Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 1 - 1

 Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 1 - 1

Hanyang, Joseon... Awal abad ke-19

Pasar malam begitu ramai oleh para wanita yang belanja berbagai macam pakaian dan aksesoris saat tiba-tiba saja terdengar pengumuman yang meminta mereka berkumpul untuk mendengarkan kisah novel romansa yang berjudul 'Asmara Sinar Rembulan' karya Maehwa.


Sebuah novel tentang kisah cinta Tuan Kim dan Ja Gyeong yang sukses membuat para wanita itu klepek-klepek. Pria yang membacakan novel itu dengan cerdiknya sengaja mem-pause ceritanya di bagian adegan romantis sambil nyodorin baki.

Para wanita yang sudah tidak sabaran ingin tahu ceritanya itu, dengan senang hati memberikan uang mereka di baki itu. Puas mendapat uang banyak, pria itupun melanjutkan bacaannya.


Sepertinya cerita roman memang sedang sangat digandrungi di Joseon. Bahkan di istana seorang dayang istana dan seorang pelayan di dapur juga menceritakan kisah novel yang sama pada rekan-rekan mereka dan sukses membuat para pendengar mereka jadi heboh.


Namun di tempat lain, Goo Hae Ryung malah menceritakan kisah tentang seorang pria barat bernama Werther yang mati tragis dengan menembak dirinya sendiri. Pfft! Para nyonya bangsawan yang mendengar kisah itu jelas tidak puas, mereka ingin mendengar kisah cinta romantis dan menuntut Hae Ryung untuk langsung masuk ke bagian romantisnya saja, bagian malam pernikahannya.

Tapi Hae Ryung dengan santainya mengingatkan mereka bahwa tokoh utama kisah ini SUDAH MATI... TAMAT. "Dia menembak kepalanya sendiri. Mana mungkin dia selamat? Dia tidak bisa menjahit otaknya."

"Jadi... kau membacakan cerita yang pasangannya tak bersatu?"

"Kau bilang novel ini dari barat. Aku berharap ada adegan panas... errr, maksudku akhir yang berbeda. Sesuatu yang tidak pernah kita lihat di Joseon."

"Ini memang 'berbeda'," santai Hae Ryung.


Ini kan kisah dengan si Werther yang bodoh dan merusak hidupnya sendiri hanya karena perasaan sekejap. Kisah ini mengajarkan mereka untuk tidak jadi seperti itu. Ini sebuah pelajaran berharga.

"Kau bilang ini novel roman?"

"Aku tidak pernah bilang kalau ini novel roman. Ini kisah tentang seorang pria yang mendedikasikan jiwa dan raganya."

"Aku paham bagian jiwanya, tapi kapan dia mendedikasikan raganya?!"

"Anda barusan mendengarnya. Melalui kematiannya."

Si nyonya bangsawan kecewa, jadi maksudnya, ini novel cuma bercerita tentang seorang pria bodoh yang bunuh diri karena dimabuk cinta? Tanpa menyadari tatapan tak senang semua wanita itu, Hae Ryung dengan antusiasnya membenarkan. Bukankah kisah ini sangat berbeda dari kisah-kisah roman lainnya?


Kesal, Hae Ryung sontak ditendang keluar dari rumah itu. Mereka bahkan tidak sudi membayar jasa Hae Ryung. Hae Ryung jelas protes tak terima, tapi si nyonya bangsawan dengan santainya mengancam akan menghukum Hae Ryung dengan tuduhan menipu mereka.

Di tengah kefrustasiannya, Hae Ryung tiba-tiba melihat sesuatu yang membuatnya punya ide bagus. Tak lama kemudian, dia kembali dengan membawa sebuah buntelan lalu menaruhnya di depan ruangan seorang pria yang merupakan suami si nyonya bangsawan tadi.


Dengan sengaja dia berteriak lantang bahwa dia membawakan buku-buku yang nyonya minta. Dia membuka buntelannya lalu bergegas kabur sebelum si tuan bangsawan keluar. Si tuan bangsawan melihat isi buntelan itu ternyata berisi novel-novel panas yang jelas saja membuat si tuan bangsawan murka mencari istrinya. Wkwkwk! Hae Ryung diam-diam tertawa puas.


Di istana, seorang kasim memergoki seorang kasim lain sedang bermesraan dengan seorang dayang. Si kasim dan si dayang sepertinya benar-benar saling mencintai, alih-alih membela diri sendiri, mereka malah saling membela satu sama lain.

Belum sempat si kasim marah, tiba-tiba Pangeran Lee Rim muncul. Tapi bukannya memarahi mereka, dia malah tampak sangat antusias. "Kalian jatuh cinta? Kalian saling menyukai sebesar itu? Rela bertaruh nyawa demi melindungi yang lain?"

Si dayang refleks membenarkannya, dengan penuh semangat dia berkata bahwa dia rela mengorbankan nyawanya demi kekasihnya ini. Lee Rim sontak mengeluarkan sebuah buku catatan lalu menyuruh mereka untuk menceritakan awal mula kisah cinta mereka. Si kasim pun mulai bercerita awal pertemuan mereka.

 

Tak lama kemudian, Kasim Heo (kasim yang memergoki mereka tadi) mengucap selamat pada Lee Rim. Hari ini dia mendapatkan informasi berharga. Ah, ternyata mereka memang sengaja memergoki si kasim dan si dayang tadi biar Lee Rim bisa mendapatkan kisah mereka untuk dia buat jadi novel.

Tapi kemudian Lee Rim menyuruh Kasim Heo untuk mengusir si kasim dan si dayang itu keluar dari istana. Di tempat ini, cinta mereka dianggap sebagai dosa. Kasihan sekali kalau hidup mereka terbebani oleh hal itu.

Kasim Heo senang mendengarnya. Dia juga sebenarnya ingin mencari alasan untuk mengusir mereka biar mereka bisa hidup bahagia di luar sana.


Tapi, Lee Rim penasaran... apa Kasim Heo juga pernah jatuh cinta pada seseorang. Wah! Kasim Heo tersinggung. Apa Lee Rim pikir seorang kasim itu tidak bisa dianggap sebagai pria?!

"Kau emosi lagi. Aku cuma tanya karena penasaran."

"Dulu, aku selalu membayangkan berbagai hal d kepalaku setiap kali seorang wanita menatapku." Ujar Kasim Heo antusias.

Dia usul, bagaimana kalau Lee Rim membuat novel berdasarkan kisahnya? Judulnya 'Kasim Heo dan Tiga Ribu Wanitanya'. Protagonisnya adalah pria terjantan sepanjang masa, Heo Sam Bo!


Hae Ryung sepertinya sangat suka membaca buku dilihat dari tumpukan buku di kamarnya. Dia bahkan tertidur dengan berbagai buku berserakan di sekitarnya. Tapi tiba-tiba pelayannya muncul dan membangunkannya dengan heboh.

Sekarang sudah jam 9 soalnya, Hae Ryung sudah terlambat. Dan ini terjadi gara-gara jam bekernya rusak lagi. Si pelayan heran, lagipula buat apa sih dia bekerja jadi pembaca buku tiap malam, buang-buang waktu saja. Gara-gara ini Hae Ryung jadi sering bangun kesiangan.

Siapa bilang? Ini tidak buang-buang waktu karena dia mengerjakan pekerjaan yang dia sukai dan dibayar. Si pelayan nyinyir, itu memang pekerjaan yang sangat fantastis sampai dia diusir dan dihina para nyonya bangsawan.


Di tempat lain, Lee Rim sedang mondar-mandir galau memikirkan kelanjutkan kisah Tuan Kim. (Hah? Jadi dia penulisnya?) Tiba-tiba dia mendapat ide bagus dan langsung menulis kalimat-kalimat romantis yang pasti disukai para wanita.

 

Hae Ryung sendiri ternyata harus menghadiri kelas khusus wanita yang mengajarkan bagaimana jadi istri yang baik dan benar. Tapi saat para murid lain serius belajar, Hae Ryung malah ketiduran di bangku paling pojok.

Gurunya sampai kesal dan langsung memukul mejanya Hae Ryung untuk membangunkannya. Dia benar-benar malas-malasan dengan semua pengajaran cara menjadi wanita elegan ini. Saat disuruh jalan jinjit, Hae Ryung malah jalan dengan cara biasa... dan jelas saja dia langsung dapat ganjaran sabetan tongkat dari gurunya.


Tidak cuma itu, dia bahkan jadi bulan-bulanan teman-teman sekelasnya yang rata-rata jauh lebih muda darinya. Mereka tak segan menyindirnya secara tak langsung sebagai perawan tua.

Saat mereka disuruh menghitung hari terbaik untuk mendapatkan bayi laki-laki, mereka semua langsung menarget Hae Ryung. Dia kan sudah lama melajang, jadi dia pasti bisa menghitungnya.

Hae Ryung pun langsung nyerocos panjang lebar menjelaskan tentang perhitungannya yang intinya, hari terbaik untuk mendapatkan bayi adalah tanggal 22 dan 23 September. Tapi karena konon anak perempuan terbentuk pada tanggal genap, jadi untuk mendapatkan bayi laki-laki disarankan untuk dilakukan tanggal 23 September.

Dia mengklaim kalau dia menghitung semua itu sendiri, tapi teman-teman sekelasnya tak ada yang percaya dan menuduhnya curang.

"Bertahun-tahun melajang mengajariku cara menghitung ini," Hae Ryung santai memamerkan kemampuan otaknya yang cemerlang.


Tapi bu guru malah berkata kalau Hae Ryung salah. Hae Ryung yakin tidak, perhitungannya benar kok. Bu guru meralat bahwa yang salah memang bukan perhitungannya Hae Ryung melainkan sikap arogannya. Wanita berbudi luhur harus menyembunyikan bakat mereka dan tidak mengutarakan apa-apa yanag dia ketahui.

"Kenapa kau selalu ini memamerkan kecerdasanmu? Kesusastraan Puisi menyebutkan bahwa wanita tidak boleh melakukan hal yang buruk maupun bagus. Apa kau mengerti?"

Hae Ryung kecewa mendengarnya. "Ya," jawabnya dengan suara lemah.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments