Sinopsis To Get Her Episode 3 - 1

Sinopsis To Get Her Episode 3 - 1
 
Gara-gara itu, Kaisar yang kesal, langsung membatalkan acara. Zheng Zheng jadi merasa bersalah. Si Ya kesal sama dia dan Si Cheng tersenyum licik.


Tapi Si Yi tidak tampak marah, malah dengan manisnya dia menggenggam tangan Zheng Zheng  dan tampak tersentuh atas kepedulian Zheng Zheng walaupun itu karena Zheng Zheng salah paham.

Tapi belum sempat mereka pergi, Bibi tiba-tiba memanggil Si Yi dan meminta Si Yi untuk menemaninya soalnya Bibi kangen sama Si Yi. Biar Zhen'er pulang duluan, akan Bibi suruh seseorang mengantarkannya pulang. Si Yi tampak tak tenang melihatnya pergi sendirian, tapi tak ada yang bisa dilakukannya.


Di rumah, Zheng Zheng mengubur dirinya di dalam selimut dan menolak keluar dari kamar. Mu Yan berusaha membujuknya untuk kelaur, tapi Zheng Zheng ngotot menolak sambil merutuki dirinya sendiri dan kebodohannya.

Dia penasaran sama Mu Yan, jawab yang jujur. Bagaimana bisa Mu Yan bertahan di sisinya selama bertahun-tahun? Biasanya kalau di dalam drama, orang seperti Mu Yan tidak akan bertahan sampai episode 3.

"Ini memang episode 3," ujar Mu Yan ngomongin fakta. Wkwkwk!

Sudahlah. Hari ini Zheng Zheng memang bodoh. Tapi dia kan tidak mudah dikalahkan. Tapi... Bibi Putri itu kelihatannya susah ditangani. Si Yi dipanggil ke istananya, pasti untuk dikritik habis-habisan.


Err... kayaknya nggak deh. Nyatanya di istananya Bibi Putri, Si Yi malah dipamerin di hadapan para wanita yang diundang Bibi Putri dan semuanya heboh memuji-muji segala kelebihan Si Yi.

Dia bahkan dipaksa untuk main musik dan para wanita itu menari-nari mengelilinginya. Si Yi tampak jelas tak senang dan tak nyaman dengan semua ini, tapi Bibi Putri memaksanya untuk senyum. Terpaksalah Si Yi harus menampilkan cengiran terbaiknya dengan canggung.

 Keesokan harinya, Zheng Zheng mendapati Si Ya sudah menunggunya di aula, berniat mau bertarung melawan Zheng Zheng sesuai janjinya kapan hari kemarin.

"Adik Ipar, kau masih ingat saja."

"Sebagai ketua sekte Dan Huang, kegigihan adalah yang paling penting bagiku. Aku sudah menunggu dua jam di sini."

"Kue telur (Dan Huang)?"

"Lancang!"

"Dan berarti ketulusan, Huang berarti burung phoenix. Itu adalah organisai yang dibangun oleh aku dan para ahli bela diri. Berani sekali kau menghinanya?! Awas kau!"


Tapi belum sempat beraksi, tiba-tiba pengawal mengumumkan kedatangan Si Cheng dan istrinya. Kedua orang itu sontak sinis mengejek Si Ya yang berpenampilan seperti pria dan ketidakbecusan Si Yi dalam menjaga adiknya sampai Si Ya jadi seperti ini.

Si Ya cuma bisa diam menerima hinaan mereka. Justru Zheng Zheng yang tidak terima dan langsung membela Si Ya dan menegaskan bahwa Si Ya berhak memakai apapun yang dia inginkan. Mereka tidak punya hak untuk menilainya.

Zheng Zheng merasa penampilan Si Ya bagus kok. Lihatlah, ikat pinggangnya Si Ya pas dan tingginya pun sesuai. Kerah bajunya meniru cara berpakaian suku Hu. Gayanya Si Ya ini sangat eksotis, cerminan dari kemakmuran dinasti kerajaan mereka.

Beda banget dari Istri Pangeran Kedua. Ukurannya longgar dan potongannya terlalu biasa. Istri Pangeran Kedua jadi kelihatan gemuk. Aduh, maaf, Zheng Zheng terlalu teliti. Nanti akan dia suruh orang untuk mengirimkan buah pada mereka sebagai permintaan maaf. Si Ya sontak tersenyum geli mendengarnya.

 

Tak lama kemudian, keempat orang itu duduk di sana, sementara para pelayan menyajikan sepiring pisang dan kurma untuk Si Cheng dan istrinya. Mereka mencoba mencicipinya. Tapi tiba-tiba mereka mencium bau busuk setelah memakan buah-buahan itu.

"Aduh, Pangeran Kedua dan Istri Pangeran Kedua. Kita kan keluarga kerajaan. Tidak aik membicarakan bau busuk."

Istri Pangeran Ketiga sontak murka mendengarnya. Apa Zhen'er pikir kalau dia masih punya penyokong setelah ayahnya yang jenderal itu meninggal dunia?

"Akulah penyokongnya." Si Yi akhirnya datang juga lalu menyuruh Dai Fu untuk mengecek kenapa mulut Istri Pangeran Kedua bau. Zheng Zheng terharu melihatnya.

Istri Pangeran Kedua santai saja membuka mulutnya, mengira Dai Fu mau mengecek mulutnya. Tapi Dai Fu malah cuma meminta tangannya untuk diperiksa nadinya. Dai Fu memutuskan detak nadi Istri Pangeran Ketiga stabil dan hanya perlu pulang untuk membersihkan mulutnya. (Pfft!)


Istri Pangeran Kedua jelas kesal diusir secara tak langsung seperti itu. Si Cheng sinis. Dia datang hari ini hanya untuk memberitahu Si Yi bahwa dia tahu apa yang sedang Si Yi rencanakan.

"Kakak ke-2, aku tidak mengerti apa maksudmu."

"Pura-pura bodoh. Kau pura-pura menyukai musik, tapi sebenarnya kau sedang berusaha mendapatkan dukungan dari para wanita. Tapi sayang sekali, kau suami yang dikuasai istri. Kau bahkan tidak bisa mengontrol isrimu sendiri. Apa kau punya harga diri?"

"Aku dan istriku sangat harmonis. Aku akan mendukung apapun yang dia sukai dan membenci apapun yang dia benci. Apanya yang dikuasai istri? Aku hanya menghormatinya."

Kesal, Si Cheng pun langsung pergi. Duh, Zheng Zheng jadi makin jatuh cinta sama suaminya. Dia tak henti-hentinya mengulang-ulang ucapan Si Yi itu bahkan setelah dia balik ke kamarnya.


Tiba-tiba Si Ya datang dan dengan canggung memanggilnya sebagai kakak ipar. Ow, sepertinya dia mulai melunak sejak Zheng Zheng membelanya tadi. Dia bahkan mengucap terima kasih atas apa yang Zheng Zheng lakukan untuknya tadi.

"Tidak masalah. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."

"Kau benar-benar merasa pakaianku bagus?"

"Benar, sangat bergaya. Jauh lebih bagus daripada semua baju warna-warniku. Tapi, kurasa aku bisa membantumu berdandan."

Hah?! Si Ya sontak mundur. "Tidak! Aku tidak akan pakai kosmetik!"

Tapi tak lama kemudian, dia sudah dudu k di depan cermin mengagumi wajahnya sendiri yang jadi tambah cantik setelah dipoles kosmetik. Pfft! Zheng Zheng pun kagum, dia benar-benar cantik dari lahir.

Si Ya sontak berubah sok jaim lagi. Mengklaim kalau dia tidak bisa pakai kosmetik setiap hari karena dia ahli bela diri. Tapi saat Zheng Zheng berniat mau menghapus dandanannya, Si Ya langsung menghentikannya dengan alasan menghargai kerja keras Zheng Zheng dalam mendadaninya.
 

Dia lalu pergi sambil melompat-lompat riang dan berpapasan dengan Si Yi di tengah jalan. Si Yi kaget melihat wajahnya. Kenapa dia pakai kosmetik? Cepetan hapus! Mengerikan.

Si Ya tidak terima. "Wanita berdandan itu wajar."

"Wanita? Kau bahkan tidak terlihat seperti wanita. Sini kubantu menghapusnya."

Si Ya sontak memelintir tangannya dengan kesal. "Aku memang wanita!"

Si Ya langsung pergi lalu buru-buru bersembunyi di belakang semak. Zheng Zheng muncul saat itu dan meminta maaf atas perbuatannya kemarin di istana.


Yang tak disangkanya, Si Yi hari ini benar-benar baik banget sama, bahkan tak mempermasalahkan kesalahannya kemarin dan meyakiankannya untuk tidak minta maaf, tidak ada salah atau benar dalam hubungan suami istri.

Zheng Zheng jelas heran melihat perubahan sikapnya hari ini. Kalau begitu, dia berterima kasih karena tadi Si Yi membelanya di hadapan istri Pangeran Kedua.


Sayangnya dia tidak sadar kalau Si Yi cuma akting biar dilihat sama Si Ya dan semua pelayaan. Padahal begitu berduaan saja, sikapnya langsung berubah. Kepalanya lagi pusing sebenarnya gara-gara semalam berbincang dengan Bibi Putri sampai larut malam. Mendengar itu, Zheng Zheng langsung memijat kepalanya. Si Yi kaget, sedang apa dia?

"Memijatmu, dulu kau sering minta dipijat tapi aku selalu menolak."

"Kenapa aku tidak ingat?"

"Banyak hal yang kau lupakan. Kau selalu merasa sangat lelah saat pulang dan memintaku untuk memijatmu, tapi aku menolak. Lalu kau mengajakku main tepuk tangan denganku tapi kau terlalu lambat dan selalu kalah. Hari ini aku akan memijatmu saja."

"Lin Zhen'er, apa sebenarnya yang kau katakan?"

"Tidak ada."


Si Yi tiba-tiba usul agar dia pindah ke kamarnya ini, Zheng Zheng langsung setuju tanpa ragu. Dia bahkan langsung balik ke kamarnya dengan antusias untuk mulai memindahkan barang-barangnya ke kamarnya Si Yi.

Tapi tiba-tiba saja dia dikagetkan oleh sebuah anak panah yang menancap tepat di hadapannya, pastinya dari geng pembunuhnya Si Cheng yang menyuruhnya datang ke markas mereka sekarang juga.


Dan begitu tiba di sana, ketiga pria itu langsung menyambutnya dengan tepuk tangan heboh. Kerena mereka salah paham mengira apa yang dilakukan Zheng Zheng di acara pesta makan wijen waktu itu adalah cara Zheng Zheng melindungi Si Cheng karena dia sebenarnya belum siap menghadapi ujian dari Kaisar.

Si Cheng bahkan berpikir bahwa perseteruan mereka di rumahnya Si Yi hari ini adalah untuk menutupi fakta tentang aliansi mereka. Dia sungguh hebat! Mereka bahkan langsung bersorak heboh untuknya. Zheng Zheng canggung mengiyakannya saja. Dia merasa tersanjung, memang sudah seharusnya dia melakukan itu.

"Putri Ketiga memang hebat. Tapi jika Putri Ketiga berhasil meracuni Pangeran Ketiga, mereka tidak akan perlu melakukan banyak hal di istana." Komentar salah satu pria.


Hah? benar juga. Ketiga pria itu sontak berbalik menatap Zheng Zheng dengan penuh tanda tanya. Canggung, Zheng Zheng mengklaim bahwa jika Si Yi tiba-tiba mati, maka Si Cheng lah yang akan dicurigai.

Jadi sekarang bukan saat yang tepat, sebaiknya mereka tunda dulu masalah pembunuhan ini. Zheng Zheng mengklaim kalau dia tahu apa yang harus dia lakukan. Ketiga pria itu memercayainya. Zheng Zheng pun pamit dan bergegas pergi.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments