Rekap Novel Coroner's Diary Bab 88 - Bab 90


Menyadari dia kena jebakan, Wei Yan Zhi akhirnya tidak berakting lagi. Dia benar-benar tidak merasa bersalah sedikit pun atas semua perbuatannya karena dia merasa bahwa justru dialah korban yang sebenarnya.

Sejak kecil dia banyak menderita dan diperlakukan secara tak adil di keluarga Wei. Dia bahkan menyalahkan Wei Qi Zhi sebagai biang keladi yang membuat ibunya mati.

Sedangkan masalah Nona Song, dia mengklaim bahwa dia sebenarnya tidak berniat membunuh Nona Song, tapi Nona Song terus mendesaknya, jadi dia terpaksa harus melakukan itu demi mengamankan masa depannya sendiri.

Prefek Huo akhirnya menangkapnya, tapi Wei Yan Zhi masih bisa bersikap angkuh karena meyakini kalau mereka tidak memiliki bukti tentangnya. Surat yang dia curi itu palsu, kalau mereka punya bukti, maka mereka pasti tidak akan repot-repot membuat jebakan ini.

Mereka memang tidak belum memiliki bukti untuk melawannya, makanya Prefek Huo langsung memerintahkan para anak buahnya untuk menggeledah seluruh kamar ini.

Namun tetap saja mereka belum bisa menemukan apa pun, mereka juga tidak menemukan benda lain selain arang di kompornya Wei Yan Zhi.

Saat Qin Wan mengecek kamar dalam, dia melihat Wei Yan Zhi memiliki dua jenis pedang, pendek dan panjang. Yue Ning mengenali pedang panjangnya sebagai pedang Chengying yang merupakan salah satu pedang buatan Keluarga Liang dari dinasti sebelumnya. Wei Yan Zhi pernah bilang padanya bahwa pedang ini adalah hadiah dari Adipati Song.

Saat Qin Wan meneliti pedang panjang itu, dia langsung bisa menduga bahwa pedang inilah yang dipakai untuk membunuh. Jika mereka bisa menemukan kepala Nona Song, maka dia bisa mencocokkan luka di kepala Nona Song dengan ukuran pedang ini.

Sayangnya mereka tidak bisa menemukan bukti lain selain ini. Berhubung sudah larut malam, Prefek Huo pun membubarkan semua orang supaya mereka beristirahat dulu.

Namun tak sengaja saat Qin Wan dan Yue Ning kembali ke kamar, seorang pelayannya Yue Ning keluar dengan panik karena dia tak sengaja menghilangkan anting-anting giok pemberian Yue Ning dan berniat mencarinya ke sumur tempat dia cuci baju tadi.

Ini mendadak membuat Qin Wan punya inspirasi tentang di mana harus mencari tengkoraknya Nona Song, dan langsung lari kembali ke Prefek Huo untuk memberitahunya untuk mencari ke tempat pembuangan abu.

Dia bersemangat banget hingga dia langsung saja pergi sendiri ke tempat pembuangan abu luar halaman, bahkan langsung terjun sendiri ke tumpukan abu sampai membuat semua orang tercengang.

Dan dugaannya benar, dia akhirnya menemukan potongan kecil tengkorak. Karena kepala Nona Song dibakar sejak beberapa hari yang lalu, jadi sekarang tengkoraknya hancur jadi pecahan-pecahan kecil.

Melihat itu, Prefek Huo langsung mengerahkan anak buahnya ke tumpukan abu, dan meminta bantuan para pelayan Keluarga Marquis untuk ikut mencari di taman bunga karena di sanalah semua abu rumah ini berakhir dijadikan pupuk.

Jadilah mereka semua begadang dan sibuk bukan main. Yue Qing dan Yan Chi yang tadinya hampir tidur, sekarang mendadak bangun lagi begitu mendengar keributan di luar.

Menjelang subuh, Yue Qing pergi ke kota untuk membantu mencarikan lem ikan untuk Qin Wan gunakan untuk menyatukan pecahan-pecahan tengkorak.

Walaupun sudah jadi pecahan-pecahan kecil, tapi Qin Wan bisa langsung tahu setiap detil bagian-bagian tengkorak itu. Dia sangat fokus saat mulai menyatukan pecahan-pecahan tengkorak itu.

Tidak ada seorangpun yang bersuara supaya dia tidak terganggu dan mereka cuma bisa melihat dengan penuh kekaguman saat Qin Wan satu demi satu menyatukan setiap potongan hingga tak lama kemudian, mulai terlihatlah bentuk tengkorak manusia walaupun ada beberapa bagian yang bolong dikit karena belum ketemu potongannya. 

Namun tidak masalah walaupun bentuknya belum sempurna, yang penting, Qin Wan sudah bisa menemukan bekas luka di salah satu bagian tengkorak korban. 

Dari situ, dia menyimpulkan bahwa korban diserang dari belakang dengan sisi tumpul pedang, yang dilihat dari ukurannya, jelas merupakan bekas pukulan pedang Chengying milik Wei Yan Zhi. Namun serangan ini tidak fatal, hanya melumpuhkan, lalu secepat kilat korban dipenggal saat dia masih sadar.

Akhirnya! Kasus ini selesai juga dan Qin Wan pun bisa beristirahat dengan nyenyak sampai dia kesiangan keesokan harinya.

Namun tugas Qin Wan sebagai tabib ternyata belum sepenuhnya selesai. Yue Ning mendadak muncul kembali untuk menjemputnya kembali ke kediaman Marquis karena sekarang dia kedapatan pasien baru. Yaitu, Wei Qi Zhi yang kondisi kakinya tambah parah setelah disiksa di penjara dan sekarang dibawa ke kediaman Marquis.

Dalam perjalanan, Qin Wan mendapat update dari Yue Ning tentang Kaisar yang tampaknya mulai khawatir dengan kekuasaan militer pasukan Shuo Xi yang berada di bawah komando ayahnya Yan Chi. 

Makanya Yan Chi tidak akan kembali ke pasukan Shuo Xi untuk sementara waktu. Yue Jia yang nantinya akan bergabung ke pasukan Shuo Xi untuk menambah pengalaman.

Walaupun militer memang sangat dibutuhkan bagi negara, tapi juga selalu menjadi sesuatu yang dikhawatirkan oleh pemerintah, terutama jika kekuatan militer jadi semakin kuat, dan sekarang, dengan berbagai prestasi mereka, pasukan Shuo Xi memang termasuk pasukan elite.

Ini pula yang dulu dikhawatirkan oleh Tuan Putri, makanya dulu saat pasukan militer keluarga Yue semakin menguat, Tuan Putri langsung berinisiatif memboyong seluruh keluarga pindah ke Jinzhou, makanya mereka terlepas dari kecurigaan Kaisar. 

Namun tentu saja mereka tetap tidak terima dengan sikap keluarga Adipati Song yang mempermainkan mereka seperti ini hanya karena mereka jauh dari ibu kota. Tuan Putri tidak akan melepaskan masalah ini begitu saja.

Informasi ini membuat Qin Wan jadi mulai paham mengapa Yan Chi mendadak balik ke ibu kota padahal prestasi militernya luar biasa. Sepertinya kekuatan militer mereka sedang ditekan... atau hendak dimusnahkan?

Dia jadi teringat dengan luka punggungnya Yan Chi. Luka sayatan sebesar itu jelas ditargetkan untuk menghabisi nyawanya, dan itu terjadi saat dia dalam perjalanan ke Jinzhou dan bukannya saat dia berada di medan perang.

Wei Qi Zhi ditempatkan di sebelah kamarnya Wei Yan Zhi, dan setibanya di sana, mereka mendengar Yue Qing sedang heboh menggembar-gemborkan kehebatan medisnya Qin Wan dengan penuh kebanggaan.

Huo Ning juga ada di sana, ditugaskan ayahnya untuk menjenguk Wei Qi Zhi karena Prefek Huo merasa bersalah sudah menyiksa Wei Qi Zhi tapi tidak ada waktu untuk menjenguknya karena super sibuk untuk menyelesaikan laporan kasus ini. Makanya dia mengirim Huo Ning kemari.

Terlepas dari berbagai kemalangan yang dialaminya belakangan ini, Wei Qi Zhi masih bisa bercanda dan menjadikan kemalangannya sebagai pelajaran hidup. Sikap dan pemikirannya benar-benar sangat berbeda dari Wei Yan Zhi. 

Seandainya ini terjadi pada Wei Yan Zhi, sudah pasti dia akan sangat merana dan menyalahkan orang lain atau bahkan menyalahkan Tuhan atas ketidakadilan yang dialaminya.

Yang tidak semua orang sangka, setelah Qin Wan mengecek kondisi kakinya dan berkata bahwa mereka harus mengeluarkan darah yang membeku, Wei Qi Zhi sontak jadi pucat pasi karena ternyata dia takut melihat darah. Dia bisa pingsan kalau melihat darah.

Lah? Kenapa nggak ngomong dari awal? Seandainya sejak awal mereka mengetahui kalau Wei Qi Zhi takut melihat darah, sudah pasti dia tidak akan dicurigai. Tidak akan mungkin orang yang takut melihat darah, akan bisa memenggal kepala orang dan membawa kepalanya ke mana-mana.

Bahkan tiga hari kemudian saat mendengar Wei Yan Zhi akan dikirim ke ibu kota untuk diadili di sana, Wei Qi Zhi mengabaikan kakinya yang belum sembuh untuk pergi menemuinya di penjara. Namun sayangnya, Wei Yan Zhi bahkan tidak mau melihatnya.

Bagaimanapun, mereka saudara yang tumbuh bersama dan Wei Qi Zhi sekarang juga sadar kalau dia juga pernah ada salah yang berkontribusi mendorong Wei Yan Zhi jadi seperti ini.

Walaupun tentu saja dia tidak akan cari-cari alasan untuk membenarkan perbuatan Wei Yan Zhi terhadap Nona Song.

Saat Qin Wan pulang, dia langsung sadar bahwa lagi-lagi, ada orang yang masuk kamarnya. Dari jejaknya, dia menyadari orang itu mencari entah apa di dalam ruang belajarnya.

Dia kemudian memerintahkan Fu Ling untuk membawa Wan Xing ke apotek untuk mengambil beberapa obat herbal. Tapi setelah itu dia tidak melakukan apa pun pada obat-obatannya, malah sibuk mengaduk dupa yang membuat Fu Ling jadi bingung.

Malam harinya, mendadak terdengar suara kerikil yang dilempar ke jendela kamarnya. Pelakunya ternyata Qin Li yang entah mengapa menutupi hampir seluruh wajahnya.

Qin Wan awalnya mau mengabaikannya karena sekarang sudah malam, tapi Qin Li mendadak panik memohon padanya untuk menyelamatkan nyawanya. Dia terpaksa datang tengah malam karena penyakitnya ini tidak bisa diungkap di siang hari.

Untungnya Qin Wan akhirnya berbaik hati mau bicara padanya walaupun awalnya sempat curiga. Demi keamanan Qin Wan, mereka bicara di jendela saja. Lalu Qin Li kemudian membuka penutup kepala dan wajahnya, memperlihatkan kondisinya yang sangat memprihatinkan karena sekarang dia cuma tinggal tulang dan kulit, dengan luka infeksi di sekitar mulut dan bibirnya, telinga dan leher. Penyakitnya sudah menyebar ke seluruh tubuhnya.

Melihat Qin Wan tidak bertanya apa pun, Qin Li langsung paham kalau Qin Wan sudah tahu penyakit apa yang dia derita. Dia terpaksa meminta bantuan Qin Wan bukan hanya karena reputasi Qin Wan sebagai tabib sakti, tapi juga karena dia terlalu malu kalau harus meminta bantuan tabib luar. Reputasinya bisa hancur kalau sampai ketahuan orang luar.

Padahal sebelumnya Qin Wan cuma berspekulasi, ternyata spekulasinya benar, Qin Li menderita sipilis, penyakit paling memalukan di seluruh negeri dan biasanya banyak diderita oleh para wanita penghibur di rumah bordil.

Qin Li mengklaim kalau dia tidak tahu dari siapa dia ketularan penyakit ini, yang pasti bukan orang dalam kediaman dan tidak penting juga, yang penting dia sudah tobat dan akan berkelakuan baik mulai sekarang. 

Dia tahu kalau penyakit ini susah disembuhkan, tapi dia yakin dan percaya dengan kemampuan medisnya Qin Wan. 

Baiklah, Qin Wan bersedia membantu, tapi dia tidak bisa menjamin kesembuhannya. Dan dia tidak punya obat untuknya saat ini, besok malam saja dia kembali ke sini.

Senang dan lega, Qin Li sontak membungkuk penuh terima kasih padanya dan berjanji akan mematuhi apa pun yang Qin Wan perintahkan mulai sekarang.

Keesokan harinya, Qin Wan pergi sendiri mengambil obat ke apotek keluarga dengan membawa Fu Ling dan Wan Xing. Sejak Wan Xing membantu merahasiakan masalah dia mengintip hutan bambu ungu waktu itu, Qin Wan memang lebih mempercayai Wan Xing dibandingkan ketiga pelayan lain. Makanya selalu Wan Xing dan Fu Ling yang dia percayakan untuk mengambil obat.

Dia sampai di apotek bersamaan dengan seorang pelayan yang baru selesai mengambil obat. Yang menarik perhatiannya, orang tadi adalah pelayannya Selir Ke-8.

Apoteker bilang bahwa obat yang diambil pelayan tadi hanya obat untuk menstruasinya Selir Ke-8 yang terlalu lama. 

Namun saat Qin Wan diam-diam melihat resep obat Selir Ke-8, dia sontak keheranan karena dosis beberapa bahan herbal kurang sesuai untuk pengobatan menstruasi. Padahal dosis yang tidak sesuai, justru bisa membuat obatnya menjadi tidak efektif atau bahkan merusak tubuh. 

Fokus ke resep obatnya sendiri, berhubung dia harus merahasiakan penyakitnya Qin Li, jadi dia sengaja menulis dua jenis resep yang dia berikan masing-masing pada Fu Ling dan Wan Xing, dan menyuruh mereka mengambil bahan-bahan obat yang sesuai resep masing-masing.

Pada apoteker, dia beralasan bahwa dia cuma mau membuat obat untuk Tuan Putri dan kedua resep yang dia berikan ke kedua pelayannya juga cuma resep obat khusus untuk orang tua.

Padahal begitu kembali ke kamar, ada beberapa jenis herbal yang tidak dia pakai, sengaja hanya untuk mengecoh si apoteker yang super kepo ingin tahu resep obatnya Qin Wan.

Bersambung...

Post a Comment

0 Comments