Sheng Nan terbangun karena telepon dari Zhao Di yang mengabarkan masalah penting. Tak lama kemudian, dia tiba di parkiran dengan membawa palu sambil mencari-cari mobil yang dimaksud Zhao Di.
Zhao Di sendiri baru saja keluar dari kantor polisi. Tapi dia mengklaim kalau dia di sana cuma buat KTP baru dan bukan karena dia ditangkap. Ini gara-gara dompetnya dicuri sama pria yang bersamanya di bar semalam.
Makanya dia meminta Sheng Nan untuk membalaskan dendamnya. Baiklah, Sheng Nan pun mulai mencari nomor parkiran yang dimaksud Zhao Di... tapi malah mendapati mobilnya ternyata sebuah mobil ferrari warna merah yang mahal.
Wow! Kalau dia menghancurkan mobil itu, sudah pasti dia bakalan ditangkap polisi dan Zhao Di pasti akan pura-pura tidak kenal dia. Itu mengerikan!
Akhirnya dia mengurungkan niatnya dan menggantinya dengan ide lain. Tak lama kemudian, dia menaburi mobil itu dengan tepung lalu membuat adonan yang dia bentuk kotoran.
Zhao Di menelepon lagi saat itu dan berkata kalau dia sudah di parkiran tapi tidak melihat Sheng Nan. Mobil pria itu juga tidak ada. Sheng Nan ada di mana? Loh? Sheng Nan bingung, dia sudah berada di Zona D sekarang.
"Maksudku adalah Zona B. A,B,C... B. Bukan D."
Hah?! Jadi dia salah mobil? Gawat! Sheng Nan buru-buru mau kabur. Tapi yang punya mobil teryata sudah ada di sana, dan orang itu tak lain tak bukan adalah pria yang dia siram kemarin. Hadeh!
"Siapa kau?" Tuntut Lu Jin. "Kenapa kau ada di atas mobilku? Apa kita pernah bertemu?"
Ah! Lu Jin tidak mengenalinya rupanya. Sheng Nan pun langsung bergaya s~~~i di atas mobilnya sambil ngomong Korea. Wkwkwk! Dia pikir Lu Jin nggak bakalan ngerti. Tapi Lu Jin mendadak menjawabnya dalam bahasa Korea juga. Wkwkwk!
Lu Jin tanya apakah dia orang Korea? Sheng Nan sontak terdiam canggung. Sudah tidak bisa menjawab dalam bahasa Korea lagi, Sheng Nan akhirnya balik ke bahasa Mandarin dan mengklaim kalau dia bisa sedikit bahasa Mandarin.
"Bahasa Mandarinmu sangat lancar. Aku sudah mendengarnya waktu kau menelepon tadi. Orang Tiongkok, maka bicaralahnya dengan bahasa ibu."
Sheng Nan mendadak sok imut. "Paman, aku salah. Aku tidak berani lagi. Maaf."
"Paman?"
Sheng Nan mau kabur. Tapi Lu Jin dengan cepat menangkapnya dan memerintahkan Sheng Nan kembali ke mobilnya. Jika tidak, maka dia akan lapor polisi.
Sheng Nan terpaksa menurut. Lu Jin tiba-tiba merekamnya dan memerintahkannya untuk mengulang pertunjukkannya tadi. Sheng Nan terpaksa menuruti semua perintahnya.
Sheng Nan mengira bisa bebas setelah itu. Tapi tidak. Lu Jin malah menjadikan rekamannya itu sebagai barang bukti dan menyuruh Sheng Nan menyerahkan diri saja.
Sheng Nan sontak panik mencegahnya pergi. "Paman, kita perlu bicara."
"Jangan panggil aku Paman lagi. KIta tidak saling mengenal."
"Aku janji akan mengembalikannya seperti semula!"
Sheng Nan langsung berusaha membersihkan mobilnya. Lu Jin berusaha melarangnya, tapi Sheng Nan tidak dengar dan terus cerewet lalu tiba-tiba saja tanpa pikir panjang dia meniup tepung itu sehingga mengenai Lu Jin. Pfft!
Sheng Nan panik mau membersihkannya juga, tapi Lu Jin sontak mundur dan melarangnya mendekat. Sheng Nan langsung menawarkan ganti rugi, sebutkan saja harganya, dia akan ganti rugi semuanya.
Oke! Lu Jin langsung bingung mencari kertas. Sheng Nan juga tidak punya. Maka dia langsung berjinjit mendekatkan wajahnya ke Lu Jin dan menyuruh Lu Jin untuk menulis di jidatnya saja.
Tapi kedekatan mereka membuat Lu Jin jadi terpesona padanya. Tapi dia cepat-cepat menguasai dirinya dan menyuruh Sheng Nan berbalik lalu menulisnya di tasnya Sheng Nan.
"Masalah selanjutnya, telepon ke nomor ini. Jika dalam setengah jam aku tidak menerima telepon darimu, Aku akan lapor ke polisi. Aku punya bukti."
Lu Jin mau pergi, tapi malah membuat tepungnya berhamburan lagi. Parahnya lagi, adonan bentuk kotoran itu tiba-tiba jatuh ke pangkuannya. Lu Jin langsung membuangnya dengan kesal, membersihkan sisa tepungnya pakai wiper lalu pergi.
Sheng Nan langsung mewek dalam pelukan Zhao Di. Tapi Zhao Di malah dengan seenaknya menyuruh Sheng Nan untuk memikirkan sendiri masalah ganti ruginya. Sheng Nan jelas tidak terima, dia melakukan itu kan untuk membalaskan dendam Zhao Di.
"Aku tahu. Tapi coba pikirkan. Sekarang situasinya seperti... ada orang yang tenggelam. Kau cukup berani dan melakukan pernapasan buatan, tapi ternyata salah orang dan digugat bertindak tidak senonoh. Tapi coba kau pikirkan. Apa hubungan situasi ini denganku? Bukankah itu karena kau suka ikut campur dan mencari masalah sendiri?"
Sheng Nan bingung dan dengan polosnya mempercayai omongan Zhao Di. Dan baru setelah Zhao Di kabur, Sheng Nan sadar kalau dia sudah dibodohi. Teganya Zhao Di! Dia kan tidak melakukan pernapasan buatan! Zhao Di gila! (Aigoo, kasihan amat Sheng Nan, teman-temannya pada pengkhianat semua)
Sheng Nan langsung mendatangi pamannya yang seorang designer untuk minta bantuan duit, ini gara-gara si Zhao Di. Tapi si paman malah menolak, salah Sheng Nan sendiri masih berurusan sama Zhao Di setelah pernah ditangkap polisi dulu. Dia memang sepupuan sama ibunya Sheng Nan, tapi tidak sama Sheng Nan. Kalau sama Sheng Nan mah, cuma sahabat.
"Kalau begitu pinjamkan uang padaku dengan status sebagai teman."
"Apa kau tahu cara paling cepat mengubah sahabt menjadi teman palsu?"
"Aku tahu! Pasti bukan pinjam uang."
Si Paman mendadak sok baik menanyakan apa yang terjadi padanya sambil menuntun Sheng Nan berjalan bersamanya. Sheng Nan percaya-percaya saja dan langsung menceritakan kronologi kejadiannya... sampai saat dia menyadari Paman tiba-tiba sudah tidak ada di sisinya dan dia sendiri sudah berada di luar toko. Paman langsung mengunci tokonya lalu pergi meninggalkannya. Sheng Nan langsung lemas.
Ternyata hari ini adalah hari ulang tahunnya Lu Jin. Dia menelepon ibunya dengan harapan ibunya akan mengucap selamat ulang tahun. Tapi sejak awal telepon sampai akhir yang dibicarakan Ibu hanya masalah bisnis. Dan setelah itu, ia langsung menutup teleponnya. (Duh, kasihan)
Satu-satunya yang ingat dan mengucap met ultah padanya cuma sebuah sms dari sebuah bank. Lu Jin akhirnya memutuskan untuk merayakannya sendiri dengan hanya semangkok mie instan.
Dia lalu menyalakan lilin-lilin, mengucap met ultah pada dirinya sendiri dan berniat mau meniupnya saat tiba-tiba saja. "SURPRISE!"
Ternyata asistennya ingat ulang tahunnya dan membawakan sebuah hadiah tongkat kecil yang bentuknya aneh. Asisten mencoba mengajaknya untuk merayakannya di luar dan bersenang-senang dengan para wanita. Tapi Lu Jin menolak dan menyuruhnya pergi sendiri saja, dia yang bayar.
"Terima kasih, Bos. Selamat ulang tahun, Semoga dapat berkah berlimpah, semoga sehat walafiat." Doa si Asisten lalu meniup lilinnya lalu pergi. Pfft! Yang ultah siapa, yang niup lilin siapa.
Tapi karena kelamaan, mie-nya jadi sudah tidak enak dimakan lagi. Lu Jin pun memutuskan mencari makan di luar.
Sheng Nan menemui kakeknya yang memiliki sebuah kedai kwetiau goreng. Sheng Nan mengklaim kalau dia datang hanya karena kangen. Tapi Kakek ternyata tahu kalau Sheng Nan kehilangan pekerjaannya, ia tahu dari Toa Besar.
Sheng Nan kesal merutuki Toa Besar. Tapi dia meyakinkan bahwa Kakek tidak perlu mengkhawatirkannya. Dia yakin pasti akan ada tempat lain yang menginginkannya.
"Aku seorang koki jenius. Memadukan masakan Tiongkok dan masakan barat. Mencari pekerjaan itu gampang banget. Sangat gampang." Sumbar Sheng Nan.
"Aku menyuruhmu jangan menjadi koki, tapi kau tidak mendengarnya, malah bersikeras menjadi koki."
"Apa hubungan hal ini dengan menjadi koki? Hanya karena sekarang nasibku kurang baik dan tertangkap basah bersalah, tapi jangan menghina profesiku. Menghina profesiku, sama saja dengan menghina diri Kakek sendiri."
"Aku beda denganmu. Aku seorang bos. Kau cuma karyawan biasa."
Sheng Nan speechless. Kakek tiba-tiba memberinya angpao merah. Sheng Nan gengsi menolak, dia datang bukan untuk minta uang kok. Kakek tahu, ini hadiah. Karena ternyata hari ini ulang tahunnya Sheng Nan. (Wah! kebetulan banget ultahnya samaan)
Kakek mengingatkan bahwa sekarang ia semakin menua, tidak ada anak juga. Jadi kalau kakek mati suatu hari nanti, Sheng Nan-lah yang harus mengurus pemakamannya.
"Jangan bicara sembarangan. Kakek sangat sehat. Apa maksudnya tidak punya anak? Kalau tidak ada ayahku, aku datang dari mana?"
"Jangan mengungkit ayahmu yang sedang berada di Afrika Selatan itu. Begitu mengungkitnya, aku akan sangat marah. Begitu marah, aku ingin pergi ke toilet."
Dan Kakek langsung beranjak pergi ke toilet saat itu juga. Tapi terlebih dulu dia memperingatkan Sheng Nan untuk tidak menyentuh peralatan masaknya.
Tapi tepat setelah Kakek pergi, seorang pelanggan datang memesan kwetiau goreng dan bihun kerang. Dan Sheng Nan malah memanfaatkan saat itu untuk mengabaikan peringatan dan mulai memasak bihun kerang.
Dan kebetulan sekali saat itu juga, GPS mengarahkan Lu Jin ke restorannya Kakek. Tepat saat dia masuk dan duduk, seorang pelayan keluar membawakan bihun kerang itu.
Tapi karena dia tidak tahu siapa yang pesan makanan itu, jadi dia berpikir kalau Lu Jin-lah yang memesannya dan langsung memberikan bihun kerang itu ke Lu Jin.
Lu Jin jelas bingung, dia kan belum pesan. Tapi sedetik kemudian, aroma makanan itu mulai menggodanya dan menarik perhatiannya. Lu Jin pun mulai mencicipinya satu demi satu... hingga akhirnya habis tak bersisa.
Lu Jin benar-benar puas dan senang hingga dia jadi penasaran sama si koki. Maka Lu Jin pun memutuskan masuk ke dapur. Dia melihat si koki wanita. Dia tidak melihat wajahnya, tapi dia langsung terpesona saat melihat si koki wanita menyanggul rambutnya lalu menggunakan sebuah sendok untuk menjepit sanggulnya.
"Kau cari siapa?" Tanya Kakek yang mendadak muncul.
Sheng Nan jadi panik mendengar Kakek sudah kembali dan langsung kabur diam-diam. Saking buru-burunya, sendoknya jadi terjatuh dari rambutnya dan Lu Jin langsung memungutnya.
"Kau ada urusan apa?" Tanya Kakek.
"Bisakah saya bertemu dengan koki wanita barusan?" Pinta Lu Jin.
1 Comments
Terima kasih sinopsisnya
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam