Rekap Novel Deng Hua Xiao Bab 54 - Bab 56


 

Dari menyuap Tuan Cao, Lu Tong mendapatkan sedikit informasi tentang Hakim Fan, orang yang menjebloskan Lu Qian ke penjara.

Hakim Fan mendapatkan promosi tepat tiga bulan setelah kematian Lu Rou. Saat itu Lu Qian sudah tiba di ibu kota dan setelah perdebatannya dengan Nyonya Tua Ke, tiba-tiba saja dia jadi buronan dengan tuduhan melakukan perampokan.

Kabarnya, waktu itu mereka kesulitan mencari si buronan, namun kemudian mereka berhasil menemukannya berkat kerabatnya si buronan yang mengkhianati si buronan dan memberi mereka informasi dengan alasan menegakkan keadilan. 

Hah? Memangnya keluarga Lu punya kerabat di ibu kota? Lu Tong yakin tidak. Kalau mereka beneran punya kerabat di ibu kota, tidak mungkin Lu Rou akan bernasib setragis ini.

Sayangnya mereka tidak bisa mendapatkan informasi lebih jauh, karena Tuan Cao menolak terlibat terlalu jauh dengan masalah pemerintahan dan pejabat.

Selain ini, Yin Zheng agak khawatir karena mereka belakangan ini menghabiskan uang kayak air terjun. Uang yang mereka pakai untuk menyuap Tuan Cao kali ini memakai uangnya Bos Du. Tidak baik jika mereka terus menerus minta uang ke Bos Du, apalagi belakangan ini pemasukan mereka banyak berkurang sejak tidak bisa menjual teh herbal lagi.

Oh! Mendengar itu, Lu Tong mendadak kepikiran sesuatu dan langsung semangat membuat teh herbal jenis baru.

Hakim Fan ini sepertinya memang pejabat korup. Bukan hanya dia terlibat dalam kasusnya Lu Rou dan Lu Qian, dia sepertinya juga terlibat dalam kasusnya Lu Da Shan.

Pei Yun Ying sama sekali tak berperasaan saat meny1ksa para penjahat asalkan dia bisa membuat mereka bicara. Dari beberapa orang yang dia tangkap dan dia s1ksa dengan sangat kejam, hanya satu yang akhirnya mau bersuara. Maka yang lain langsung dia habisi, dan hanya menyisakan si tahanan yang mengalah itu. Dari orang inilah, Pei Yun Ying mendapatkan informasi tentang keterlibatan Hakim Fan.

Tepat setelah dia selesai dengan interogasinya, salah seorang pelayan dari keluarga Pei datang untuk menyampaikan undangan ultah dari Tuan Pei dan menyampaikan bahwa Tuan Pei kangen sama Pei Yun Ying.

Namun Pei Yun Ying dengan dinginnya menolak dengan alasan tidak ada waktu. Si pelayan sudah bisa menduganya sih, Pei Yun Ying memang memusuhi ayahnya sejak ibunya meninggal dunia. 

Bahkan dulu setelah Pei Yun Ying kembali ke ibu kota, dia langsung membeli rumahnya sendiri dan tidak pernah pulang kecuali setiap peringatan kematian ibunya. Satu-satunya keluarga yang dia pedulikan dan dia sayangi hanya Pei Yun Shu.

Satu-satunya orang yang paling pintar bersosialisasi di Klinik Renxin hanya Yin Zheng seorang. Hanya dalam waktu singkat, dia akrab dengan banyak pedagang lain di Jalan Barat ini. 

Dia bukan hanya bermulut manis, tapi juga dermawan, makanya dia juga sering mendapat berbagai hadiah balasan dari banyak orang.

Kali ini dia mendapat dua ekor ikan dari Nyonya Song, seorang penjahit sepatu sutra di toko sebelah. Karena Yin Zheng tidak pintar masak dan tidak tahu bagaimana mengurus dan menyiapkan ikan sebelum dimasak, akhirnya Lu Tong yang harus bertindak.

Dulu semasa hidup di keluarganya sendiri, hidup Lu Tong cukup enak dan jarang melakukan pekerjaan rumah tangga, namun setelah hidup dengan Yun Niang di puncak Gunung Loumei, hidupnya penuh dengan penderitaan, namun itu pula yang pada akhirnya membuatnya tumbuh jadi sosok yang mandiri.

Dulu, bukan hanya dia sering dijadikan kelinci percobaan, tapi dia juga sering ditinggal sendirian di rumah. Bahkan pernah dia ditinggal sendirian selama setengah bulan dengan hanya sedikit persediaan makanan.

Suatu hari saat persediaan makanannya habis dan dia sangat kelaparan, dia menemukan ada seekor burung mati di hutan. Dia masih kecil waktu itu, masih belum lama tinggal di puncak Gunung Luomei, sama sekali tidak tahu apa-apa tentang memasak, jadi waktu itu dia langsung saja memanggang burung itu begitu saja tanpa mencabut bulu-bulunya dan membersihkan bagian dalamnya.

Alhasil begitu burung itu matang, tapi bagian dalamnya masih penuh darah. Namun karena waktu itu dia sangat amat kelaparan, terpaksa dia tetap memakannya dengan penuh penderitaan. Itu adalah makanan paling menyiksa dan menjijikkan yang pernah dia makan sejak dia lahir.

Namun sejak saat itu, dia mulai belajar bertahan hidup. Dia belajar membuat berbagai jebakan untuk menangkap hewan-hewan liar dan belajar membersihkan dan menyiapkan hewan sebelum dimasak, juga belajar mengawetkan daging dengan cara didendeng. 

Saat Yun Niang akhirnya pulang, dia sama sekali tidak merasa bersalah sudah meninggalkan Lu Tong sendirian, malah kaget karena Lu Tong masih bertahan hidup dan cuma memuji kehebatannya yang mampu bertahan hidup.

Bahkan waktu itu Yun Niang dengan senyum misteriusnya berkata bahwa dia satu-satunya yang mampu bertahan hidup selama ini. Siapa tahu, Lu Tong akan bisa turun gunung hidup-hidup.

Itu kata-kata yang agak menyeramkan, tapi pada akhirnya, Lu Tong benar-benar bisa turun gunung hidup-hidup, Yun Niang yang mati dan sekarang tak ada siapa-siapa di puncak Gunung Loumei.

Namun hidup bersama Yun Niang telah menjadikan dirinya, anak bungsu keluarga Lu yang dulu selalu ceria dan nakal, menjadi sosok yang dingin dan tak berperasaan.

Sekarang, Lu Tong sudah selesai membuat teh herbal jenis baru. Seperti sebelumnya, kali ini dia juga menyuruh Yin Zheng untuk menulis puisi, tapi kali ini puisinya tentang keindahan penampilan wanita. Bahkan bungkusan untuk teh herbal terbaru inipun beda banget, warna pink. 

Ternyata itu karena teh herbal terbarunya Lu Tong adalah teh pelangsing yang dia namai Xian Xian. Dia mengklaim bahwa teh ini bukan hanya berguna untuk melangsingkan tubuh, tapi juga bisa untuk mempercantik kulit.

Sama seperti sebelumnya, masyarakat juga awalnya meragukannya. Karena teh pelangsing kan bukan barang baru. Sejauh ini belum ada teh pelangsing yang beneran efektif. 

Bos Du pun tak puas dan tak setuju dan berusaha membujuk Lu Tong untuk membuat teh herbal lainnya. Namun Lu Tong sangat keras kepala dan tak mampu digempur sedikitpun. 

Namun yang tak disangkanya, ternyata ada satu orang yang mau membeli teh pelangsing itu, tapi bukan seorang wanita gendut, melainkan seorang pria, Tukang Daging Dai yang terkenal sangat gembrot.

Tukang Daging Dai ini naksir Janda Sun yang walaupun nggak cantik-cantik amat, tapi cukup menawan. Selain Tukang Daging Dai, banyak juga cowok lain yang naksir Janda Sun, karena selain lumayan cantik, dia juga kaya berkat warisan dari mendiang suaminya.

Masalahnya, Janda Sun cuma mau sama cowok ganteng. Dia tidak peduli sama cowok kaya atau berbakat, dia cuma peduli sama yang ganteng doang. Makanya selama ini Janda Sun tak pernah melirik Tukang Daging Dai.

Tukang Daging Dai kemudian mendengar dari Nyonya Song tentang Klinik Renxin yang meluncurkan teh herbal terbaru mereka. Awalnya dia ragu-ragu, apalagi harga teh pelangsing itu per kalengnya jauh lebih mahal daripada teh herbal yang pertama. Namun mengingat kesuksesan teh herbal yang pertama dan demi mendapatkan cintanya, Tukang Daging Dai akhirnya nekat juga membeli dua kaleng. Dua kaleng itu cukup untuk satu bulan minum. 

Selama satu bulan berikutnya, tidak ada lagi yang membeli teh herbal itu. Tukang Daging Dai pun mendadak pulang kampung karena katanya ibunya lagi sakit sehingga tokonya tidak buka selama satu bulan.

Namun hari ini, saat Nyonya Song dan Janda Sun melihat tokonya Tukang Daging Dai akhirnya buka, mereka sontak tercengang mendapati Tukang Daging Dai sudah berubah jadi langsing, gagah dan ganteng... yang sontak menarik perhatian Janda Sun. Pfft!

Nyonya Song langsung menggembar-gemborkan masalah ini ke para tetangga yang langsung berbondong-bondong untuk melihat perubahan Tukang Daging Dai. 

Lalu tak lama kemudian, mendadak saja Klinik Renxin diserbu oleh sekumpulan orang baik pria maupun wanita berbadan subur yang ingin membeli teh Xian Xian. Bahkan sampai banyak pula yang tidak kebagian sehingga mereka harus PO.

Akhirnya! Setelah satu bulanan Bos Du suntuk dan frustasi karena belum dapat pemasukan, hari ini dia mendadak sibuk menghitung banyaknya uang yang masuk ke kantongnya, pemasukannya kali ini bahkan jauh lebih banyak daripada teh herbal yang pertama. 

Namun sesuai perjanjian, dia membagi separuhnya untuk Lu Tong. Bahkan saking bahagianya, Bos Du akhirnya berubah pikiran dan mendesak Lu Tong untuk memproduksi Teh Xian Xian lebih banyak.

Bos Du penasaran apakah Lu Tong pernah membuat teh ini sebelumnya sehingga dia menjualnya dengan penuh percaya diri padahal dia bahkan tidak pernah melakukan percobaan sebelumnya.

Lu Tong mengaku iya, sekitar 5 atau enam tahun yang lalu, waktu Lu Tong masih belajar ilmu medis pernah ada seorang wanita gemuk yang datang ke gurunya untuk meminta dibuatkan obat khusus untuk membuat tubuhnya kembali langsung seperti semasa dia gadis dulu, dia frustasi waktu itu karena suaminya ingin mengambil selir yang lebih muda dan menawan.

Gurunya Lu Tong menolak karena biaya konsultasinya mahal dan wanita itu tidak memiliki uang sebanyak yang Yun Niang inginkan, tapi kemudian, Yun Niang tiba-tiba merekomendasikan Lu Tong pada wanita itu, mengklaim kalau Lu Tong bisa membuat obat pelangsing yang dia inginkan dan biayanya Lu Tong juga lebih murah.

Jadilah selama beberapa waktu kemudian, Lu Tong sibuk meracik berbagai resep obat herbal, membaca puluhan buku-buku medis, bahkan mencoba resep obatnya ke dirinya sendiri... hingga akhirnya dia berhasil juga membuat obat pelangsing tersebut.

Obat pelangsing buatannya pada akhirnya memang sukses membuat wanita itu jadi langsing, tapi sayangnya, suami wanita itu tetap tidak berubah pikiran dan tetap mengambil selir. 

Ah! Sayang sekali! Ah Cheng agak kecewa mendengar akhir ceritanya. Hmmm... Lu Tong sengaja mengakhiri ceritanya sampai di sini, padahal sebenarnya tidak. Seandainya Ah Cheng mengetahui ending cerita yang sebenarnya, dia mungkin akan lebih kecewa. Karena ending yang sebenarnya justru lebih tragis.

Karena suaminya tetap mengambil selir, wanita itu kemudian datang lagi ke puncak Gunung Loumei, memohon-mohon pada Yun Niang untuk membuatkannya obat ajaib yang bisa membuatnya kembali muda seperti dulu. 

Obatnya Lu Tong memang berhasil membuatnya jadi kurus, tapi tidak bisa membuatnya tampak seperti gadis muda.

Lagi-lagi permohonannya ditolak oleh Yun Niang tak peduli seberapa banyak uang yang ditawarkan wanita itu, karena siapa juga yang bisa membuat obat ajaib semacam itu.

Namun Yun Niang menawarkan solusi lain, alias ide gila, yang lebih cepat supaya si wanita mendapatkan kembali suaminya... sebotol racun tak berwarna dan tanpa rasa. 

Cukup berikan selama satu bulan pada suaminya, maka orangnya akan mati dan tidak akan ada seorang pun yang akan curiga. Jika suaminya mati, maka dia tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi.

Wanita itu agak kaget awalnya, tapi pada akhirnya dia tetap pergi dengan membawa racun itu. Beberapa waktu kemudian saat Lu Tong turun gunung, dia mendengar gosipan para warga tentang seorang wanita yang meracuni suaminya sendiri lalu menenggelamkan dirinya ke sumur. Lu Tong begitu kaget mendengar itu, namun si gila Yun Niang malah santai-santai saja berkata, "obat tidak bisa menyembuhkan orang, tapi racun bisa."

Hidup dan berguru pada orang gila semacam itu, pada akhirnya membuat Lu Tong merasa dirinya juga sama, bahwa dia bukanlah tabib yang menyelamatkan nyawa. Mungkin Xian Xian juga bukan obat, melainkan racun.

Bersambung...


Post a Comment

0 Comments