Sepertinya suara teriakan yang Qin Wan dengar subuh-subuh adalah suaranya Tuan Qin yang mendadak menggila dan berlarian keluar dari kediamannya. Dia bukannya sekarat, tapi jadi gila beneran. Untungnya para petugas berhasil mengejar dan menangkapnya kembali.
Dalam kegilaannya ini, dia tanpa sadar mengungkapkan wajah aslinya yang memang p3do. Begitu Qin Wan, Qin Shuang dan Qin Xiang datang, Tuan Qin sontak menatap mereka dengan penuh nafsu dan langsung mencoba menerjang mereka.
Untungnya Qin Wan dilindungi oleh Yan Chi dan Qin Shuang dilindungi oleh Qin Chen, tapi Qin Xiang gagal dilindungi oleh siapa pun dan hampir diperkaos ayahnya sendiri, untungnya Qin Chen bergerak cepat menarik Tuan Qin darinya.
Qin Xiang dan Qin Shuang pun langsung paham koneksi kejadian barusan dengan tulang belulang anak-anak di dalam sumur, tapi Nyonya Qin langsung membentak mereka, masih saja berusaha menutupi kejahatan suaminya.
Bahkan Nyonya Tua pun masih berusaha melindunginya, tapi tujuannya lebih hanya demi melindungi reputasi keluarga dan bukan karena dia peduli dengan nasib putranya yang gila itu.
Pokoknya dia menolak bicara apa pun dan menyuruh mereka untuk membuat Tuan Qin mengaku sendiri. Terserah mereka mau meny1ksanya dengan cara apa pun. Kalau dia mengaku, terserah mereka mau menghukumnya dengan cara apa pun.
Kalau mereka mau menghukumnya juga silahkan. Tapi yang pasti, yang salah cuma Tuan Qin seorang, para generasi muda tidak tahu apa-apa. Setelah itu dia pergi dengan membawa cucu-cucunya, menyerahkan nasib Tuan Qin sepenuhnya ke tangan Yan Chi cs.
Qin Wan tiba-tiba keluar dari belakangnya Yan Chi dan berjalan tepat ke arah Tuan Qin yang sontak menatapnya dengan penuh nafsu dan ingin sekali menerjangnya kalau saja dia tidak sedang ditahan oleh para pelayannya.
Namun Qin Wan tetap tenang dan berjalan ke arahnya dengan penuh keberanian, lalu tiba-tiba saja menusukkan jarum akupunturnya tepat ke tengah dahi Tuan Qin dan membuatnya pingsan seketika. Para pelayan pun lega dan seketika kagum dengan kehebatan medisnya Qin Wan.
Qin Wan pun langsung mengecek penyakitnya dan mendapati boroknya Tuan Qin jauh lebih banyak dibandingkan Qin Li. Penyakitnya sudah sangat parah. Tapi dia yakin bukan penyakitnya ini yang menyebabkannya jadi gila. Saat melihat kuku-kukunya menghitam, Qin Wan jadi curiga kalau dia diracuni.
Tabib Qian pun dipanggil untuk diinterogasi. Namun resep yang dia buat untuk Tuan Qin biasa saja, tidak ada yang berbahaya, lalu bagaimana bisa Tuan Qin diracuni?
Tabib Qian sontak gemetar ketakutan berusaha membela diri dan meyakinkan kalau dia tidak melakukan itu, dia juga tidak akan mungkin berani mencelakai Tuan Qin.
Sejak awal juga dia tidak mau mengobati Tuan Qin karena dia tahu kalau dia tidak bisa mengobatinya. Penyakit semacam ini terlalu jauh dari jangkauannya.
Aiyoo, Qin Wan cuma bisa geleng-geleng kepala mendengarnya. Tabib Qian ini tidak kompeten, tapi Nyonya Tua masih saja mempekerjakannya.
Qin Wan pun langsung mengambil alih meneliti sisa obat yang ada di dalam panci dan mendapati ada semacam bubuk hitam di bagian dasar obat.
Tabib Qin dan para pelayannya Tuan Qin sontak membela diri masing-masing. Para pelayan tidak mengerti apa-apa, mereka bahkan tidak tahu jenis-jenis herbal, dan setiap kali merebus obat, mereka langsung saja memasukkan satu bungkus bahan obat pemberian tabib ke dalam panci tanpa tahu apakah itu obat atau racun.
Sedangkan Tabib Qian membela diri bahwa dia tidak akan mungkin berani menambahkan apa pun ke dalam resep obatnya. Prefek Huo tak percaya padanya, tapi untungnya Qin Wan angkat bicara membela Tabib Qian.
Tapi kalau begitu siapa pelakunya? Siapa yang ingin membvnuh Tuan Qin? Namun Yan Chi yakin bahwa tujuan meracuni Tuan Qin ini bukan untuk membvnuhnya.
Kalau si pelaku mau menghabisi nyawanya, ada racun jenis lain yang lebih efektif dan cepat dalam menghilangkan nyawa. Fakta kalau efek keracunan ini cuma membuatnya jadi gila, jelas menunjukkan kalau si pelaku punya tujuan lain. Orang itu mau menunjukkan kejahatan yang dilakukan Tuan Qin langsung dari orangnya sendiri. Kemungkinan pelakunya adalah orang yang sama dengan dengan yang membvnuh Selir Ke-8 dan Kepala Pelayan Liu.
Kalau begitu, mereka cuma perlu mencari tahu siapa saja yang punya akses ke obat-obatan. Prefek Huo pun bergegas pergi untuk menyelidiki masalah ini.
Nyonya Tua dan yang lain kembali ke Aula Buddha dengan diam-diam mengutuki Tuan Qin. Nyonya Tua benar-benar sudah tidak mau peduli lagi, terserah putranya itu hidup atau mati.
Tapi kasus ini bisa memengaruhi masa depan para generasi muda. Dengan banyaknya korban, sudah pasti kasus ini akan dilaporkan ke Kementerian Hukum dan Mahkamah Agung.
Memikirkan peliknya kasus ini pada akhirnya membuat Nyonya Tua kehilangan seluruh tenaganya hingga dia pingsan. Untungnya Cai He bertindak cepat memberinya minyak angin dan beberapa buah pil hingga Nyonya Tua pun sadar 15 menit kemudian.
Tapi kondisinya benar-benar sangat lemah. Merasa hidupnya takkan lama lagi, dia langsung memanggil Qin Chen dan berwasiat padanya untuk tidak meniru ayahnya dan selalu baik pada istrinya. Sekarang dia hanya bisa mengandalkan Qin Chen untuk menyokong keluarga Qin.
Setelah itu, Nyonya Tua pun mengusir mereka. Tinggal Cai He seorang yang tetap di sana, melihat Nyonya Tua menutup mata dengan napas yang sangat lemah.
Karena Tuan Qin harus tetap hidup, Qin Wan pun mengambil alih pengobatannya, lalu meresepkan dua jenis obat, untuk mengobati keracunannya dan untuk sipilisnya.
Qin Wan sebenarnya tidak kasihan padanya, tapi Tuan Qin masih harus mempertanggungjawabkan kejahatannya, jadi dia harus tetap hidup. Resep obatnya ini mungkin tidak bisa mengobatinya, tapi setidaknya bisa menjaganya tetap hidup selama beberapa waktu.
Kalau saja dia tidak terikat oleh sumpah dokter, dia pasti akan membantu si pelaku untuk menambahkan racunnya biar Tuan Qin mati membusuk pelan-pelan. Penjahat menjijikkan macam Tuan Qin ini sangat pantas untuk membusuk di neraka.
Memikirkan ini, Qin Wan jadi teringat dengan si pelaku. Orang itu nekat sekali mengambil resiko sebesar ini demi mengungkapkan kejahatan masa lalu. Untungnya ada Yan Chi di sini, kalau tidak, mungkin Prefek Huo juga akan membantu menutupi perkara ini.
Dia memahami dendam si pelaku dan prihatin padanya, tapi tetap saja si pelaku bakalan harus dihukum sesuai hukum negara.
Setelah Qin Wan menyerahkan resep obatnya ke pelayannya Tuan Qin, Yan Chi mengantarkannya kembali ke kediamannya dan saat inilah dia agak keheranan mendengar Qin Wan mengeluhkan dinginnya cuaca musim gugur di kota ini seolah dia baru kali ini merasakan cuaca sedingin ini di kota ini.
Qin Wan mengklaim kalau dia memang sedikit amnesia pasca terjatuh dan tenggelam di Danau Bulan Sabit dulu. Sebelumnya juga dia sempat pusing, tapi sekarang dia baik-baik kok, cuma masih ada beberapa hal yang tidak dia ingat.
Dia juga tidak ingat apa yang terjadi malam itu, mungkin dia terpeleset karena waktu itu hujan. Yan Chi tak percaya, dia sudah melihat Danau Bulan Sabit tersebut, Qin Wan tidak mungkin terpeleset dan tenggelam dengan mudah kecuali sebelumnya dia punya niat bvnuh diri.
Uh-oh, benar-benar tidak mudah ya membohongi Yan Chi, tapi Qin Wan tetap harus terus berbohong, mengklaim kalau dia benar-benar tidak ingat, mungkin waktu itu dia memang mau bvnuh diri.
Yan Chi jadi semakin heran mendengarnya, kepribadian Qin Wan tidak terlihat seperti orang yang gampang putus asa sampai mau bvnuh diri. Tapi... Bai Feng bilang bahwa kepribadian Qin Wan berubah total pasca insiden itu. Dia punya banyak pertanyaan di dalam pikirannya, tapi akhirnya memutuskan untuk tak mempermasalahkannya lebih jauh.
Akhirnya setelah dua hari kerja lembur, mereka selesai menggali dan menemukan total 13 set tulang belulang anak-anak. Jadi nanti malam mereka bisa beristirahat. Atas kerja keras mereka, Prefek Huo pun mengumumkan penambahan gaji bulan ini sebagai bonus.
Sembari menyelesaikan pembungkusan tulang belulang itu, Xu He bercerita awal mula dia menjadi koroner adalah karena dia tidak punya pekerjaan apa pun sepeninggal ayahnya lima tahun yang lalu.
Dia sebatang kara sekarang, sepupunya-lah yang merekomendasikan pekerjaan ini untuknya dan mengajarinya dasar-dasar menjadi koroner. Dia tidak pernah sekolah secara resmi, tapi ayahnya dulu guru sebelum jatuh sakit, makanya dia bisa baca tulis. Tahun ini dia berusia 23 tahun.
Qin Wan agak tercengang mendengarnya, ternyata Xu He masih sangat muda, dia pikir Xu He berumur sekitar 30an tahun. Mungkin beratnya hidupnya membuatnya jadi terlihat lebih tua.
Walaupun Xu He masih perlu banyak belajar, tapi sebenarnya dia pintar dan cepat paham kalau diajari. Karena itulah, Qin Wan menyemangatinya untuk mengejar kesempatan berkarir di Divisi Investigasi dan Peradilan mumpung dia masih muda.
Xu He memang pernah kepikiran untuk itu, hanya saja sebelumnya dia tidak percaya diri, namun ucapan Qin Wan ini sontak membuat semangat dan kepercayaan dirinya bangkit kembali.
Malam harinya, Yao Xin Lan mengunjungi Qin Wan untuk curhat. Lagi-lagi, dia masih meyakini kalau suaminya punya wanita lain, tapi dia meyakinkan bahwa kali ini bukan mimpi.
Sebenarnya, pertama kali dia mencurigai suaminya adalah saat mereka dalam perjalanan pulang dari rumahnya Yao Xin Lan.
Waktu itu dia pendarahan sebenarnya bukan karena masalah keretanya yang berjalan terlalu cepat, tapi karena dia depresi berat setelah mendengar Qin Chen ngelindur memanggil nama seorang wanita. Dia tidak mendengarnya dengan jelas, tapi dia yakin kalau itu bukan namanya.
Masalahnya, Yao Xin Lan ini benar-benar wanita yang lemah mental dan pendirian. Saat Qin Wan menyarankannya untuk menyelidikinya dan bertindak tegas, antara membiarkan wanita itu jadi selirnya Qin Chen atau mengusir wanita itu atau minta cerai sekalian, Yao Xin Lan malah menolak melakukan semuanya.
Dia tidak mau dimadu, tapi juga tidak mau mengusir wanita itu karena takut Qin Chen membencinya dan tidak mau cerai karena dia sangat mencintai suaminya. Intinya sih, dia datang cuma untuk curhat doang, bukan untuk minta solusi.
Keesokan harinya, Yan Chi datang dengan membawa beberapa testimoni warga Kabupaten Yang yang didapatkan oleh para anak buahnya. Karena laporan resmi dari petugas lokal kurang bisa diandalkan, jadi mereka mewawancarai penduduk setempat, dan cara ini memang lebih efektif.
Dari beberapa testimoni, jelaslah bahwa Selir Ke-2 memang berasal dari keluarga yang rumahnya mengalami kebakaran besar.
Dia hilang bersamanya putrinya yang waktu itu berusia sekitar 8 tahun dan memiliki enam jari, persis seperti tulang belulang salah satu anak berjari enam yang mereka temukan. Jadi Selir Ke-2 dan putrinya ternyata berakhir di tempat ini. Mungkinkah Selir Ke-2 terjun ke sumur setelah dia mengetahui apa yang terjadi pada putrinya?
Bersambung...
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam