Artit tengah mengikuti tes masuk tim rugby kampusnya bersama sahabatnya, Thanon ( panggilannya Non), dan usaha mereka berbuah manis, keduanya sama-sama terpilih dalam tim rugby kampus mereka.
Mereka lalu pergi merayakan keberhasilan mereka bersama kedua teman mereka yang lain, Kot dan Ling, dengan makan-makan di restoran. Tampak jelas kalau Artit dan Non sama-sama menyukai Ling.
Tapi sepertinya Ling hanya menyukai Artit, bahkan satu-satunya yang dia soraki dalam pertandingan tadi hanya Artit. Dan ketiga pria itu suka menggodai Ling karena dia belum terlalu fasih berbahasa Thailand. Tapi Artit mengaku tak bisa ikut mereka lagi usai makan nanti, soalnya ada urusan yang harus dia urus, tapi dia tidak mau mengaku urusan apa itu.
Di tempat lain, Paeng - seorang murid SMA, sedang dibuli oleh beberapa teman sekolahnya yang menuduh Paeng merebut pacar salah satu dari mereka. Paeng yang berani dan gampang tersulut emosi, sontak melawan balik dan perang pun pecah.
Tepat saat itu juga, Artit datang dan langsung memegangi Paeng karena dia mengira Paeng-lah yang biang onarnya. Dia bahkan mau menyeret Paeng ke kantor BK. Panik tak mau dibawa ke kantor BK, Paeng sontak menampar muka Artit dengan tasnya, merutuki Artit lalu kabur.
Hmm, sepertinya mereka saling mengenal. Tapi saat supirnya Paeng menanyakan tentang siapa pria tadi, Paeng mengklaim tak kenal. Dia menghantam pria itu karena pria itu memang minta ditabok. Lalu dengan gaya imutnya dia meminta pak supir untuk tidak bilang-bilang ke ayahnya tentang kejadian tadi, biar dia tidak kena masalah.
Dari ucapan pak supir, ternyata Paeng sudah pindah sekolah dua kali. Makanya kejadian tadi membuat pak supir khawatir kalau itu akan membuat Paeng terpaksa harus pindah sekolah lagi. Paeng meyakinkan pak supir kalau dia akan berusaha untuk menahan emosinya lain kali, pokoknya yang kali ini harus dirahasiakan dari orang tuanya.
Tapi begitu sampai rumah, Bibi Jaem (pengasuhnya) langsung heboh mengomeli Paeng dan bertekad mau melaporkan masalah ini ke ayahnya Paeng. Ini demi kebaikan Paeng. Heran dia, kenapa Paeng selalu berkelahi, ini keterlaluan.
Paeng tidak terima, ini bukan kesalahannya, orang-orang itu yang jahat padanya. Mereka mendekatinya dan pura-pura baik padanya karena mereka tahu kalau dia anak orang kaya dan cuma ingin memanfaatkannya saja. Sedangkan yang cowok-cowok, cuma ingin tidur dengannya.
Tiba-tiba terdengar suara mobil ayahnya datang. Paeng langsung panik mengubur dirinya di dalam selimut, tapi sayang, cepat ketahuan dan Ayah langsung menyindir mukanya yang banyak luka itu. Dia kan sudah besar, tidak seharusnya dia berkelahi dengan orang lain. Kalau ada masalah, maka seharusnya dia membicarakannya baik-baik.
Paeng ngotot kalau bicara saja tidak akan menyelesaikan apa pun. Tapi saat Ayah pamer hadiah tas Hermes, Paeng mendadak berubah sikap dan berjanji tidak akan bertengkar lagi mulai sekarang. Sumpah!
"Paeng, dengarkan ayah. Ayah peduli padamu. Kau putri tunggal ayah. Ayah ingin kau hidup bahagia dalam masyarakat. Ayah ingin kau punya teman dan bertemu dengan orang-orang baik dalam hidupmu."
"Aku tidak butuh orang lain. Hanya Ayah dan Ibu sudah cukup."
Ah! Ngomong-ngomong tentang Ibu, di mana Ibu? Paeng langsung keluar mencari ibunya yang ternyata baru selesai berolahraga dan langsung memeluk mesra Ayah. Paeng pun langsung lari ke pelukan kedua orang tuanya. Mereka benar-benar keluarga bahagia.
Secara bersamaan, Artit dan Non sama-sama membelikan minuman untuk Ling. Dan jelas saja itu membuat Ling jadi canggung. Tapi berhubung Ling cuma bisa pilih satu, dia tak ragu memilih minumannya Artit, dan Kot langsung sigap mengambil minumannya Non. Artit senang, sedangkan Non kecewa.
Bahkan saat Ling permisi mau ke toilet, mereka berdua malah ingin membuntutinya. Kot dengan cepat menarik mereka dan mengingatkan mereka akan aturan pertemanan mereka, yaitu tidak boleh mendekati teman sendiri. Non dan Artit kompak beralasan kalau mereka cuma mau melindungi Ling, tapi Kot jelas tak percaya sedikit pun.
Akan tetapi di balik kebahagiaan keluarga mereka, Paeng tampak jelas meragukan ibunya. Apalagi saat kemudian dia diberitahu Ayah bahwa Ibu tidak ikut makan bersama mereka karena sudah pergi ke pesta. Sepertinya ibunya Paeng sering menghadiri pesta dan fakta itu membuat Paeng tidak tenang.
Apalagi Ibu memang cantik dan modis, membuat mata para pria terus berpaling padanya. Di pesta itulah, Ibu diberitahu para kenalannya tentang perkelahian Paeng di sekolah kemarin. Walaupun berusaha tetap tenang dan santai, tapi Ibu tampak jelas kesal hingga dia menolak mengangkat teleponnya Paeng.
Paeng juga jadi kesal dengan sikap ibunya ini hingga dia memutuskan untuk menyeret pembantunya pergi bersamanya, bertekad untuk membawa ibunya pulang dengan cara apa pun. Mereka pun pergi mendatangi sebuah kelab, berdandan menor dan s~~~i biar Paeng tidak ketahuan kalau dia masih di bawah umur. Dan mereka bisa masuk dengan mudah dengan cara sok akrab dengan beberapa wanita yang baru datang.
Pada saat yang bersamaan, Artit diajak kedua teman cowoknya untuk pergi dugem. Artit awalnya menolak. Tapi kemudian dia mendapat telepon entah dari siapa. Telepon itulah yang membuatnya berubah pikiran dan jadilah mereka pergi ke kelab yang sama dengan yang didatangi Paeng.
Artit langsung fokus mencari seseorang... hingga dia melihat Paeng. Paeng dengan sengaja menyuruh pembantunya untuk memotretnya dalam pose seolah dia minum miras, berniat mengirimkan foto itu ada ibunya biar ibunya mengkhawatirkannya dan pada akhirnya pulang.
Ibu jadi makin kesal saat melihat kiriman foto itu, tapi dia memutuskan untuk mengabaikannya. Kecewa, Paeng memutuskan untuk pakai cara lebih ekstrem, cari cowok buat diajak foto mesra. Pembantunya benar-benar khawatir, tapi Paeng mengabaikan peringatannya dan langsung main mata dengan dua cowok terdekat. Kedua temannya Artit yang juga memperhatikannya sedari tadi, langsung berkomentar mengaguminya, hanya Artit seorang yang tampak kesal.
Karena Paeng terus melempar tatapan menggoda, kedua pria asing itu pun berhasil terpancing dan langsung mendekati Paeng dan langsung setuju diajak foto bersamanya. Tapi mereka jelas bukan cowok baik-baik, bahkan dengan seenaknya mereka memeluk pinggang Paeng.
Paeng tak nyaman, tapi dia membiarkannya demi foto mesra itu. Paeng langsung melepaskan diri begitu selesai, tapi kedua pria itu yang tidak mau melepaskannya. Parahnya lagi, salah satu pria itu diam-diam mencampur obat tidur ke dalam minuman yang dia sodorkan ke Paeng.
Paeng dan pembantunya berusaha menolak, tapi kedua pria itu terus mendesak hingga Paeng menyerah dan memutuskan menuruti mereka. Untungnya Artit melihat segalanya dan langsung sigap menghentikan Paeng dan terus terang memberitahu bahwa minuman itu sudah dioplos obat.
Dalam flashback, ternyata yang menelepon Artit tadi adalah pembantunya Paeng. Dia sangat khawatir, tapi tak mampu menghentikan Paeng, makanya dia minta bantuan Artit. Kedua pria itu kesal dan langsung mengeroyok Artit, untungnya Non cepat muncul dan langsung membantu Artit menghajar kedua bajingan itu.
Tapi Paeng bahkan tak terkesan sedikit pun pada penyelematnya itu. Bahkan saat kemudian para pria itu dibawa ke kantor polisi, Paeng tidak sabaran ingin pergi, mengklaim kalau dia tidak ikut-ikutan dalam masalah ini.
"Kau itu tidak tahu terima kasih. Tidak seharusnya aku menolongmu." Sesal Artit.
"Siapa juga yang minta." Sinis Paeng.
Ibunya Paeng datang tak lama kemudian dan dialah yang akhirnya mengucap terima kasih pada Artit. Paeng pasti akan mendapat masalah besar kalau bukan karena pertolongan Artit. Paeng senang banget akhirnya bisa mendapatkan perhatian ibunya dan langsung menyeret Ibu pulang sekarang juga, masa bodo sama nasib Artit.
Si pembantu jadi dihukum sama Bibi Jaem gara-gara itu. Untungnya Ayahnya Paeng dengan cepat menghentikan hukuman itu, mengerti betul kalau Paeng-lah yang bersalah. Ayah ingin menghukumnya, tapi Ibu malah membela Paeng dan membujuk Ayah hingga akhirnya Ayah luluh.
Keesokan harinya, Ayah menemui Artit dan memberinya seamplop uang sebagai ganti rugi denda yang dia bayar ke polisi kemarin dan juga sebagai ungkapan terima kasih atas bantuan Artit pada Paeng. Putrinya itu memang sangat keras kepala. Padahal dulu dia tidak begitu.
Mungkin karena belakangan ini Ayah terlalu sibuk sehingga Paeng suka cari perkara untuk menarik perhatian orang tuanya. Ayah benar-benar berterima kasih karena selama ini Artit membantunya mengawasi Paeng.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam