Sinopsis Akkanee's Heart Episode 1 - 1

 Sinopsis Akkanee's Heart Episode 1 - 1

Para warga desa tengah heboh berkumpul di sebuah ajang balap ATV. Para pembalap pun saling unjuk kebolehan mereka. Dua orang di antaranya tak sengaja saling berhadapan dan bersitatap dengan sengit seolah mereka musuh bebuyutan. Err... kayaknya mereka memang musuh bebuyutan deh.


Balapan pun dimulai. Dua pembalap itu saling kejar-mengejar dengan begitu sengitnya. Awalnya pembalap satu lebih unggul, tapi kemudian si pembalap dua mengambil jalan pintas lain dan sukses mendahului si pembalap satu.

Satu per satu para pembalap berguguran hingga hanya kedua pembalap itu yang tersisa. Para penonton sangat yakin Akkanee atau nama panggilannya Fai - si pembalap satu-lah yang akan menang mengingat dialah yang selalu menang dua tahun berturut-turut.


Tapi saat mereka hampir mencapai garis finish, tiba-tiba saja konsentrasi Fai buyar gara-gara melihat seorang pria bernama Sila di antara para penonton. Pria yang seharusnya sedang balapan dengannya saat ini... Lah terus siapa pembalap dua yang sedang balapan dengannya sekarang?


Gara-gara itu, si pembalap dua berhasil mengunggulinya dengan cepat dan menjadi pemenang. Si pembalap dua lalu melepas helm-nya... memperlihatkan dirinya yang ternyata seorang wanita cantik.

Fai kaget melihatnya. "Jeed?"

Jeed sendiri adalah adiknya Sila dan mereka adalah anak-anak pemilik peternakan Posawat, mereka adalah musuh bebuyutan peternakan Adisuan Rangsan yang merupakan peternakan keluarganya Fai.


Fai langsung berapi-api menyindir Sila dan menuduhnya takut makanya Sila mengutus adiknya untuk berkompetisi menggantikannya.

"Kau buta apa? Kau tidak lihat tanganku terluka? Kau bahkan tidak sanggup melawan adikku, apalagi melawanku."

"Bukankah kau sendiri yang berkompetisi dengannya selama 2 tahun sebelumnya dan kalah dua kali berturut-turut?" (Pfft!)

Bodo amat, yang penting tahun ini Sila yang menang dan Fai kalah, kalah dari cewek lagi. Fai akan selalu kalah darinya. Emosi, Fai hampir saja menyerangnya kalau saja kedua saudaranya tidak segera bertindak mencegahnya.

Jeed sinis menasehati Fai untuk belajar menerima kekalahannya saja. Jika tidak, nanti orang-orang bakalan menggosip bahwa Adisuan Rangsan adalah pecundang.


Fai hampir saja mau menyerang lagi dan berhasil dicegah oleh kedua saudaranya. Din maju dan dengan kepala dingin memberitahu Jeed bahwa tak ada seorang pun di Adisuan Rangsan yang bersikap seperto bajingan.

"Kami selalu menaati aturan dan regulasi... iya kan, Fai?" Ucap Din sambil  merangkul paksa Fai seolah memaksanya untuk mengaku kalah saja.

Terpaksalah Fai mengakui kekalahannya, tapi dia hanya akan kalah satu kali ini saja. "Keberuntungan pasti akan berpihak padaku cepat atau lambat."

Sila sinis menyuruh Fai untuk segera balas dendam, dia sudah tidak sabaran soalnya. Kedua saudara Fai buru-buru menarik Fai pergi sebelum dia emosi lagi dan menyerang Sila.


Setelah ketegangan itu mereda, Nutor - si MC yang banc~ akhirnya baru berani mendekat untuk menyatakan secara resmi Jeed sebagai pemenangnya dan menyerahkan pialanya.


Kedua orang tuanya Fai sendiri sedang jalan-jalan. Ibu sebenarnya penasaran siapa pemenang lomba, tapi Ayah santai menduga bahwa putra mereka-lah yang menang lagi kali ini.

Tapi tiba-tiba mereka melihat arak-arakan super heboh yang dipimpin oleh Tuan Pisarn Posawat yang dengan bangganya mengumumkan kemenangan putrinya dalam lomba ATV tahun ini.

Ayah sontak menghentikan arak-arakan itu, sama sekali tak percaya kalau mereka menang dan menuduh pihak Posawat bermain licik. Pisarn sontak nyinyir mengejek Ayah tidak menerima kekalahannya.

Berusaha membela diri, Ayah menjelaskan kalau dia bukannya meremehkan kemampuan Jeed, tapi dia yakin kalau Fai tidak mungkin kalah.

"Tapi dia memang kalah, semua orang lihat kalau Fai kalah dari Jeed. Menang secara adil." Nyinyir Sila.


Nutor berusaha meredakan ketegangan itu dengan memberitahu Ayah bahwa Fai sebenarnya tidak ketinggalan jauh banget. Jarak dia dan Jeed sangat tipis. Tapi Pisarn terus saja memprovokasi Ayah dengan mengejek pihak Adisuan Rangsan sebagai pecundang.

"Anda baru menang satu kali, tapi anda sudah mulai berkokok, Paman?" Sinis Fai yang mendadak muncul bersama kedua saudaranya.

Pisarn tambah kesal mendengarnya, tidak terima dirinya disama-samain sama ayam... dan langsung menodongkan pistol ke mereka. Ayah sendiri pun refleks balas menodongkan pistol ke keluarga Posawat, dan jelas saja pemandangan itu langsung membuat para penonton mundur ketakutan.

Nutor dengan gaya lucunya berusaha memohon-mohon pada mereka untuk tidak berkelahi. "Setiap kali bertemu, Posawat dan Adisuan Rangsan selalu saja bertengkar, tolonglah jangan berkelahi lagi. Kasihanilah wanita... err... pria sepertiku ini."

 

Tapi tak ada satupun yang mau menurunkan senjatanya... sampai saat Ibu muncul dan berteriak menghentikan keributan ini, menurunkan pistol-pistol mereka dengan paksa dan mengajak seluruh keluarganya pergi.

Kedua bapak-bapak itu sepertinya ketakutan sama Ibu dan sangat menghormatinya hingga mereka tak berani lagi melanjutkan pertengkaran ini. Keluarga Adisuan Rangsan akhirnya pergi, sementara Posawat melanjutkan pesta pora kemenangan mereka.


Sila sungguh tidak mengerti dengan sikap ayahnya, kenapa dia sangat menghormati Supansa (Ibunya Fai). Sudah 20 tahun berlalu, tapi kenapa Ayah masih belum juga melupakannya? (Hah? Jadi Pisarn suka sama ibunya Fai?)

"Pria sejati... tidak akan melupakan cinta pertama mereka semudah itu! Kalau bukan karena Montree (Ayahnya Fai), si teman pengkhianat itu, kalian pasti akan memiliki seorang ibu bernama Supansa!"

Jeed penasaran, "kenapa Paman Montree merebut Bibi Supansa dari Ayah? Bukankah Ayah bilang kalau Bibi Supansa dulu tunangan Ayah?"


Pisarn kontan emosi mengenang masa lalunya. Dulu, dia dan Supansa saling mencintai begitu dalam. Karena Supansa menyukai alam, jadi Pisarn sering membawa Supansa berkencan dengan camping di hutan untuk menikmati alam dan berburu. Mereka punya banyak kesamaan, makanya mereka saling jatuh cinta.

Namun cinta mereka tiba-tiba hancur saat Montree muncul dalam kehidupan mereka dan Supansa langsung pergi meninggalkannya demi Montree. Padahal Montree adalah temannya, Pisarn sungguh tak pernah menyangka kalau Montree akan mengkhianatinya.

"Kenapa Paman Montree melakukan itu, Yah?" Tanya Jeed makin penasaran.

"Memangnya apalagi selain ingin merebut tunangan Ayah," sinis Sila.

"Aku tidak akan pernah memaafkannya!" Geram Pisarn.


Pada saat yang bersamaan, Montree juga sedang menceritakan kisah cintanya dengan sang istri pada anak-anaknya.

Kisahnya mirip kisah Pisarn tapi ada sesuatu yang beda, sesuatu yang tidak pernah disadari oleh Pisarn sehingga membuat Ayah berhasil merebut hati Supansa.

Supansa memang menyukai alam, tapi dia tidak pernah suka berburu, justru dia benci membunuh makhluk hidup. Montree tahu betul kalau Supansa tidak bahagia. Bahkan Supansa sendiri yang mengajak Montree pergi meninggalkan Pisarn.

Yang paling disukai Supansa adalah berkebun, terutama bunga mawar, makanya Montree menyiapkan kejutan untuknya dengan menanam kebun bunga mawar untuknya. Gara-gara bunga-bunga mawar inilah Pisarn salah paham dan menuntut Supansa untuk memilih antara mawar atau tunangannya. Dan Supansa memilih bunga-bunganya.

Pisarn langsung emosi tingkat tinggi mendengar pilihan Supansa, karena memilih bunga mawar itu sama artinya Supansa memilih Montree.


Din mengerti. "Karena itulah Paman Pisarn begitu benci sama Ayah."

"Dan kebencian itu menurun pada Fai, Sila, dan Jeed." Timpal Lom.

"Dia secara lantang menyatakan putus pertemanan denganku bahkan sebelum aku dan ibu kalian sepakat untuk menghabiskan sisa hidup kami bersama. Dia kehilangan ibu kalian hanya karena kesalahpahaman."

"Lalu apa tidak ada cara untuk menjernihkan masalah ini?" Tanya Din.

Tidak ada. Montree tahu betul bagaimana Pisarn. Posawat dan Adisuan Rangsan takkan pernah bisa berbaikan.


Pada saat yang bersamaan, Supansa sedang memetiki bunga-bunga mawarnya dengan ditemani Fai sambil mengatakan hal yang sama seperti suaminya. Bahwa Posawat dan Adisuan Rangsan takkan pernah bisa bersatu karena kedua keluarga itu bagai air dan minyak.

Fai tidak masalah, bagus malah kalau mereka tetap terpisah seperti ini asalkan Posawat tidak ikut campur dalam urusan keluarga mereka. Supansa sontak protes tak suka dengan sikap Fai yang terlalu berapi-api begini (Fai artinya api), contohlah ayahnya yang lebih tenang.

"Karena itukah Ibu memilih Ayah? Karena Ayah baik pada Ibu."

"Tak ada seorangpun yang sempurna 100% bagi siapapun. Ayahmu mungkin punya banyak kelebihan, tapi dia juga punya beberapa kekurangan. Begitupun dengan Khun Pisarn, dia juga punya banyak kelebihan. Ibu tahu dia mencintai ibu, tapi Ibu memilih ayahmu karena ayahmu-lah orang yang paling cocok buat ibu."


Fai mendadak sendu memikirkan dirinya sendiri, mungkin takkan ada seorang pun yang cocok untuknya. Ibu dengan bijak memberitahu Fai bahwa cinta pertama bukan berarti akhir dari cinta seseorang.

"Tapi dalam kasusku, saat ini tidak ada siapapun."

"Fai, kau masih muda. Kau akan bertemu banyak orang. Mungkin sekarang kau belum menemukan orang yang paling cocok. Tapi saat cinta mengetuk pintumu, kau akan menyadari siapa orang yang paling cocok bagimu."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments