Rekap Novel Coroner's Diary Bab 91 - Bab 93


Di tengah kegiatannya menyiapkan obat untuk Qin Li sambil membaca buku, Mo Shu mendadak muncul lagi untuk menjemput Qin Wan karena Yao Xin Lan merasa tidak sehat lagi.

Namun sesampainya di depan kamar mereka, dia malah mendengar pasutri itu sedang bertengkar hebat. Qin Chen tampaknya capek berdebat tanpa hasil dengan istrinya itu, makanya begitu Qin Wan datang, dia langsung cari-cari alasan untuk pergi dan menyerahkan Yao Xin Lan sepenuhnya ke penjagaan Qin Wan.

Ternyata mereka bertengkar gara-gara Yao Xin Lan meyakini bahwa suaminya punya wanita lain, tapi Qin Chen menyangkal. Terutama karena Yao Xin Lan menuduhnya berselingkuh hanya karena mimpi melihat dia bersama wanita lain yang memakai baju merah peach dan sangat cantik. 

Dia melihat (dalam mimpinya), Qin Chen menatap wanita itu dengan penuh cinta, padahal Qin Chen bahkan tidak pernah menatapnya seperti itu.

Namun Yao Xin Lan merasa mimpi itu sangat nyata seolah dia benar-benar memergoki suaminya berselingkuh, makanya dia sekarang sangat frustasi dan menderita.

Dia mimpi itu tadi malam. Dia bermimpi dirinya sedang jalan-jalan setelah tidur siang, lalu dia melihat Qin Chen dan selingkuhannya sedang bersama di sesemakan di dekat Danau Bulan Sabit. 

Prihatin, Qin Wan dan Mo Shu dengan lembut meyakinkannya untuk tidak terlalu memikirkan mimpi itu. Dia cuma stres karena bawaan kehamilannya dan juga karena banyaknya kejadian belakangan ini. 

Sikap Qin Chen tidak pernah ada yang berubah, selalu perhatian dan rutin memberitahu Yao Xin Lan tentang segala kegiatannya. Jadi tidak seharusnya Yao Xin Lan mencurigainya hanya karena masalah mimpi. Untungnya Yao Xin Lan akhirnya mau mendengarkan mereka lalu tertidur tak lama kemudian.

Namun sebenarnya Mo Shu tetap tidak bisa tenang. Saat mengantarkan Qin Wan keluar, Mo Shu memberitahu Qin Wan bahwa kondisi Yao Xin Lan belakangan ini sebenarnya semakin memprihatinkan, terutama masalah mentalnya. 

Belakangan ini dia jadi sering lupa banyak hal. Lupa sudah minum obat, lupa pernah jalan-jalan, sampai akhirnya dia mengira bahwa mimpinya adalah nyata, mengklaim bahwa dia keluar malam padahal dia tidur lebih awal.

Mo Shu benar-benar khawatir karena kondisi Yao Xin Lan saat ini mirip dengan mendiang bibinya yang mati karena gila.

Qin Wan mengerti sekarang, Yao Xin Lan mengalami gangguan ingatan, tapi apa yang memicu kondisinya ini? Apakah ini pertanda dia akan jadi gila?

Pertama kalinya Qin Wan merasa tak berdaya sebagai tabib. Penyakitnya Qin Li susah disembuhkan, sekarang Yao Xin Lan menunjukkan gejala gangguan mental, keduanya sama-sama penyakit yang sulit.

Namun karena tak ingin membuat Mo Shu khawatir, makanya dia tidak menunjukkan kekhawatirannya sendiri, malah berusaha menghibur dan menyemangati Mo Shu, meyakinkannya bahwa kondisi Yao Xin Lan ini cuma terkait kehamilannya saja. Tidak semua orang bisa jadi gila.

Mo Shu hanya perlu menemaninya dan mengingatkannya setiap saat supaya dia tidak kehilangan arah dan hubungan pasutri itu tidak akan goyah.

Namun Mo Shu meyakinkan bahwa dia sudah sering melakukan itu, tapi Yao Xin Lan tidak pernah mau dengar, malah sering kali dia langsung lupa setelah mendengarnya. Qin Chen juga manusia, kalau terus begini, bisa saja perasaannya pada istrinya akan memudar.

Tapi Mo Shu akan terus berusaha untuk membimbing Yao Xin Lan. Nyonya-nya itu tumbuh dengan penuh kasih sayang, dia melihat orang tuanya saling mencintai, makanya dia juga mengharapkan suaminya untuk mencintainya sedalam cinta kedua orang tuanya.

Saat dia dan Qin Chen menikah, Yao Xin Lan memberikan cinta dan hatinya sepenuhnya padanya. Namun berumah tangga pasti ada saja hal-hal tak menyenangkan yang terjadi. Yao Xin Lan yang tumbuh dengan limpahan kasih sayang, jelas tidak bisa menerima ketidaksempurnaan sekecil apa pun.

Tak lama kemudian, Qin Wan berjalan kembali ke kediamannya dengan hati berat memikirkan betapa rumitnya cinta.

Namun di tengah jalan, tak sengaja dia melihat kepala pelayan Liu Chun memimpin para pelayan lain, lagi-lagi, mereka mau membersihkan sumur.

Fu Ling memberitahu bahwa menurut koki dapur, air dari sumur sekarang tidak enak untuk dikonsumsi, makanya mereka harus membeli air bersih dari luar untuk konsumsi para majikan.

Melihat pemandangan familier itu, Qin Wan jadi ingin mengikuti mereka lagi, dia ingin tahu apakah Liu Chun bakalan masuk ke hutan bambu ungu lagi.

Namun mendadak dia melihat Qin Chen datang bersama Huo Ning, lalu Qin Chen memintanya untuk menemani Huo Ning jalan-jalan di Danau Bulan Sabit, sementara dia sendiri langsung pergi ke gudang untuk mengambilkan beberapa buku yang mau dipinjam Huo Ning.

Qin Wan males banget sebenarnya, tapi apa boleh buat, berhubung dia tuan rumah dan tak ingin Huo Ning punya pikiran macam-macam lagi, terpaksa dia membawa Huo Ning jalan-jalan ke sana.

Namun Qin Wan bahkan tidak mau repot-repot berbasa-basi dengannya dan mengabaikannya untuk mengamati danau yang sudah beberapa hari tidak dia datangi itu, terutama karena tiba-tiba saja Qin Wan melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, sebuah giok yang terjatuh di tepi danau dengan ukiran nama Yao. 

Terang saja pikiran Qin Wan langsung berkecamuk memikirkan segala keanehan situasi ini. Satu-satunya orang bermarga Yao di rumah ini cuma Yao Xin Lan. Jadi sudah pasti ini miliknya.

Tapi bagaimana bisa benda ini terjatuh di sini? Tempat ini sering dilewati pelayan, kalau benda ini jatuh tiga atau dua hari yang lalu, seharusnya sudah ditemukan oleh pelayan. Mungkinkah baru jatuh kemarin?

Yao Xin Lan bilang kalau dia bermimpi melihat suaminya berselingkuh di Danau Bulan Sabit kemarin, tapi itu kan cuma mimpi, lalu bagaimana bisa benda ini ada di sini? Apakah Yao Xin Lan pernah ke sini kemarin atau benda ini diambil orang lalu terjatuh di sini?

Qin Wan sudah tidak mood menemani Huo Ning lagi dan langsung pergi, tapi sedetik kemudian, dia mendadak balik... hanya untuk memperingatkan Huo Ning untuk tidak memberitahu siapa pun kalau dia menemukan benda ini. Pfft! 

Begitu kembali ke kamarnya, dia langsung memerintahkan Fu Ling untuk menyerahkan benda ini ke Mo Shu, tapi Fu Ling harus bilang bahwa mereka menemukan benda ini di depan halaman dan bukan di Danau Bulan Sabit, dia mau tahu apa yang akan Mo Shu katakan.

Begitu Fu Ling kembali tak lama kemudian, dia langsung melapor bahwa menurut Mo Shu, kemarin Yao Xin Lan memakai giok itu tapi hari ini benda itu hilang. 

Seharian ini sebenarnya Mo Shu kebingungan mencari benda ini, tapi dia tidak berani tanya-tanya ke Yao Xin Lan karena tak ingin mengganggunya dan menambah beban pikirannya.

Kemarin memang Yao Xin Lan jalan-jalan, jadi dia menduga bahwa benda ini hilang pada waktu itu, tapi dia tidak bilang ke mana Yao Xin Lan jalan-jalan kemarin.

Hmm, aneh sekali. Apakah Yao Xin Lan benar-benar tidak pergi ke Danau Bulan Sabit? Tapi kalau begitu, bagaimana bisa benda ini berakhir di sana? Atau mungkinkah... Yao Xin Lan sebenarnya pernah pergi ke Danau Bulan Sabit kemarin, tapi Mo Shu tidak mengetahuinya? Atau mungkinkah ada yang berbohong?

Qin Wan jadi khawatir dan curiga, makanya dia kemudian memerintahkan Fu Ling untuk mengawasi pergerakan di kediamannya Qin Chen dan Yao Xin Lan selama beberapa ke depan.

Setelah itu, Qin Wan fokus membuat obat untuk Qin Li dan memberikannya saat Qin Li datang malam harinya. Dia mengaku bahwa dia sebenarnya tidak percaya diri, tapi dia tetap menyuruh Qin Li untuk kembali mengambil obat setiap malam. 

Selama tiga hari berikutnya, Qin Wan rutin mengunjungi Yao Xin Lan yang kondisinya jauh lebih baik sekarang, malah tampaknya dia sudah lupa dengan mimpi buruknya dan sekarang sedang bahagia memikirkan buah hatinya dan Qin Chen yang tiga bulan lagi akan lahir.

Hari ini Qin Wan menemaninya jalan-jalan ke kebun bunga Krisan. Namun mendadak ada keributan di depan, ternyata Qin Shuang, si Nona Ke-6 yang selama satu bulan ini dikurung di kediamannya, mendadak malah bikin keributan.

Mereka berdua pun bergegas ke sana dan menemukan Qin Shuang sedang menempelkan pisau ke lehernya dan mengancam akan membunuh dirinya sendiri kalau dia tidak dibiarkan bertemu dengan Nyonya Tua.

Sejak dia dikurung, tidak pernah ada seorang pun yang datang menjenguknya, tidak pula Qin Xiang, si Nona Ke-5 yang dia kira saudara akrabnya. Ditambah lagi dia adalah anak selir, makanya dia meyakini bahwa Nyonya Lin pastilah tidak peduli padanya, malah menambah hukumannya, makanya hukumannya tidak selesai-selesai, dan makanya dia sekarang menuntut untuk bertemu dengan Nyonya Tua yang menurutnya bisa bersikap lebih adil.

Nyonya Lin mengklaim bahwa dia menambah hukuman Qin Shuang karena ayahnya sudah mengetahui perbuatannya dan menyuruhnya untuk mendisiplinkan Qin Shuang dengan lebih ketat, dan Nyonya Tua juga tidak bisa diganggu karena sedang bermeditasi, tapi Qin Shuang ngotot tak percaya. Ayahnya mana pernah mengurus kediaman, pokoknya dia tetap ngotot mau bertemu dengan Nyonya Tua.

Bahkan saat ada kesempatan di tengah lengahnya penjagaan, dia langsung melesat kabur keluar kediaman. Siapa sangka, walaupu badan gemuknya tapi kakinya cepat sekali larinya. Sontak saja semua orang langsung lari mengejarnya.

Dalam kepanikannya menghindari para pengejarnya, Qin Shuang terus lari membabi buta hingga dia mencapai depan hutan bambu ungu dan baru berhenti di sana. 

Dia tetap mencengkeram pisau di lehernya untuk mencegah siapa pun mendekat sembari berjalan mundur dengan pikiran kacau memikirkan jalan mana ke aula Buddha dari sini tanpa sadar kalau dia sedang berada di depan sumur.

Parahnya lagi, tiba-tiba dia salah berpijak dan akhirnya terjengkang dan langsung jatuh ke dalam sumur yang sontak saja membuat semua orang menjerit panik. Bahkan Nyonya Lin yang awalnya keras pun, sekarang langsung panik dan khawatir bukan main.

Untungnya kemudian terdengar suara tangisan Qin Shuang yang ketakutan dan minta diselamatkan, untungnya pula sumur ini baru dibersihkan sehingga ketinggian air pun lebih cetek.

Para pelayan langsung melempar tali tambang, namun tepat saat mereka hendak menariknya, Qin Shuang mendadak merasa roknya tersangkut sesuatu, lalu beberapa detik kemudian, mendadak terdengar jeritan ketakutan Qin Shuang, "cepat tarik aku!... Di sumur ini ada mayat!"

Bersambung...

Post a Comment

0 Comments