Recap Drama Cina Lost You Forever Episode 2

Usai membantu persalinan siluman kelinci, Wen Xiao Liu (yang sebelumnya kita kenal sebagai Xiao Yao) pamit pada semua penduduk sambil tak lupa mempromosikan kliniknya, Aula Huichun. Namun karena tidak lihat jalan, dia jadi tak sengaja menabrak A Nian yang datang bersama Cang Xuan. 

Sayangnya, karena mengira dia pria, Cang Xuan jadi tidak mengenalinya. Xiao Liu meminta maaf, tapi A Nian terus mengeluhkannya dengan kesal, sepertinya A Nian ini suka sekali merendahkan dan meremehkan orang yang dia pikir lebih rendah darinya. Bahkan setelah Xiao Liu sudah agak jauh, dia terus mengeluhkannya pada Cang Xuan dan mengeluhkan bau badan Xiao Liu.

Xiao Liu yang mendengar gosipannya, sontak mengendusi bau tubuhnya sendiri dengan kebingungan. Perasaan baru kemarin dia mandi di sungai, masa sudah bau? (Pfft!)

Cang Xuan membawanya ke kedai di mana mereka (dan kita para penonton) mendengarkan kelanjutan kisah yang diceritakan si pendongeng yang ternyata adalah siluman Batu Roh Qingshui. Dia bercerita bahwa Tuan Putri (Xiao Yao) terus menunggu kedatangan kakaknya, namun sang kakak tak kunjung datang. 

Jadi dia diam-diam turun gunung untuk mencari ayahnya, Raja Haoling. Namun sejak saat itu keberadaannya tak pernah diketahui, entah apakah Tuan Putri masih hidup ataukah sudah tewas.

Cang Xuan sontak tertunduk sedih mendengarnya. A Nian langsung sadar kalau kisah ini persis dengan kisah hidupnya Cang Xuan. Sebagai batu, pastinya dia sebenarnya tidak pernah meninggalkan kota ini, lalu bagaimana bisa Batu Roh Qingshui mengetahui banyak hal?

 Di Aula Huichun, Xiao Liu tinggal dan bekerja bersama 3 rekannya yang semuanya pria, dan sepertinya mereka tidak mengetahui gender asli Xiao Liu.  Berdasarkan informasi yang merekadengar, kedai kosong di sisi timur jalan sekarang sudah disewa oleh beberapa pendatang. 

Entah usaha apa yang mau dijalankan para pendatang itu.  Para pria cemas, takutnya para pendatang itu akan bikin klinik juga dan menjadi saingan mereka, tapi Xiao Liu tetap santai dan masa bodo.

Pastinya para pendatang yang mereka maksud adalah rombongannya Cang Xuan. Biarpun dia seorang pangeran, tapi Cang Xuan tak ragu untuk menyingsingkan lengan baju dan bekerja bersama pelayan pribadinya yang bernama Sang untuk merenovasi kedai sekaligus rumah baru mereka itu. 

Dalam waktu singkat, rumah plus kedai itu pun sudah menjadi rumah yang layak huni. Dia bahkan menggunakan kekuatan rohnya untuk membuat pohon bunga prem bermekaran indah padahal sekarang ini belum musimnya demi menyenangkan A Nian.

A Nian senang sekali melihat bunga-bunga prem bermekaran dan langsung berputar-putar di bawah siraman guguran bunga prem dengan riang gembira. Pemandangan yang kontan membuat Cang Xuan menatapnya dengan sendu karena teringat Xiao Yao dulu.

Cang Xuan tampaknya memang selalu baik dan memanjakan A Nian, mungkin karena dia tidak bisa melimpahkan kasih sayangnya sebagai seorang kakak pada Xiao Yao, makanya dia melimpahkannya pada A Nian.

Mengingat Xiao Yao membuat Cang Xuan jadi frustasi. Bahkan malam harinya, Sang malah menemukan tuannya tidak bisa tidur memikirkan Xiao Yao. Ratusan tahun dia berkeliling dua negara, tapi tetap saja dia tidak bisa menemukan Xiao Yao.

"Xiao Yao pasti berpikir kalau kakaknya tidak berguna," renung Cang Xuan.

Snag tak setuju, selama ini Cang Xuan selalu pantang menyerah mencari keberadaan Xiao Yao sembari harus mengamankan dirinya sendiri dari para pamannya yang berniat mencelakainya. Hidup Cang Xuan sangat sulit. Kalau Xiao Yao tahu, dia pasti sedih.

"Asalkan bisa menemukan Xiao Yao, apalah arti kesulitan kecil ini?"

Cang Xuan sungguh berharap kali ini dia akan bisa menemukan sebuah kabar tentang Xiao Yao di Kota Qingshui ini. Apalagi kota ini memiliki beragam jenis makhluk. Cang Xuan penasaran dengan Batu Roh Qingshui it, makanya dia sekarang memerintahkan Sang untuk menyelidikinya. Selidiki apakah dia benar-benar mengetahui segala hal yang terjadi di kota ini. 

Dia ingin Sang menyelidikinya secara dim-diam karena dia tidak ingin para pamannya sampai tahu kalau dia sedang mencari keberadaan Xiao Yao.

Keesokan harinya saat sedang cuci piring di sungai, Xiao Liu melihat ada yang bergerak-gerak di sesemakan. Dia pikir itu binatang yang bisa dimakan, jadi dia langsung melempar batu ke sesemakan itu.

Namun saat dia mendekat, ternyata ada orang pingsan di sana. Errr...bukan cuma pingsan, dia juga terluka parah, bahkan tampaknya sudah sekarat. Namun bukannya menolongnya, Xiao Liu malah langsung pergi mengabaikannya hanya karena dia tidak mau terlibat dalam perkara apa pun yang dialami pria itu, perkara yang mungkin saja bisa mencelakai dirinya sendiri.


Xiao Liu pun pergi ke pasar dan melewati kedai makanannya siluman kelinci dan melihat kedai baru yang katanya sudah disewa pendatang yang letaknya tepat berada di seberang kedai makanannya siluman kelinci. 

Kedai itu sekarang masih tutup, makanya siluman kelinci juga khawatir kalau si pendatang itu akan menjadi saingan bisnisnya dengan membuka kedai makanan juga. Namun Xiao Liu tetap positive thinking, meyakinkan siluman kelinci bahwa para pendatang baru itu mungkin adalah tetangga yang ramah.

Tepat setelah dia pergi, Cang Xuan baru keluar rumah. Ah! Sayang sekali. Mereka saling melewat lagi. Cang Xuan mendatangi kedai makanan siluman kelinci untuk membeli sarapan dan mengaku padanya bahwa dia mau membuka usaha kedai arak, dia akan mulai membuka kedainya setelah arak pertamanya selesai dibuat nanti. Ternyata dia bukan saingan bisnis, siluman kelinci pun lega dan menyambutnya dengan ramah.

Kedua anak buahnya Xiao Liu, Ma Zi dan Chuan Xi, juga menemukan orang sekarat itu. Namun mereka juga tidak segera menolongnya, malah cuma berpikir kalau dia cuma seorang pengemis yang kelaparan. Mereka bahkan mencoba melemparkan sepotong bakpao padanya dan setangkai bunga merah, tapi orang itu sama sekali tidak bergerak.


Mereka bahkan langsung pergi meninggalkannya begitu saja saat ada pelanggan di klinik. Tepat setelah mereka pergi, orang sekarat itu mencoba bergerak dengan sisa tenaganya, ingin mengambil setangkai bunga merah itu, tapi tenaganya terlalu lemah.

Tak lama kemudian, Xiao Liu akhirnya pulang. Ma Zi sebenarnya prihatin pada si pengemis tadi, tapi Xiao Liu tetap keukeuh menolak membantu dan menolak ikut campur demi keselamatan dirinya sendiri dan mereka semua.

Orang sekarat itu masih tergeletak di sana saat Xiao Liu jalan-jalan di sungai, tapi kali ini Xia Li melihatnya memegang setangkai bunga merah yang dilempar Chuan Zi tadi. Sepertinya Xiao Liu juga memiliki semacam penglihatan. Saat melihat bunga mawar itu, dia sontak mendapat penglihatan pria ini dikurung bagaikan hewan.

Penglihatan inilah yang akhirnya membuat hati Xiao Liu akhirnya tergerak dan akhirnya dia memutuskan untuk menolong orang ini dan membawanya ke kliniknya. Sekujur tubuhnya benar-benar parah dengan berbagai macam luka yang jelas menunjukkan bahwa dia telah mengalami s1ks4an yang sangat amat berat. Ma Zi dan Chuan Zi sampai ketakutan dan histeris melihat semua luka-lukanya.

Tulang kakinya bahkan ada yang bergeser sehingga untuk memperbaiki letak tulangnya, Xiao Liu harus memalu tulang lututnya tiga kali. Uuuuh! Pasti sakit banget pastinya, tapi berbagai penderitaan yang dialaminya dan kondisinya yang sudah sangat sekarat membuat pria itu bahkan tak bersuara sedikitpun saat Xiao Liu memalunya.

 

Setelah seharian berkutat mengobati semua lukanya, Xiao Liu akhirnya selesai membebat seluruh tubuh pria itu. Namun karena organ dalamnya rusak parah, obat disuapkan Xiao Yao padanya malah langsung membuatnya muntah darah.

Yang lain sebenarnya pesimis kalau pria ini bisa selamat mengingat betapa parah luka luar dan luka dalam organnya, tapi Xiao Liu tetap optimis dan pantang menyerah.

Selain untuk mencari Xiao Yao, tujuan lain Cang Xuan datang ke Kota Qingshui ini adalah untuk menyelidiki Pasukan Sisa Negara Chenrong yang berpotensi mengancam negara dan selama ini selalu membuat Raja Xiyan cemas. Dia punya mata-mta yang mengintai Pasukan Sisa Chenrong, tapi tidak mudah juga karena penjagaan Pasukan Sisa Chenrong yang sangat ketat. Jika misi kali ini sukses, maka ini mungkin bisa membuka jalannya untuk kembali ke Xiyan.

Tak lama setelah mendapatkan laporan dari mata-matanya, Sang datang dengan membawa informasi bahwa Batu Roh Qingshui sebenarnya cuma siluman batu biasa, tapi dia sudah berada di sini selama puluhan ribu tahun, makanya dia mengetahui banyak hal.


Mendengar itu, Cang Xuan pun langsung pergi mengunjungi Batu Roh Qingshui untuk menanyakan keberadaan Xiao Yao, tapi karena dia tidak bisa menentukan spesifikasinya dengan detil mengingat sekarang dia tidak tahu seperti apa wajah Xiao Yao dan satu-satunya petunjuk yang dia miliki cuma tanda merah bunga persik di kening, jadi Batu Roh Qingshui juga bingung, alhasil, hasil pencariannya pun terlalu luas.

Cang Xuan tiba-tiba ingat bahwa oranga yang dia cari itu mungkin bisa mengubah penampilannya. Untuk mencari orang semacam itu, pastinya dibutuhkan kekuatan besar untuk bisa menembus ilusi untuk melihat sosok yang sebenarnya. Masalahnya, Batu Roh Qingshui hanyalah siluman biasa yang energi rohnya lemah. 

Tidak masalah, Cang Xuan rela menyalurkan energi roh dewanya pada Batu Roh Qingshui. Berkat energi rohnya, Batu Roh Qingshui mampu menampilkan beberapa makhluk (kebanyakan siluman) berwujud manusia...hingga berakhir di Xiao Liu. Sayangnya, karena dia mengira kalau Xiao Liu adalah pria, jadi Cang Xuan mengira kalau Xiao Liu bukanlah orang yang dia cari-cari.

Berdasarkan informasi dari Batu Roh Qingshui, Ma Zi dan Chuan Zi berasal dari klan manusia. Mereka yatim piatu, jadi Xiao Liu mengadopsi mereka. Sedangkan anak buahnya Xiao Liu  yang satunya, yang bernama Lao Mu, adalah seorang desersi dari Xiyan yang tidak mau berperang. Namun Batu Roh Qingshui yakin kalau Xiao Yao tidak mungkin orang yang Cang Xuan cari. Lagipula Xiao Liu itu pria.

Pada saat yang bersamaan, Xiao Liu ketiduran setelah seharian mengobati si pengemis. Dia tidak sadar bahwa saat itu si pengemis terbangun dan melihat kepala Xiao Liu terletak terlalu dekat dengan lilin. Si pengemis pun langsung mengulurkan tangannya ke bawah lilin untuk melindungi wajah Xiao Liu ketetesan lilin panas. 


Keesokan harinya saat Xiao Liu terbangun, dia mendapati  tangan si pengemis yang diperban sudah dipenuhi tetesan lilin. Xiao Liu jelas tercengang sekaligus tersentuh menyadari pria ini tidak kehilangan kebaikan hatinya terlepas dari peny1ks4an hebat yang dialaminya. Namun tiba-tiba dia menyadari badan pria ini panas tinggi dan nadinya semakin melemah.

Masalahnya, obat-obatan yang mereka miliki hanya obat-obatan biasa, sedangkan pria ini jelas  berasal dari klan Dewa. Klan Dewa tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan dunia fana. Lao Mu pesimis, sepertinya pria ini sebentar lagi akan mati.

Yang tidak semua orang ketahui, darahnya Xiao Liu sebenarnya sakti. Begitu sendirian, dia langsung meny4yat nadinya sendiri lalu meminumkan darahnya pada si pengemis (Oh? Apakah ini yang dimaksud Ibunya Xiao Yao bahwa Xiao Yao itu beda?). Berkat darahnya Xiao Yao, si pengemis pun bertahan hidup.


Hari-hari demi hari berlalu, musim terus berganti...hingga akhirnya beberapa bulan kemudian, dibawah perawatan dan pengobatan Xiao Liu, si pengemis pun sedikit demi sedikit mulai pulih. Bahkan sekarang dia sudah bisa berdiri.

Xiao Liu ingin membantunya mandi. Dia santai saja mau membuka bajunya si pengemis, malah pengemisnya yang tak nyaman. Namun saat hendak membuka c3lananya, Xiao Li mendadak malu dan canggung sendiri...hingga akhirnya dia menyerah dan buru-buru cari alasan untuk menghindar. 

Sontak saja reaksi Xiao Liu itu membuat si pengemis itu membatin dengan yakin kalau Xiao Liu sebenarnya adalah perempuan. Tak lama kemudian, si pengemis pun selesai mandi lalu keluar kamar dengan dalam keadaan rapi dan bersih.

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

0 Comments