Sinopsis Crush Episode 15 & 16

Nian Qin penuh emosi saat dia mengantarkan ayahnya ke ruang operasi. Sementara itu di rumah sakit lain, Ibunya Wu Yan terbangun tengah malam tapi malah mendapati suaminya kritis yang kontan saja membuatnya panik bukan main.

 

Ibu berusaha menghubungi putrinya, tapi teleponnya malah tidak diangkat. Ibu jadi semakin panik dan takut terjadi sesuatu pada putrinya juga. Wu Yan sebenarnya tahu ibunya menelepon, tapi saat itu dia masih sangat sedih dan justru melampiaskan emosinya dengan minum-minum sehingga dia mengabaikan teleponnya Ibu.


Beberapa jam kemudian, operasi Ayahnya Nian Qin akhirnya sukses. Setelah ayahnya dipindahkan ke ICU, Nian Qin pun pergi ke apartemennya Chen Ying untuk mencari Wu Yan. Tapi Wu Yan tidak ada di sana, Cheng Yin bahkan tidak tahu kalau Wu Yan sudah kembali.

Wu Yan sudah pingsan karena mabuk saat itu sehingga tidak ada satu pun telepon yang terjawab olehnya, padahal sebenarnya dia masih berada di rooftop gedung apartemen itu. Nian Qin setia menunggu di depan gedung, bertekad untuk bertemu dan bicara dengan Wu Yan.

Wu Yan baru bangun keesokan harinya dan baru melihat banyaknya misscall yang masuk ke ponselnya. Dia memutuskan menelepon ibunya lebih dulu tapi yang mengangkatnya malah Wei Hao yang mengabarkan bahwa Ayahnya Wu Yan meninggal dunia semalam. OMG!

Shock, Wu Yan sontak turun dan mendapati Nian Qin menunggunya di depan. Tapi Wu Yan begitu marah pada Nian Qin hingga dia menolak menerima permintaan maaf Nian Qin dan memutuskan hubungan mereka saat itu juga saat dia berkata. "Aku tidak mau lagi bertemu denganmu seumur hidupku."

Ayah sudah dimakamkan saat Wu Yan tiba di rumah. Ibu begitu marah pada Wu Yan hingga dia menampik tangan Wu Yan dan mengabaikannya. Wu Yan sontak menangis di depan foto mendiang, menyesal karena terlambat dan tak bersama Ayah di saat-saat terakhir Ayah. Di tempat lain, Nian Qin juga menyesali keegoisannya terhadap Wu Yan.

Setelah beberapa hari, Wu Yan kembali ke Xiamen hanya untuk menyelesaikan program acara radionya, memenuhi janjinya pada teman-temannya untuk memperkenalkan band Momo di acara radionya, dan juga demi mendiang ayahnya yang pernah berkata bahwa ia ingin mendengarkan siaran radionya Wu Yan.

Acara hari itu sukses besar. Namun sebelum mngakhiri acaranya, Wu Yan sengaja memanfaatkan momen itu untuk mendedikasikan lagu terakhir yang akan diputarnya untuk mendiang Ayahnya.

Dengan berlinang air mata dia menceritakan tentang ayahnya yang selalu mendukungnya dalam segala hal, selalu mengajarinya untuk berani dalam menghadapi dunia, dan menerima dirinya apa adanya terlepas dari semua kekurangannya.

Lagu terakhir ini adalah lagu yang sering mereka nyanyikan saat mereka ke karaoke bersama. Dia sebenarnya mewarisi tuli nada dari ayahnya, namun ayahnya-lah yang selalu membesarkan hatinya dan menyemangatinya untuk tetap menyanyi dengan penuh percaya diri biarpun suaranya sumbang. Karena itulah lagu terakhir ini, dia persembahkan untuk mendiang ayahnya, sosok yang selalu hangat dan baik hati.

Tanpa Wu Yan ketahui, Nian Qin juga mendengarkan siaran radionya dan sontak menangis penuh penyesalan mendengar cerita Wu Yan.


Namun usai siaran radio, Wu Yan tiba-tiba menyerahkan surat pengunduran dirinya ke Nie Xi. Dia harus kembali ke kampung halamannya karena harus menjaga ibunya yang sekarang sendirian.

Malam harinya, Wu Yan berkumpul dan makan malam bersama teman-temannya di rumah barunya Wei Hao dan Xu Qian. Mereka terus menerus bersulang sebagai ungkapan perpisahan dengan Wu Yan.

Wu Yan agak mabuk saat dia dan Cheng Yin hendak pulang tak lama kemudian. Mereka mau turun pakai tangga darurat. Tapi ternyata pintunya malah tidak bisa dibuka gara-gara ada orang yang menjadikan tempat itu sebagai gudang dan akhirnya menghalangi pintu.

Apa boleh buat, mereka akhirnya terpaksa harus naik lift padahal Cheng Yin claustrophobia. Cheng Yin gemetar hebat begitu mereka masuk lift dan Wu Yan harus berusaha keras untuk menenangkannya.

Tapi tiba-tiba saja listrik mati yang justru membuat mereka terjebak di dalam ruang sempit dan gelap itu sehingga Cheng Yin jadi semakin panik dan ketakutan. Wu Yan berusaha menenangkannya, tapi kondisi Cheng Yin sepertinya cukup parah.

Entah apa yang terjadi, tak lama kemudian, Xu Qian tiba-tiba mendapat telepon darurat yang mengharuskannya bergegas pergi ke rumah sakit.

Saat Wu Yan sadar, dia mendapati dirinya dirawat di rumah sakit dan hanya Xu Qian yang mendampinginya. Dia langsung cemas menanyakan Cheng Yin. Anehnya, Xu Qian entah kenapa terkesan menghindari pertanyaan itu dan hanya berkata kalau Wei Hao sedang menjaga Cheng Yin sekarang. Saat Wu Yan keluar dari rumah sakit tak lama kemudian, kita melihat Cheng Yin memang tampak baik-baik saja dan hanya terluka kepalanya.


Xiao Lu menegur Nian Qin yang terus menerus memainkan lagu yang sama berulang kali. Lagu itu adalah lagu kesukaan Wu Yan. Dia benar-benar menyesal, karena dialah Wu Yan melewatkan saat-saat terakhir ayahnya. Saat itu juga, Nian Qin akhirnya memutuskan untuk melakukan operasi mata.


Xiao Lu mendatangi Wu Yan keesokan harinya, berusaha membujuk Wu Yan demi Nian Qin. Dia mau bilang kalau Nian Qin mau operasi mata, tapi bahkan sebelum dia sempat bicara, Wu Yan mendadak menyela dan menegaskan bahwa hubungan mereka sudah berakhir.

Wei Hao kesal karena sekarang bukan hanya Wu Yan yang pulang kampung. Teman-teman band-nya juga mau pergi. Xu Qian berusaha mengingatkan Wei Hao untuk lebih realistis, mereka tidak bisa hidup dengan hanya mengandalkan band. Tapi ucapannya malah membuat Wei Hao jadi tersinggung dan kesal.

Tapi keesokan harinya, Wei Hao sepertinya sudah sadar dan mulai mencari pekerjaan. Dia bahkan berhasil mendapatkan pekerjaan dengan mudah di sebuah perusahaan berkat seorang seniornya.

Tapi saat Xu Qian mengetahuinya, dia malah tak setuju dengan perbuatan Wei Hao ini karena dia tahu bukan ini yang Wei Hao inginkan untuk hidupnya dan dia tidak mau Wei Hao memaksakan dirinya untuk berubah hanya demi dia.

Jelas saja Wei Hao jadi kesal dengan sikap Xu Qian ini. Di atas segalanya, yang terpenting baginya adalah Xu Qian. Dia juga ingin membantu Xu Qian untuk merawat neneknya yang sakit. Dia ingin menikah dengan Xu Qian dan hidup bersamanya di kampung halaman mereka. Sayangnya Xu Qian menolak. Dia tidak bisa menikah dengan Wei Hao, dan dia juga tidak mau kembali ke kota itu.

Kecewa dan patah hati, Wei Hao akhirnya tetap pergi keesokan harinya.  Dan Xu Qian bahkan tidak keluar kamar untuk mengantarkannya pergi, membuat Wei Hao jadi semakin sedih. Mereka akhirnya berpisah tanpa saling bertemu muka. Padahal sebenarnya Xu Qian juga sedih karena perpisahan ini.

Dokter memperingatkan Nian Qin bahwa tingkat keberhasilan operasinya ini cukup rendah, tapi Nian Qin tak peduli dan tetap nekat mengambil resiko itu, segalanya demi Wu Yan yang pernah bilang bahwa Wu Yan mengagumi matanya yang indah, Wu Yan yang pernah bilang bahwa dia ingin melihat dunia ini bersamanya. Karena itulah, Nian Qin ingin melihat seperti apa dunia yang dilihat Wu Yan.

Pasca operasi, Nian Qin menemui ayahnya. Hubungan mereka masih canggung, tapi Nian Qin mulai menunjukkan perhatian dengan menanyakan keadaan Ayah, dan itu tak pelak membuat Ayah senang.

Apalagi kemudian Nian Qin menyatakan bahwa dia akan pulang dan mengambil alih perusahaan. Ayah jadi ingat bahwa terakhir kali Nian Qin bilang mau pulang adalah saat dia bilang mau membawa wanita yang ingin dia nikahi. Lalu di mana wanita itu sekarang?

"Dia sudah tidak menginginkanku lagi."

 

Nian Qin benar-benar merindukan Wu Yan dan selalu mendengarkan recorder yang berisi cerita yang Wu Yan rekamkan untuknya.


Beberapa waktu kemudian, perban matanya Nian Qin dibuka dan operasinya sukses, sekarang dia bisa melihat lagi. Saat dia kembali ke rumahnya sendiri, dia langsung membuka tirai jendela yang kontan membuatnya sedih teringat kenangannya bersama Wu Yan dulu.

Dia ingat dulu Wu Yan pernah menuntunnya untuk meletakkan sebuah pigura di rak paling pojok. Wu Yan waktu itu sengaja main rahasia-rahasiaan dengan mengklaim kalau itu hanya sesuatu yang sangat-sangat dia sukai. Nian Qin cemburu banget waktu itu. Tapi sekarang setelah Nian Qin bisa melihat, dia mendapati pigura itu ternyata foto punggungnya saat sedang bermain piano.


Dia juga menemukan sebuah kemeja warna soft pink yang pernah dibelikan Wu Yan untuknya di lemari. Tapi Wu Yan dulu sengaja membohonginya dengan berkata kalau kemeja itu warnanya sama dengan baju-bajunya Nian Qin yang lain, biar dia mau memakai kemeja itu. Nian Qin ingin melihat foto Wu Yan, tapi sayangnya, mereka tidak menemukan satu pun foto di rumah.


Nian Qin lalu pergi ke taman pinggir danau, tempat dia menikmati hangatnya sinar mentari bersama Wu Yan dan Xiao Wei dulu. Di tempat inilah Wu Yan menyayangkan karena hanya dia seorang yang bisa melihat keindahan tempat ini. Sekarang Nian Qin akhirnya bisa melihatnya, sayangnya, Wu Yan justru tidak ada di sisinya.

Nian Qin pun mulai melakukan tugasnya mengambil alih perusahaan. Tapi tentu saja dia masih harus belajar dari nol, jadi keluarganya merekrut guru privat untuk mengajarinya.


Berkat Wei Hao, Wu Yan menemukan pekerjaan paruh waktu di sebuah stasiun radio kecil di kotanya. Karena dia harus menjaga ibunya di siang hari, jadi dia mengambil jadwal siaran malam. Dia tidak takut biarpun harus bekerja sendirian di malam hari.

Namun dari gosipan rekan-rekannya, Wu Yan mengetahui bahwa Yi Jin sekarang mau berhenti menulis lagu, tapi sebelumnya, dia merilis lagu baru dan terakhir berjudul 'Crush (Hancur)'. Dari liriknya, jelas lagu itu tentang dan untuk Wu Yan.

Wu Yan tak tahu kalau Nian Qin sebenarnya mendengarkan siaran radionya setiap malam setiap kali dia habis lembur. Keduanya masih belum bisa saling melupakan satu sama lain, mereka sama-sama masih memakai jam tangan couple mereka. 

Bahkan di meja kerjanya Nian Qin, selalu ada bunga mawar putih setangkai, persis seperti yang pernah dia berikan ke Wu Yan di hari wisudanya. Begitulah bagaimana keduanya menjalani kehidupan masing-masing... sampai 3 tahun kemudian.


Nian Qin sekarang merekrut seorang sekretaris baru, dia langsung cocok dengan pria itu, apalagi pria itu juga punya pengalaman memiliki anggota keluarga yang tuna netra. Nian Qin bahkan langsung menerimanya setelah mendengar kisah keluarganya yang hancur pasca ayahnya mengalami kebutaan.


Walaupun berkata tidak mau pulang, tapi nyatanya Xu Qian tetap pulang kampung demi menjenguk neneknya. Saat dia tiba di panti jompo, dia mendapati Wu Yan ternyata sedang menjaga neneknya. Malah menurut pengakuan Wu Yan, selama ini Wei Hao-lah yang rutin menjaga nenek. Hari ini Wu Yan yang menggantikan Wei Hao karena dia lembur.

Xu Qian jadi sedih membicarakan Wei Hao. Dia mengaku pada Wu Yan bahwa Wei Hao pernah mengajaknya menikah. Tapi Xu Qian tidak bisa, dia tidak merasa punya kualifikasi untuk menikah dengan siapa pun karena latar belakang keluarganya yang kacau. 

Dia orang yang tidak punya ayah, ibunya hobi gonta-ganti pria dan neneknya sakit-sakitan. Inilah kebenaran tentang dirinya, kebenaran yang akan selalu melekat dalam hidupnya seumur hidup.

Xu Qian sudah memikirkan segalanya dengan matang, dan sekarang, dia memutuskan untuk pulang kembali ke kampung halamannya. Selama 3 tahun terakhir ini, dia sudah bekerja keras. Tidak ada gunanya menyulitkan diri sendiri terus menerus.

Wu Yan akhirnya memenuhi keinginan ibunya untuk melanjutkan S2. Biar dia bisa fokus menyelesaikan studinya, dia memutuskan untuk pindah ke apartemen lain dan tinggal bersama Cheng Yin. Tapi dia janji akan sering-sering pulang untuk menjenguk Ibu.

Jelas Ibu sudah tidak marah lagi pada Wu Yan, dan dengan senang hati membantu Wu Yan packing. Malah sekarang Ibu sudah tidak ingin lagi mengekang Wu Yan dan meyakinkan putrinya itu bahwa dia boleh pergi ke mana pun yang dia inginkan.

Tapi saat Wu Yan hendak mengepak buku-bukunya, dia malah tak sengaja menemukan fotonya bersama Nian Qin saat dia wisuda dan foto keluarganya Nian Qin yang pernah Nian Qin robek-robek dulu, ternyata dia diam-diam menyatukan kembali robekan-robekan foto keluarga itu. Foto-foto itu membuat Wu Yan jadi sedih, berpikir kalau dia sudah tidak bisa kembali seperti dulu lagi.

Bersambung ke episode 17

Post a Comment

0 Comments