti Ayutthaya? Walaupun kita tidak mengetahuinya dengan pasti, tapi bukan berarti itu tidak mengkhawatirkan."

"Benar. Tapi siapa yang harus kita waspadai...?"

"Jangan waspada, tapi kita harus menyingkirkannya... Phraya Wichayen. Dan bukan cuma dia seorang, tapi semua orang Perancis. Tidak boleh ada satupun dari mereka di Ayutthaya lagi."


Ayah sedang termenung seorang diri, wajahnya tampak sedih entah karena apa. Khun Ying datang tak lama kemudian membawakan obat untuknya. Tapi Ayah malah berlinang air mata dan mengaku bahwa semalam dia bermimpi tentang Por Sri... anak pertama mereka, Kakaknya Por Date.

"Por Sri datang menemuiku, di sini. Dia membawakanku sesuatu."


Ayah sedang sibuk dengan pekerjaannya saat Por Sri tiba-tiba datang menemui Ayah. Dia langsung berlutut di bawah kaki Ayah dan mengaku bahwa dia sangat merindukan Ayah. Dia lalu memberikan cincinnya pada Ayah tanpa mengucap sepatah kata. (Errr, sebenarnya aku rada bingung ini flashback atau mimpi seperti yang disebut Ayah tadi?)


Ayah memberitahu Khun Ying bahwa Por Sri memberinya sebuah cincin. Khun Ying shock, cincin yang diberikan oleh Raja?

Tanpa mereka sadari, Kade sebenarnya ada di belakang mereka. Dia mendengar percakapan mereka dan langsung tercengang menyadari siapa Por Sri yang mereka maksud.

Sri Prat, penyair kesayangan Raja Narai. Namun ia dituduh melakukan kejahatan pada Raja Narai dengan berselingkuh dengan selir Raja Narai, sehingga ia dihukum dan diasingkan ke Nakorn.


Por Date mengaku bahwa Ayah pernah membaca peruntungan Sri Prat dan mendapati takdir hidup Sri Prat tidak akan mencapai usia tua. Kade prihatin mendengarnya.

"Raja itu sama seperti matahari. Terlalu panas jika terlalu dekat dengan matahari dan kau bisa terbakar. Tapi jika kau terlalu jauh, kau akan kedinginan dan tidak nyaman. Aku memikirkan Khun P'Sri. Sri Prat, hidupnya pasti seperti itu."


Hari itu, Reung dan Janward datang ke rumah setelah mendengar kabar tentang keadaan Ayah yang semakin memburuk. Joi memberitahu mereka kondisinya semakin terpuruk beberapa hari ini, hari ini Khun Ying bahkan memanggil biksu yang menandahkan kondisi Ayah sudah semakin sekarat.

Ayah meminta mereka untuk tidak terlalu bersedih saat melihat wajah sedih semua orang yang mengerumuninya. "Lahir, sakit, dan mati adalah bagian normal dari kehidupan. Aku sudah tua sekarang, harus harus mengucap perpisahan duluan."

Ayah meminta Por Date untuk tetap di sini dan menggantikannya menjaga rumah ini dan ibunya. Ia juga meminta Por Date untuk menyokong hidup selir-selirnya dan anak-anaknya yang lain.

Berusaha menahan air matanya, Por Date menggenggam tangan Ayah dan menyanggupi semua permintaannya.

"Mae Jumpa, kau menjadi istriku sepanjang hidupku dan menjadi ibu yang penuh martabat. Mulai sekarang, kau harus menjaga dirimu sendiri dengan baik. Jangan berduka ataupun sedih. Mulai sekarang, semua orang di rumah ini bergantung padamu."

"Jangan khawatir. Aku akan menjaga semua orang seperti yang Khun P' lakukan."


Ayah lalu membelai kepala Kade dan berpesan padanya untuk hidup dengan baik dan bahagia. "Ini rumahmu sekarang. Jangan pergi ke mana-mana."

"Baik, Paman. Aku tidak akan pernah melupakan betapa baiknya Paman padaku sejak saat aku datang sampai sekarang." Isak Kade

Ayah tersenyum mendengarnya... sebelum kemudian matanya menutup dan tangannya terkulai. Ayah sudah tiada dengan diiringi derai air mata semua orang.


Prik pun tak kuasa menahan tangisnya. Sekarang penyokong dan pelindung hidup mereka sudah tiada, tapi Khun Ying akan tetap menyokong mereka.

"Kita ini pelayan, kita harus tetap tinggal di sini sampai kita mati. Kemampuan apa yang kita miliki untuk pergi ke tempat lain?" Ujar Joi

"Syukurlah kita pelayan di rumah ini. Majikan kita baik pada kita. Ork Ya Thun seperti orang suci." Isak Juang.

Prik benar-benar mencemaskan Khun Ying sampai membuat Juang heran, apakah dia sudah tidak marah pada Khun Ying lagi. Tentu saja tidak, dia mengerti kenapa Khun Ying mencurigainya.


Penyakit Raja juga benar-benar sudah semakin parah hingga dia hanya bisa terbaring di ranjangnya. Pra Py setia menemaninya dan berusaha menghiburnya dengan menyanyikan sebuah puisi untuknya.

Dia berusaha tegar dan menyanyi seindah mungkin, tapi dia benar-benar sedih hingga membuat suaranya tercekat dan akhirnya tak sanggup lagi meneruskannya.

Raja pun berlinang air mata melihat itu. Ia menyadari kondisi dirinya sekarang dan tidak akan bisa lagi melindungi Pra Py. Karena itulah, ia berpesan agar Pra Py berhati-hati.


Phaulkon ada di sana saat tabib memeriksa kesehatannya. Melihat kondisi Raja, Phaulkon meyakinkan Pra Py kalau dia akan membantu Pra Py untuk duduk di atas singgasana.

Tapi Pra Py ragu, takut rakyat akan menentangnya. Dia kan tidak seperti Jao Fah Noi ataupun Jao Fah Apaitod. Tapi Phaulkon terus mengomporinya dan meyakinkannya bahwa dia adalah putra kesayangan Raja Narai.

"Putra? Aku tidak punya hak. Pangeran yang lain jauh lebih cocok untuk itu lebih daripada aku."

Phaulkon yakin kalau mereka pasti punya kesempatan besar. Sekarang ini, dia tahu kalau Phetracha dan Luang Sorasuk sedang merencanakan sesuatu.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments