Sinopsis Unwilling Bride Episode 4 - 4

 Sinopsis Unwilling Bride Episode 4 - 4

Kade unjuk kebolehan bersepeda tanpa tangan, tapi tiba-tiba ada sebuah truk yang melintas cepat ke arah mereka.

Kade kontan panik membelokkan sepedanya untuk melindungi May, tapi ujung-ujungnya dia sendiri malah terperosok ke parit.


May kontan cemas. Untung saja Kade tidak kenapa-kenapa dan hanya lecet di siku. Pggungnya agak sakit, tapi dia masih bisa berdiri.

May langsung membersihkan ktran yang menempel di baju Kade dan perhatiannya itu membuat Kade senang. May gugup dan buru-buru mengalihkan topik ke sepedanya Kade yang sekarang rusak.

"Apa kau malu?" Gda Kade. May jadi sebal dan langsung pergi mengambil sepedanya sendiri.

Tapi berhubung sepedanya sudah rusak, Kade akan meninggalkannya di sana saja. Nanti dia akan suruh orang untuk mengambilnya. Kalau begitu, May akan membonceng Kade. Naiklah di belakang.

"Hah? Kau yakin? Aku berat loh."

"Terus mesti gimana? Ayolah cepat, kau harus diobati."

Yah, sudah. Kade santai saja duduk di belakang... sambil merngkl May. Dasar Kade! May langsung menyikutnya dan menyuruhnya untuk duduk membelakanginya.


Terpaksalah dia harus menurut dan jadilah mereka berboncengan dengan gembira, menikmati suasana dan kebersamaan mereka.

Sementara itu di ibu kota, Sekretarisnya May sedang heboh karena foto blan mdu bosnya sudah bocor di internet.

Sekretaris benar-benar merasa kalau bosnya itu sangat beruntung. Setelah dicampakkan pengantinnya, dia malah bertemu sang dewa Kadethaen. Kalau May beneran jatuh cinta pada Kade, dia dukung sepenuhnya deh.


May menempelkan plester di siku Kade. Tapi dia masih cemas, waktu dia jatuh, dia benar-benar tidak kena kepala?

"Err, aku tidak yakin sih. Kejadiannya berlangsung begitu cepat."

May langsung sigap memeriksa kepala Kade saking cemasnya, sama sekali tidak menyadari kalau kedekatan mereka membuat Kade jadi gugup.

"Khun May, apa kau menemukan sesuatu?"

"Belum."

"Tapi aku sudah menemukan sesuatu," seloroh Kade sambil melirik nkal May yang jelas saja membuat May jadi sebal. Gila!


Kade meyakinkannya untuk tidak mencemaskannya. Kepalanya baik-baik saja kok, hatinya-lah yang justru tidak baik-baik saja.

May jadi gugup ditatap seperti itu. Apa Kade sedang bermain lakorn jadi suaminya sekarang?

"Tidak. Aku tidak sedang berakting, ini perasaanku yang sebenarnya."

Tapi May masih ragu dan karena tak tahu bagaimana harus menanggapinya, dia buru-buru menghindar dengan alasan mau mandi. Tapi pernyataan Kade barusan sebenarnya membuat May bahagia dan tak bisa berhenti tersenyum.

Kade pun sama bahagianya. "Aku akan membuat semua ini menjadi nyata, Khun May."


Hari mulai menjelang petang saat Ruth menemukan ibunya sedang ngedumel kesal gara-gara polisi yang masih belum datang juga.

Ruth berusaha memohon padanya untuk menggugat Ibunya Pin. Tapi tentu saja Ibu Ruth tetap ngotot, ia tidak terima ditampar dan harga dirinya dihina di hadapan orang banyak. Ibu Ruth bersumpah akan memasukkan wanita itu ke penjara.

"Bu!"

"Berhentilah mengeluh! Jangan membuat ibu lebih terluka daripada sekarang. Kau mengasihani mereka, apa kau pernah mengasihani ibumu sendiri? Ibu yang selalu harus mengejarmu dan menarikmu dari kubangan ktran! Ibu bahkan tidak punya waktu untuk bekerja sekarang ini!"


Tiba-tiba ponsel Ibu berbunyi. Ia mendapat pesan anonim yang kontan membuat matanya terbelalak kaget. Pesan itu mengklaim kalau Pin tidur dengan Kade sebelum dia berkencan dengan Ruth. (Waduh! Siapa tuh yang ngirim?)

Ibu Ruth langsung menelannya mentah-mentah, ia bahkan langsung memberitahukan hal itu pada Ruth lalu pergi tanpa mau mendengarkan apapun lagi. Siapa pengirim pesan itu?

 

Tak lain tak bukan adalah Sekretarisnya Nackarin yang sepertinya sengaja ingin mengadu domba semua orang atas perintah bosnya.

Nackarin senang mendengar laporan sekretarisnya itu. "Sekarang, masyarakat pasti tidak akan bosan. Karena akan ada lebih banyak drama."

"Jadi ini seperti kita menggunakan medsos untuk menangani Kadethaen."

"Bukan cuma Kadethaen," ucap Nackarin penuh arti.


Hanya dengan memakai bju tidur, May keluar ke teras sambil menggigil kedinginan.

Mana dia tidak bawa baju hangat lagi. Semua ini gara-gara Kade yang menyuruhnya packing buru-buru. Siapa sangka kalau Kade ternyata membawanya ke gunung.

Tapi tiba-tiba gerutuannya terhenti saat matanya melihat meja makan candlelight dinner yang disiapkan Kade di depan. Apalagi di piring makannya, Kade membuat simbol heart dari saos tomat.


Tapi Kade sendiri malah tidak tampak di mana-mana, May malah menangkap penmpakan di sesemakan di bawah. Siapa di sana? Kade, kah? Kenapa dia bersembunyi di dalam kegelapan?

Tidak ada jawaban. May mulai gelisah sekarang, di mana Kade? Saat dia turun, tiba-tiba dia melihat penampakan yang melintas cepat di depan.

Mengira itu Kade, May langsung memanggil-manggilnya... saat tiba-tiba saja seseorang menarik tangannya dari belakang. May kaget, tapi ternyata dia Kade. Fiuh, syukurlah.

 

Tapi... kalau Kade ada di sini, terus yang barusan lewat siapa. "Siapa yang bersembunyi di belakang pohon?!"

Saat itulah mereka melihat si paparazi bergegas melarikan diri melompati pagar. May kesal setengah mati melihat itu, ingin sekali dia menghajar tuh orang.

Kade dengan cepat menghentikannya. Sudahlah, biarkan saja dia pergi. Kenapa May turun di tempat gelap seperti ini?

"Karena aku melihat seseorang menyelinap, aku kira dia kau makanya aku turun. Siapa sangka kalau ternyata dia. Dia benar-benar niat, kau lihat sepanjang apa kameranya?"

"Iya, aku lihat. Tidak usah terlalu terkejut lah."

"Kau tidak terkejut? Ini villa private dan dia membuntuti kita sampai kemari!"


Yang tak disangka, Kade malah mengaku kalau dia sebenarnya sudah tahu kalau si paparazzi itu membuntuti mereka. May kaget. Jadi maksudnya, Kade sudah tahu sedari awal?

Tidak, sih. Tapi kan mereka meng-upload foto-foto bulan madu mereka di medsos. Makanya Kade yakin akan ada reporter yang akan mengikuti mereka untuk memotret kehidupan pernikahan mereka.

"Jadi maksudnya setiap perbuatan manis yang kau lakukan itu cuma pura-pura?"

"Menurutmu seperti itu?"

"Aku tanya, kau malah tanya balik." Sebal, May berbalik memnggungi Kade sambil berusaha menahan dinginnya udara malam.


Kade dengan manisnya memberikan jaketnya untuk May. "Jawaban dari pertanyaan itu, tergantung pada perasaanmu dan apa yang kau rasakan tentang sikapku. Kita bisa berbohong pada orang lain, tapi kita tidak bisa berbohong pada perasaan kita sendiri." Ujar Kade. May tersentuh dan jadi malu mendengarnya.

Pin baru saja keluar dari UGD saat tiba-tiba saja Ibu Ruth muncul lagi, tapi kali ini dia datang dengan membawa serombongan polisi, pengacara, dan wartawan.


Ibu memberitahu para polisi untuk menangkap Ibu Pin, ia akan menuntutnya atas tuduhan melakukan penyerangan. Ibu Pin jelas tidak terima, ia juga akan menuntut Ibu Ruth kalau begitu. Ia akan menuntut Ibu Ruth atas tuduhan penyerangan terhadap putrinya.

Ibu Ruth menyangkal. Memangnya apa yang sudah dia lakukan pada Pin? Dia bahkan ogah menyntuh seujung kuku Pin.

"Memang. Kau tidak melakukannya sendiri, tapi kau menyuruh sekuriti untuk menyeretnya keluar dari kantor walaupun kau tahu kalau dia mengandung anak Saruth, anak putramu! Kau ingin dia keguguran. Karena kau tidak menyukai sang ibu, makanya kau ingin membunuh anaknya. Kejam! Pendosa!"

"Kau yang pendosa! Kau mencoba menghancurkan masa depan putraku. Putrimu itu tidur dengan sembarang orang dan hamil oleh pria lain! Tapi karena dia tidak bisa menemukan ayahnya, makanya kalian menyalahkan putraku!"

Pin tak percaya mendengarnya. Dia tidak pernah tidur dengan sembarang pria, dia hanya memiliki Ruth dan bayi ini adalah bayinya Ruth.

Ibu Ruth tak percaya, bukankah Pin pernah berhubungan dengan Kade sebelum Ruth. Terus Pin dicampakkan setelah dia hamil dan Kade justru menikah dengan konglomerat ahli waris Mall The Heaven. Makanya Pin sengaja menjerat Ruth.


Ibu Pin jelas tidak terima. Ia hampir saja menyerang Ibu Ruth kalau saja polisi tidak mencegahnya. Dasar tukang fitnah! Dia mengarang-ngarang cerita! Jadilah kedua ibu itu saling serang dengan gnas dan pak polisi yang malang harus menjadi korban keberngasan mereka.

"Sudah, berhenti! Ini rumah sakit! Kalau kalian berdua tidak mau berhenti, akan kubawa kalian ke kantor polisi!" Ancam Pak Polisi dan baru saat itulah kedua ibu akhirnya mau diam.


Kade dengan manisnya mendudukkan sang istri di meja makan mereka. "Makan malam malam blan madu kita."

"Bulan madu palsu, kan?"

Kade tidak setuju disebut palsu. Mereka sudah menjalankan segala upacara tradisional dan legal. Mulai dari berlutut melamar May, menyelipkan cincin nikah di jari May di hadapan para saksi, hingga menandatangani akta nikah resmi.

"Dan yang paling penting, kita sudah melakukan malam pengantin."

Taapi ingatan itu membuat May tak nyaman. Suaranya tiba-tiba bergetar karena menyesali saat itu. Menyesal karena mabk-mabkan dan bertingkah bodoh hingga berhbungan dengan seorang pria asing.

"Sungguh memalukan bagi seorang wanita untuk bertingkah seperti itu." Isak May penuh penyesalan.


Mendengar itu, Kade langsung berlutut di hadapannya dan dengan lembut mengambil tangan May dan menghapus air matanya.

"Bagiku, itu adalah takdir yang membuatku bertemu denganmu. Aku tidak ingin kau mengingat kejadian malam itu jika itu membuatmu merasa buruk tentangku. Aku ingin kau ingat bahwa setiap menit mulai sekarang, aku akan selalu menggenggam tanganmu dan menjalani hidup bersamamu." Ucap Kade lalu mengecp lembut tangan May.

May sungguh terharu mendengarnya. "Kau... memintaku untuk menjadi satu-satunya bagiku?"

"Bolehkah? Bolehkah aku menjadi satu-satunya bagimu?"

Tanpa menunggu jawaban, Kade langsung mencimunya dengan lembut dan May sama sekali tidak menolaknya.

Tapi tetap saja May ragu, mereka kan tidak pernah saling mencintai. Apa bisa mereka menjadi satu-satunya bagi satu sama lain?

"Bisa. Dulu aku tidak cinta, tapi sekarang aku cinta." Ucap Kade sebelum kemudian mengcpnya kembali dengan lembut.

Bersambung ke part 5

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam