Sayang sekali Ke Cheng Xing sama sekali tidak mencurigai pelayan pribadinya itu, padahal segala keanehan tentang hantunya Lu Rou itu dilakukan olehnya atas perintah Lu Tong.
Dialah satu-satunya pelayan yang paling bisa melakukan itu karena hanya dia yang paling dekat dengan Keluarga Cheng Xing. Dia pula satu-satunya pelayan yang paling mengetahui tentang berbagai kebiasaan Lu Rou dulu dan menggunakan semua itu untuk menakut-nakuti Ke Cheng Xing. Dia juga tidak ingin sebenarnya, tapi apa boleh buat.
Beberapa hari ini dia juga membawa dua kantong wewangian pemberian 'Tuan Zheng'. Kantong wewangian itu tidak akan tercium baunya kalau tidak diendus dengan seksama. Tidak berbahaya juga, tapi bisa menyebabkan orang jadi insomnia.
Bagi orang biasa dan sehat seperti Wan Fu, insomnia bukan masalah besar, tapi bagi orang seperti Ke Cheng Xing yang menderita gangguan mental dan memiliki ketakutan akan perbuatan jahat masa lalunya, insomnia bisa jadi penyiksa.
Dia pula yang mengoleskan obat pemberian 'Tuan Zheng' juga untuk membuat Nyonya Tua Ke jatuh sakit biar dia tidak bisa mengurusi urusan kediaman dan tidak bisa mengurusi masalah hantu itu.
Lama-lama Wan Fu jadi merasa ketakutan karena segalanyan berjalan sesuai perkiraan Tuan Zheng setiap detilnya. Tapi dia sudah terlibat terlalu jauh dan tidak bisa mundur.
Sementara Wan Fu sibuk menakut-nakuti tuannya, Lu Tong sendiri sibuk berhari-hari membuat entah obat apa saja di dalam dapur. Pokoknya dia super sibuk di klinik dan di dapur setiap hari dan Yin Zheng tidak berani mengganggunya.
Baru setelah Lu Tong selesai dengan pekerjaannya di dapur, Yin Zheng memberitahunya bahwa Wan Fu tadi mengirim pesan ke kasino bahwa Ke Cheng Xing akan berangkat besok pagi ke Kuil Wan En.
Namun tanpa Lu Tong ketahui, akan ada orang lain juga yang akan pergi ke sana. Yaitu Pei Yun Ying. Dia biasanya rutin pergi ke festival itu bersama kakak kandungnya, Pei Yun Shu, sejak ibu mereka meninggal dunia. Namun tahun ini Pei Yun Shu tidak bisa ikut karena dia sedang hamil.
Pei Yun Shu adalah satu-satunya kakak kandungnya Pei Yun Ying dari ibu yang sama. Dia menikah dengan Pangeran Wen, tapi walaupun dia menikah sebagai istri sah, suaminya sama sekali tak pernah menyayanginya, malah lebih menyayangi selirnya. Bahkan bisa dibilang, yang lebih menguasai para pelayan di rumah ini adalah si selir karena para pelayan lebih memihak yang paling disayang oleh Pangeran Wen.
Sebenarnya masalah semacam ini tak begitu masalah, tapi bisa jadi masalah kalau sudah hamil. Terutama jika nantinya dia melahirkan anak lelaki, sudah pasti dia dan jabang bayinya akan jadi sasaran si selir.
Mereka sangat sadar akan hal ini, makanya Pei Yun Shu tak pernah mau meminum obat atau tonik pemberian pelayan rumah ini, dan Pei Yun Ying melindunginya dengan menempatkan satu orangnya sebagai pelayan pribadinya Pei Yun Shu.
Namun karena sekarang keadaan Pei Yun Shu lebih mengkhawatirkan sejak dia hamil, Pei Yun Ying berencana menambah satu orang lagi untuk menjaga Pei Yun Shu.
Lu Tong dan Yin Zheng berangkat ke festival di Kuil Wan En pada siang keesokan harinya. Cuaca mendung saat mereka berangkat dan baru turun hujan saat mereka tiba di kuil.
Kuil itu dibangun di sebuah tempat yang terpencil dan sunyi, tapi suasananya sangat ramai dengan banyaknya orang-orang yang berdatangan.
Karena itulah di dalam kuil juga ada asrama penginapan dengan kualitas dan harga yang berbeda-beda. Ada tiga jenis asrama. Yang pertama adalah yang paling murah dengan segala keterbatasannya. Yang kedua adalah yang kualitasnya pertengahan, cukup bagus bisa melihat pemandangan taman. Yang ketiga adalah asrama VIP dengan segala kemewahannya. Ada satu lagi yang merupakan area VVIP, tapi cuma bisa diakses oleh keluarga kerajaan, tidak terbuka untuk umum.
Lu Tong dan Yin Zheng memilih asrama VIP, dan saat berjalan menuju ke sana, dia malah kaget melihat Pei Yun Ying di kejauhan, berjalan menembus hujan tanpa payung. Lu Tong jadi agak cemas mengingat bagaimana Pei Yun Ying tampak mencurigainya saat mereka berada di toko aksesoris waktu itu.
Bukan hanya Pei Yun Ying, Xiao Zhu Feng juga ada di sana, menjaga Pangeran Ning yang sedang berdoa. Dari obrolan mereka, ternyata Xiao Zhu Feng menyukai kakaknya Pei Yun Ying dan tak pernah berhenti menyukainya walaupun dia sudah menikah dengan pria lain, tapi dia selalu menyimpan perasaannya dan hanya Pei Yun Ying yang mengetahuinya.
Pei Yun Ying yang sama sekali tak menyukai kakak iparnya, dengan antusias menyarankan Xiao Zhu Feng untuk membvnuh kakak iparnya saja, supaya Xiao Zhu Feng saja yang jadi kakak iparnya. Tapi ide itu langsung ditolak oleh Xiao Zhu Feng karena dia tahu kalau Pei Yun Shu takkan senang dengan itu.
Di bagian lain kuil itu, Ke Cheng Xing memasuki aula tua yang lama ditelantarkan karena di sana ada patung dewa yang dibangun pada dinasti sebelumnya, tidak pernah dipuja lagi sejak dinasti baru bangkit, jadi area ini cuma digunakan sebagai tempat penyimpanan tangki air yang digunakan sebagai tempat penyimpanan ikan dan kura-kura.
Namun pada malam hujan lebat ini, Ke Cheng Xing justru memasuki aula tua ini untuk berdoa pada patung dewa kuno yang ada di sana, meminta supaya si hantu yang ada di rumahnya dimusnahkan. Karena kabarnya, hanya patung dewa kuno yang telah lama ditelantarkan ini yang bisa menangkap hantu.
Pastinya, Wan Fu-lah yang menyarankannya untuk melakukan semua ini. Dia pula yang menyarankannya untuk berdoa tengah malam dengan alasan supaya hantunya Lu Rou terperangkap di dalam aula kuno itu, dan menyarankannya untuk menyuap dewa dengan cara membakar banyak dupa dan memberi beberapa persembahan biar dewa membantunya. Pfft! Walaupun cara ini jelas sangat aneh, tapi bagi Ke Cheng Xing yang lagi frustasi, ini cara yang patut dicoba.
Dia sendirian masuk ke tempat itu, Wan Fu dia larang masuk karena doa yang akan dia katakan pada dewa tidak boleh didengar oleh siapa pun.
Dia awalnya mengakui dirinya salah, tapi ujung-ujungnya dia menyalahkan keluarga Guru Agung Qi saja sebagai biang masalahnya. Padahal dia dan ibunya sendiri juga bersalah karena mereka justru memanfaatkan masalah yang menimpa Lu Rou sebagai batu pijakan untuk bernegosiasi dengan keluarga Qi dan memperkaya diri mereka sendiri. Mereka dibutakan oleh uang dan kekayaan yang ditawarkan keluarga Qi sehingga dia tanpa ragu menuruti saran keluarga Qi untuk menyingkirkan Lu Rou.
Di tengah doanya, tiba-tiba saja dia mendengar suara pintu dibuka perlahan. Dia pikir Wan Fu yang datang, tapi saat dia hendak berbalik, tiba-tiba saja entah mengapa kaki dan lidahnya jadi lemas sehingga dia tidak bisa bangun dan bicara.
Mendengar suara langkah kaki itu seperti suara langkah kaki wanita, pelan, ringan dan anggun, dan itu sontak membuatnya sangat ketakutan mengira kalau itu adalah arwahnya Lu Rou yang mengikutinya sampai kemari untuk mengambil nyawanya.
Namun saat dia menengadah dengan susah payah, dia mendapati yang datang ternyata wanita asing. Hampir saja dia merasa lega, namun si wanita asing yang berwajah dingin itu ternyata mengenalinya.
Segalanya mendadak terasa aneh dan membingungkan bagi Ke Cheng Xing. Kenapa tubuhnya mendadak lumpuh, kenapa wanita asing ini ada di sini tengah malam, siapa wanita ini sebenarnya? Dia ingin memanggil Wan Fu, tapi lidahnya lumpuh. Saat inilah dia mulai merasa agak aneh dengan banyaknya dupa yang dia bakar karena semua dupa itu menguarkan wewangian yang terlalu tajam dan memabukkan.
Si wanita asing dengan tenang memberitahunya bahwa dupa inilah yang menyebabkannya menjadi lumpuh, memabukkannya dan membuatnya mudah dimanipulasi tapi pikirannya akan tetap sadar. Tapi si wanita asing tidak akan terpengaruh oleh dupa ini karena dia sendiri yang membuat dupa ini.
"Tuan Ke menyembah dewa di malam hari, sepertinya kau sangat ketakutan. Tapi menurutmu, bagaimana dewa atau Buddha akan menyelamatkanmu? Jika di dunia ini sungguh ada dewa atau Buddha, kakakku tidak akan mati di kolam bunga di rumahmu," ucap si wanita asing.
Ke Cheng Xing jelas bingung dan tercengang mendengar ucapannya. Dia adiknya Lu Rou?... Dia tiba-tiba ingat dengan wanita yang pernah datang ke rumah dan mengaku sebagai sepupunya Lu Rou. Dia Wang Ying Ying?
Belum sempat memikirkannya lebih jauh, Wang Ying Ying tiba-tiba mencengkeram lehernya lalu menyeretnya ke tangki air. Padahal tangannya kelihatan kecil dan rapuh tapi ternyata tenaganya sangat besar dan kuat.
"Tuan Ke, apakah kakakku dibvnuh olehmu?" tanya Wang Ying Ying, lalu tiba-tiba saja dia langsung membenamkan kepala Ke Cheng Xing ke dalam air dengan kuat.
Lalu kemudian kepalanya dikeluarkan kembali dan Wang Ying Ying tanya lagi, "kenapa kau tidak menjawab."
Ke Cheng Xing sontak ketakutan setengah mati pada wanita asing ini, tapi bagaimana dia bisa menjawab dengan lidahnya yang lumpuh ini.
Wang Ying Ying terus menanyakan berbagai pertanyaan terkait kematian seluruh keluarga Lu dan semua pelaku yang terlibat di dalamnya, dan setiap kali selesai bertanya dia langsung membenamkan kepalanya ke air, lalu mengeluarkannya lagi, begitu seterusnya, menyiksanya berulang kali dan membuatnya merasakan betapa sakitnya tenggelam di air seperti yang Ke Cheng Xing lakukan pada Lu Rou dulu.
Di saat inilah Ke Cheng Xing akhirnya baru ingat kalau dulu Lu Rou pernah memberitahunya bahwa dia punya adik bungsu yang hilang sejak dia kecil.
Lu Rou dulu bercerita bahwa pernah ada epidemi di Changwu, mereka sekeluarga juga kena kecuali adik bungsunya. Suatu hari, adiknya menemukan beberapa paket obat. Lalu setelah seluruh keluarga mereka meminum obat itu, mereka perlahan-lahan mulai sembuh.
Namun setelah itu, adik bungsunya keluar rumah dan tak pernah kembali. Ada tetangga yang bilang kalau mereka melihatnya naik ke kereta kuda milik orang asing yang memakai tudung kepala. Bertahun-tahun mereka berusaha mencarinya, tapi tak pernah ada hasil.
Dulu Lu Rou pernah meminta bantuannya untuk mencarikan adik bungsunya, tapi waktu itu dia cuma mengiyakannya tanpa keseriusan karena meyakini kalau mereka takkan mungkin bisa menemukannya. Dan waktu itu kan dia tidak sekaya sekarang, makanya dia tidak mau mengeluarkan uangnya untuk sesuatu yang dia yakini takkan berguna.
Sekarang, Ke Cheng Xing akhirnya sadar kalau wanita yang di hadapannya ini bukan Wang Ying Ying. Saudara jauh tidak akan mungkin peduli, dan lagi, wajah wanita ini agak mirip Lu Rou. Dia pasti adalah adik bungsunya Lu Rou yang hilang.
Di saat ini pula, saat dia merasakan tubuhnya semakin berat dengan kepalanya terus menerus ditenggelamkan, dia baru ingat bagaimana dulu dia menenggelamkan Lu Rou dengan tangannya sendiri.
"Apa kau ketakutan?" tanya Lu Tong saat Ke Cheng Xing sudah tak bernyawa, "memang benar harus ketakutan, kakakku juga ketakutan waktu itu."
Bersambung...
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam