Wu Yan pulang dalam keadaan bingung dan kesal gara-gara tanggapan Nian Qin yang menerima maafnya dengan begitu mudah. Dia bahkan baru sadar kalau jalan di luar yang biasanya gelap, sekarang jadi terang benderang entah sejak kapan. (Ow, apakah ini perbuatan Nian Qin?)
Nie Xi kebetulan sejak ada kegiatan di kota ini, jadi sekalian ini mengunjungi Wu Yan di kantornya. Dia juga sudah dengar kalau Nian Qin juga ada di kota ini, dia penasaran apakah dulu Wu Yan pernah menyesal pergi begitu saja?
Wu Yan mengaku pernah menyesal awal-awalnya. Namun jika dia mengingat ke belakang, dulu dia sudah meremehkan dirinya sendiri. "Aku orang yang berani mencintai dan memberi, aku tidak takut kehilangan jika aku berani memberi."
Nie Xi kagum juga mendengarnya. Sekarang dia mengerti kenapa Nian Qin yang tinggal di atas awan itu, rela jatuh demi Wu Yan. Bahkan sekalipun Nian Qin kehilangan Wu Yan, namun Nian Qin tetap saja takkan pernah memandangnya. Bagaimanapun, Wu Yan dan Nian Qin masih memiliki kesempatan untuk bersama kembali. Dia merasa masalah di antara Nian Qin dan Wu Yan ini mungkin hanya sebuah kesalahpahaman.
Nian Qin ingin mengajak Wu Yan makan malam, tapi dia tidak menelepon dulu dan langsung pergi menunggu di depan tempat kerjanya Wu Yan. Dia sudah penuh harap, tapi saat Wu Yan keluar tak lama kemudian, dia malah sudah dijemput Wu Yu. Nian Qin sontak cemburu berat dan langsung membuntuti mereka.
Wu Yu menggunakan alasan memberi buku khusus untuk anak autis biar bisa bertemu dan makan malam bersama Wu Yan. Tapi Wu Yan dengan tegas menarik batas di antara mereka dengan cara mengirim uang ke Wu Yu sebagai ganti untuk buku itu.
Baru juga minum beberapa teguk, Wu Yan mendadak ditelepon Nian Qin yang sedang berdiri di luar jendela, menatap mereka dengan tatapan setajam golok dan mengancamnya untuk segera keluar dalam waktu lima detik atau dia akan menyuruh bos tempat itu untuk mengosongkan seluruh tempat itu.
5-4-3... Wu Yan sontak melesat keluar meninggalkan Wu Yu, dan Nian Qin langsung menyeretnya ke tempat sepi dan memperingatkan Wu Yan bahwa Wu Yan takkan pernah bisa bersama pria lain kecuali dia mati.
Wu Yan tidak terima. Sudah tidak ada hubungan apa pun di antara mereka, dia bukan milik Nian Qin, jadi kenapa juga Nian Qin mengendalikannya?
"Karena aku tidak sepertimu. Tidak mungkin bagiku untuk jatuh cinta pada seseorang dengan mudah... apalagi melupakannya."
Nian Qin tiba-tiba menciumnya dengan paksa. Jelas saja Wu Yan tak senang. Dia mau pergi, tapi Nian Qin tiba-tiba memeluknya dari belakang dengan erat. Dia tahu apa yang dia lakukan salah, tapi dia tidak tahan melhat Wu Yan bersama pria lain.
Dia juga menyesali sikap galaknya pada Wu Yan dulu. Dia tahu betul bagaimana Wu Yan. Saat Wu Yan menyukai sesuatu, maka dia akan mencurahkan segenap perasaannya untuk hal yang dia sukai itu, makanya dia takut kalau Wu Yan sampai menyukai orang lain.
Wu Yan berusaha melepaskan diri, tapi itu malah membuat Nian Qin semakin mengeratkan pelukannya. Dia penasaran apakah Wu Yan sudah mendengarkan lagu terakhirnya dan apakah Wu Yan masih membencinya. Wu Yan mengaku kalau dia mendengarkan lagu itu. Tapi dia tidak pernah membenci Nian Qin.
"Mencintaimu sudah cukup sulit, kenapa aku harus membencimu?"
Wu Yu menelepon saat Wu Yan baru tiba di rumah. Wu Yu bisa menebak kalau pria itu adalah orang yang memberi Wu Yan jam tangan itu. Saat itulah Wu Yan akhirnya tegas menolak Wu Yu dengan sopan. Tapi Wu Yu sepertinya tak mau menyerah semudah itu.
Keesokan harinya, Wu Yan tiba-tiba mendapat telepon darurat dari gurunya Xiao Jie. Wu Yan sontak panik bergegas pergi ke sana, tapi malah mendapati Nian Qin sedang memainkan lagu Twinkle Twinkle Little Star untuk Xiao Jie.
Menurut bu guru, mereka tadinya kewalahan untuk menenangkan Xiao Jie. Lalu tiba-tiba Nian Qin memainkan lagu itu dan Xiao Jie berangsur tenang karenanya. Wu Yan langsung mengecek kondisi Xiao Jie dengan penuh perhatian dan err... Nian Qin sepertinya tidak senang dengan itu. Dia cemburu sama anak kecil?
Wu Yan dengan canggung berterima kasih pada Nian Qin atas permainan pianonya tadi. Sebagai gantinya, Wu Yan janji akan mentraktirnya makan malam lain kali. Yang tak disangkanya, Nian Qin masih ingat dengan topik skripsinya dulu tentang terapi musik Oorf pada anak autis.
Tiba-tiba Wu Yan ditelepon Wu Yu lagi. Tapi gara-gara Nian Qin mengawasinya dengan muka kesal, dia jadi tak nyaman bicara dan terpaksa cepat-cepat mengakhiri teleponnya. Nian Qin jelas cemburu berat.
Tiba-tiba dia menuntut Wu Yan untuk mengembalikan jam tangan yang Wu Yan ambil ,lalu dia sendiri memakaikan kembali jam tangannya Wu Yan yang ketinggalan ke tangan Wu Yan sembari menegaskan bahwa apa yang dia berikan pada Wu Yan, akan selamanya menjadi milik Wu Yan, jadi Wu Yan dilarang mengembalikan jam tangan ini.
Tiba-tiba sekretaris Qin datang untuk mengingatkan bosnya bahwa sekarang hampir waktunya menghadiri jamuan. Bukannya melepaskan tangan Wu Yan, Nian Qin malah memaksa Wu Yan untuk ikut bersamanya. Lagian kan Wu Yan bilang mau berterima kasih padanya, tidak usah menunggu kapan-kapan, sekarang saja, Wu Yan jadi pendampingnya.
Wu Yan tidak mau, tapi Nian Qin masa bodo dan langsung menyeret Wu Yan pergi ke sana. Wu Yan jadi semakin risih begitu tiba di tempat acara dan melihat orang-orangnya pakai pakaian bagus dan mewah, sementara gaun yang dipakainya cuma gaun casual dan murah.
Tapi Nian Qin sama sekali tak peduli tentang itu, dan tetap memaksa Wu Yan masuk bersamanya. Dia bahkan mengancam Wu Yan untuk tidak coba-coba melarikan diri atau dia akan menghukum Wu Yan dengan cara mencium Wu Yan di hadapan semua orang.
Baiklah, Wu Yan tidak akan melarikan diri, tapi dia tetap ogah menempeli Nian Qin, jadi dia sengaja melipir ke meja jamuan saat Nian Qin harus menyapa para kliennya, dan menikmati beberapa kudapan sendirian.
Saat itulah seorang pria mendadak muncul mendekatinya dan mencoba flirting dengannya. Wu Yan menanggapinya dengan sinis saja. Saat pria itu meyakinkan Wu Yan bahwa dia tidak ada niat buruk sama Wu Yan, Wu Yan malah berkata bahwa dia takut dia sendiri yang punya niat buruk sama pria itu. Pfft!
Saat pria itu mengomentari bajunya yang 'spesial', Wu Yan santai saja berkata bahwa ini cuma baju biasa dan casual. Dia bahkan tidak mengerti kenapa dia ada di sini.
"Apa itu artinya kau menyelinap masuk?"
"Aku masuk dari pintu masuk utama."
"Berarti kau staf?"
"He-eh."
"Dan kau berani makan diam-diam?"
"Aku cuma mencoba untuk mengecek apakah makanan ini beracun, layak makan dan enak."
"Jadi apakah itu beracun?"
"Kau membosankan sekali."
Geli melihat reaksi Wu Yan, pria itu mendadak berubah haluan membandingkan dirinya yang hangat dengan Nian Qin yang sedingin es. Menurutnya, Nian Qin itu pasti sangat menderita untuk bisa mencapai apa yang dicapainya sekarang ini, padahal sebenarnya Nian Qin tidak perlu melakukan semua itu. Hanya dengan mengandalkan sumber keuangan keluarganya saja, Nian Qin bisa berfoya-foya seumur hidup. Menurutnya, Nian Qin bekerja keras demi membuktikan dirinya pada semua orang. (Hmm, mungkin lebih tepatnya, membuktikan diri pada Wu Yan)
Wu Yan jadi tak nyaman dengan perubahan arah percakapan ini. Dia berniat menghindar tapi malah tak sadar kalau taplak mejanya tersangkut ke tasnya dan akhirnya membuat peralatan makan di atasnya terjatuh dan pecah.
Sontak saja dia jadi pusat perhatian semua orang. Apalagi kemudian Nona Peng muncul dan langsung menginterogasinya di hadapan semua orang, membuat Wu Yan jadi semakin malu. Pria itu sendiri ternyata Tuan Peng, saudaranya Nona Peng.
Untungnya Nian Qin muncul menyelamatkannya dan langsung merangkulnya di hadapan semua orang. Nona Peng jelas penasaran siapa wanita ini, temannya Nian Qin kah?
"Bukan. Dia adalah tunanganku." (Hah? Kapan tunangannya?)
Nona Peng kaget, seisi ruangan kaget, Wu Yan lebih kaget lagi. Parahnya lagi, Wu Yan tidak bisa membantah gara-gara Nian Qin diam-diam mengancamnya untuk bekerja sama atau Nian bakalan menghukumnnya.
Nona Peng tak percaya begitu saja soalnya dia bahkan tak pernah mendengar tentang berita itu sejak kapan mereka bertunangan?
"Sudah sejak lama dan bukan baru-baru ini. Saat kami menikah nanti, kami pasti akan mengirimkan undangan pernikahan." Ujar Nian Qin. Sekretaris Qin diam-diam mengirim kabar mengejutkan itu pada Xiao Lu.
Wu Yan bergegas keluar dengan kesal, sejak kapan pula mereka bertunangan? Maka Nian Qin pun menyuruh Wu Yan untuk mengingat kalimat terakhir yang Wu Yan ucapkan padanya saat mereka bertengkar sebelum Wu Yan pulang kampung 3 tahun yang lalu.
Wu Yan masih ingat, "kalau kau bersikap seperti ini terus, aku akan sangat lelah." (Pfft! Memang iya sih itu kalimat terakhirnya sebelum pergi)
"Bukan. Kalimat yang sebelumnya."
"Kalimat yang sebelumnya... Ah, kalau kau bersedia, kita akan mendaftarkan pernikahan setelah aku kembali."
"Aku bersedia."
"Aku kan tidak sedang melamarmu. Aku hanya mengulangi apa yang kukatakan waktu itu."
"Kau bertanya, aku setuju. Tidak boleh menarik kembali perkataanmu."
"Itu sudah 3 tahun yang lalu. Sudah habis masa berlakunya."
Bodo amat, pokoknya Nian Qin sudah berjanji. Nanti sesampainya di rumah, Wu Yan harus menyiapkan KK, besok mereka pergi bersama ke dukcapil untuk mendaftarkan pernikahan mereka. Pfft!
Dia berusaha meyakinkan Wu Yan bahwa dia benar-benar serius. Apa pun yang dia ucapkan pada Wu Yan, tidak memiliki tanggal kadaluarsa. Tapi sayangnya, sikapnya ini membuat Wu Yan menyadari ucapan terakhirnya benar. "Jika kau terus bersikap seperti ini, aku akan sangat lelah."
Keesokan harinya, Nian Qin tak sengaja melihat Wei Hao dikunjungi istrinya dan mereka terlihat sangat amat mesra. Tiba-tiba dia punya ide dan langsung memanggil Wei Hao untuk menyuruh Wei Hao mengajarinya cara mengejar Wu Yan, dia mau belajar dari cara Wei Hao mengejar istrinya.
Wei Hao awalnya ogah, apalagi Wu Yan pernah memarahinya setelah Wu Yan tahu kalau dia pernah bicara pada Nian Qin waktu itu. Tapi Nian Qin dengan sengaja menggunakan kekuasaannya sebagai bos untuk mengancam Wei Hao... hingga akhirnya Wei Hao menyerah juga.
Tapi menurut Wei Hao, alih-alih belajar darinya, Nian Qin seharusnya memahami dulu apa yang paling Nian Qin inginkan: Wu Yan atau harga dirinya sendiri?
"Tentu saja Wu Yan."
Kalau begitu gampang saja solusinya, Nian Qin harus menurunkan harga dirinya dan kejarlah Wu Yan dengan sepenuh hati.
Di stasiun radio, Wu Yan mendapat surat pendengar, namun suratnya tertulis di atas daun (jelas itu dari Nian Qin) yang berbunyi: Sun for day, moon for night, and you... forever (matahari untuk siang, bulan untuk malam, dan kau... untuk selamanya).
Keesokan harinya usai rapat, Nian Qin diberitahu sekretarisnya bahwa hari ini hujan. Nian Qin sontak melesat pergi menjemput Wu Yan, tapi dia tidak bawa payung, soalnya dia mau menjadikan dirinya sendiri sebagai payungnya Wu Yan. Pfft! Padahal Wu Yan sendiri bawa payung dan tidak mau berbagi payung sama Nian Qin.
Nian Qin sontak merebut payungnya, bersikeras mau menegangkan payung itu untuk Wu Yan, sehingga terpaksalah Wu Yan harus sepatunya berdua dengannya. Dia benar-benar menurunkan harga dirinya demi Wu Yan dengan ikut naik bis bersama Wu Yan dan tak mempan diusir sedikit pun, Wu Yan sampai sebal banget sama dia.
Gara-gara tidak bawa payung, Nian Qin jadi basah kuyup begitu dia kembali ke hotel. Tiba-tiba dia bersin dan seketika itu pula dia punya ide untuk menarik simpati Wu Yan dengan menyuruh sekretarisnya untuk menelepon Wu Yan dan memberitahu Wu Yan kalau dia sedang tidak enak badan gara-gara kehujanan tadi.
Tapi Wu Yan tak terjebak dan cuma menyuruhnya untuk ngasih obat demam saja ke Nian Qin, nanti pasti akan sembuh dengan sendirinya kok. Met malam!
Bersambung ke episode 20
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam