Sinopsis The Sand Princess Episode 4 - 2

Sinopsis The Sand Princess Episode 4 - 2

Bibi sebenarnya agak cemas memikirkan pengantin baru yang hari ini mulai tinggal serumah itu. Ki kan tidak pernah tinggal bersama siapapun sebelumnya. Ji santai meyakinkannya untuk tidak cemas, Kot itu hebat, dia pasti akan mengurus segalanya dengan baik.


"Kau bicara kayak pernah tinggal bersamanya saja."

Oops! Ji mengingatkan Bibi kalau itu karena dia dan Kot teman, makanya dia tahu. Tetap saja Bibi cemas. Ki tuh tidak suka suara berisik. Dia suka ketenangan dan kedamaian. Dia bahkan sengaja pindah dari rumah ini ke apartemen biar bisa tinggal sendirian. Apa mereka sungguh-sungguh bisa tinggal bersama, dengan seorang anak lagi.
 

Sesuai dugaan Bibi, Ki benar-benar merasa terganggu dengan suara ributnya Kot dan Moji. Apalagi Kot menyetel volume TV-nya keras-keras. Ki sontak ngomel-ngomel protes. Dia bahkan terus protes  kesal mendengar suara canda-tawa Kot dan Moji yang menurutnya terlalu lantang.

Kot lama-lama ikutan kesal mendengar protesnya dan mengingatkan Ki bahwa sekarang jam kerja sudah usai, jadi seharusnya Ki menghabiskan waktunya untuk bermain bersama putrinya.

"Hei, aku sibuk. Aku punya banyak pekerjaan yang harus kuurus."

"Tapi kau juga harus mengurus Moji. Kau harus menyempatkan waktu untuknya."

"Aku tidak mau main."

"Kau bilang kalau kau ingin mengurusnya tapi kau bahkan tak punya waktu untuknya. Dia harus bermain denganmu, iya kan? Kau mau main sama Ayah, kan? Dia bilang iya!"


Ki ngotot nggak mau, dia harus kerja. Tapi ujung-ujungnya dia mau juga jadi bulan-bulanannya Moji dengan seluruh wajahnya ditempeli stiker dan bermain-main bersama dengan gembira. Dia bahkan mau diajak foto keluarga... yang pada akhirnya membuatnya dan Kot saling bertatapan dengan intens lagi sampai membuat Kot tersipu malu.


Ji sedang ngecek IG saat tiba-tiba dia melihat foto keluarga yang barusan di-upload Kot. Kot bahkan pakai tagar #daddyoftheyear.

Ji jadi cemburu, "akulah ayahnya, bukan dia! Apa sih yang mereka lakukan larut malam begini? Main keluarga bahagia?"


Dia langsung menelepon Kot lalu mulai menginterogasinya bak pacar cemburuan. Kot lagi ngapain? Sudah tidur? Terus bagaimana dengan Ki?

"Dia sudah tidur."

"Di tempat tidurnya siapa? Tempat tidurmu?"

"Dia di kamarnya sendiri."

"Oke. Jangan lupa kunci pintumu. Apa kau sudah menguncinya?!"

"Jangan khawatir, sudah kukunci."

Ji meralat. Dia tidak mengkhawatirkan Kot, melainkan Ki. Awas saja kalau Kot berani macam-macam sama Ki, dia tidak menginginkan Kot jadi kakak iparnya. Kesal, Kot langsung menutup teleponnya.

 

Ji kesal. Temannya - (Namanya Bom) meneleponnya saat itu untuk mengajaknya nongkrong, tapi Ji lagi nggak mood. Kot barusan membuatnya bete. Bom heran, apa lagi yang mereka pertengkarkan kali ini. Kot sudah menikah sekarang, tidak seharusnya Ji mengganggunya terus.

"Itu kan pernikahan palsu. Hei, Bom. Aku mau tanya. Apa menurutmu Kot itu cantik? Kalau kau tinggal serumah dengannya, apa kau akan terpikat olehnya?"

"Ada apa denganmu? Kau terdengar seperti pacar cemburuan. Aku mulai berpikir kalau kau menyukainya. Sudahlah. Kalau kau tidak mau nongkrong yah udah, dah!"

Tapi ucapan Bom barusan sukses membuat Ji jadi mulai menyadari keanehan sikapnya. Apa dia ada rasa sama Kot? Tapi tidak mungkin. Ji bersikeras kalau dia cuma mengkhawatirkan Kot sebagai teman. Dia kan teman yang baik.


Keesokan harinya, Ji melihat Bibi sedang membuat makanan tradisional yang merupakan resep turun-temurun dari nenek buyutnya Ji yang dulu pernah bekerja di istana. Karena itulah keluarga mereka mewarisi banyak sekali resep makanan kerajaan. Sayangnya Bibi tidak punya putri buat Bibi ajari.

Ji mendadak punya ide bagus biar ada alasan ketemu Kot. Dia usul agar Bibi mewariskan resep ini pada cucu menantu Bibi saja.


Tak lama kemudian, Kot tiba-tiba mendapat telepon dari Bibi yang menyuruhnya untuk datang ke rumah sekarang juga. Saat dia tiba di sana, Ji yang menyambutnya di depan pintu. Kot langsung kesal, ini pasti ulah Ji kan?

"Aku kangen padamu dan ingin melihat wajahmu tiap hari."

"Yang seharusnya kau rindukan adalah tunanganmu."

"Masuklah. Bibi Krongthong mau menyampaikan hal penting padamu."


Bibi dengar dari Ji kalau Kot suka masak dan ingin membuka restorannya sendiri. Kebetulan sekali, Bibi butuh seseorang untuk mewarisi resep-resep masakannya. Bibi akan mengajari Kot cara membuat makanan tradisional Thai. Jadi mulai hari ini, Kot harus selalu datang ke sini tiap hari.

Kot kaget, setiap hari? Tapi dia tidak enak juga untuk menolaknya, jadi dia setujui saja. Bagus, dan setiap kali datang ke sini, Kot juga harus bawa Moji biar Bibi bisa main sama dia. Kalau begitu, ayo ke dapur sekarang. Biar Moji dijaga sama Ji.

Bibi masuk duluan ke dapur dan Kot sontak mempelototi Ji. Ji santai saja mengingatkan Kot bahwa jadi menantu anak tertua tuh tanggung jawabnya besar. Lagian ini bagus untuk Kot. Dia harus punya keahlian masak kalau dia mau buka restoran impiannya pasca bercerai nanti.


Bibi tampak antusias sekali mengajari Kot cara membuat dessert kesukaan Ki dan menasehati Kot untuk mencoba membuat ini di rumah nanti. Wanita harus tahu cara memasak dan mengurus suami.

Tepat saat itu juga, Aff mendadak muncul juga di sana. Ji sengaja mengundangnya untuk mencicipi masakan 'kakak ipar'. Kot sontak mempelototinya dengan kesal. Aff penasaaran apakah Ki juga akan bergabung bersama mereka?

"Seharusnya begitu. Apa kau sudah mengundangnya?" Tanya Bibi.

"Belum."


Jangan khawatir. Ji yang akan kirim pesan ke Ki. Dengan sengaja dia memotret Aff dan Kot yang berada dalam satu tempat yang sama dan memberitahu Ki untuk tidak usah repot-repot datang menjemput istrinya, nanti Ji sendiri yang akan mengantarkannya pulang.

Tapi tentu saja pesan itu membuat Ki cemas sampai dia memutuskan meninggalkan pekerjaannya dan bergegas pergi ke rumah keluarga mereka. Ji sudah menunggunya di depan saat dia tiba. Tapi dia penasaran, Ki datang kemari demi Aff atau demi Kot?

"Itu bukan urusanmu."


Masakan Kot akhirnya matang dan Bibi langsung suka dengan hasilnya. Aff buru-buru memanfaatkan kesempatan untuk mengusir Bibi dari dapur dengan dalih mau membantu Kot menyajikan makanan itu. 

Padahal begitu mereka berduaan, Aff langsung berusaha menginterogasi Kot. Dia penasaran bagaimana awalnya Kot mengenal Ki? Soalnya Ki selama ini tak pernah mengungkit tentang Kot.

"Kami tinggal di satu gedung yang sama. Aku temannya Ji, apa dia tidak pernah memberitahumu?"

Kesal, Aff dengan sengaja memanas-manasi Kot dengan segala pengetahuannya tentang Ki. Ki itu orang rajin dan disiplin, dan ingin mereka menjadi seperti aoa yang Ki inginkan. Jadi Kot harus bisa memahaminya.

"Mengerti." Santai Kot.


Pfft! Aff jadi tambah kesal dan semakin gencar sumbar tentang kedekatan hubungannya dengan Ki sejak mereka masih kecil. Mereka bahkan pernah pacaran loh, apa Kot tahu itu?

"Aku tahu bahwa kau dan Ki dulu pacaran tapi ayahmu menangkap basah kau tidur dengan Ji. Karena itulah kalian harus bertunangan."

Wkwkwk! Aff kesal. Masih belum menyerah juga, Aff mengklaim bahwa Ki sangat sedih karena dia. Dan dia yakin kalau Ki masih belum melupakannya.

"Kurasa dia sudah melupakanmu. Jika tidak, dia tidak mungkin menikah denganku."


Habis sudah kesabaran Aff! Dengan liciknya dia pura-pura tak sengaja menyenggol Kot sehingga membuat semua makanan itu tumpah, lalu pura-pura dirinya sendiri kesakitan.

Kedua pria langsung berhamburan masuk dengan cemas. Tapi orang pertama yang Ki cemaskan malah Aff, sedangkan Ji lebih mencemaskan Kot. Ki bahkan langsung membawa Aff keluar dari dapur, sedangkan Ji dengan penuh perhatian mengelap tangan Kot dan berniat mau mengambilkan obat untuknya.

"Tidak usah. Apa kau yakin tunanganmu itu bukan pemeran antagonis di belakang layar? Dia menyenggolku dengan sengaja, rendahan banget dia! Sepertinya dia kebanyakan main sinetron."

Ji tak percaya. "Buat apa dia melakukan itu?"

"Mana kutahu. Entah apakah dia cemburu karena tunangannya atau karena mantannya."


Aff jelas senang dengan kekhawatiran Ki padanya dan terang-terangan mengingatkan Ki bahwa Ki lebih mengkhawatirkannya dibanding mengkhawatirkan istrinya. Baru sadar, Ki beralasan kalau itu karena Kot tidak terluka.

"Apa kau yakin kalau itu bukan karena kau masih punya perasaan padaku?"

"Aff. Aku sudah menikah dan kau bertunangan. Jangan bicara seperti itu lagi. Orang lain bisa salah paham."


Bibi kaget saat kembali ke dapur dan melihat kekacauan itu, kenapa jadi kacau begini? Ji buru-buru maju mengklaim kalau ini adalah ulahnya, Bibi tunggu di luar saja biar Ji yang menangani kekacauan ini.

"Kenapa kau tidak memberitahukan kebenarannya saja?"

"Aku tidak mau kakak iparku diomeli." Ujar Ji. Kot tampak tersentuh mendengarnya.


Saat mereka mulai makan bersama, Kot berusaha sok mesra pada Ki dengan menawarkan kuning telur padanya. Tapi Aff langsung nyinyir, Ki tidak suka kuning telur. Masa istrinya tidak tahu itu?

Kot kaget, tapi dengan cepat dia menutupinya dengan mengklaim kalau itu dulu, sekarang Ki sudah berubah pikiran. Ki bahkan mulai berhenti menyukai apa-apa saja yang dulu dia sukai. Sekarang Ki hanya memiliki apa yang baik untuknya saja.

Ki mengiyakannya saja dan mengklaim kalau Kot membuatnya suka makan kuning telur soalnya kuning telur bagus untuk kesehatan. Dia memakan ini demi Kot.

"Kau juga harus memakannya, itu bagus untuk otakmu dan sistem sarafmu." Nyinyir Kot. Wkwkwk! Aff kesal, makasih atas sarannya!


"P'Ki, sepertinya kau sangat terpikat sama istrimu." Komentar Ji.

"Mereka kan pengantin baru." Ujar Bibi yang sama sekali tidak merasakan keanehan pada anak muda itu.

Berhubung Kot akan datang kemari setiap hari untuk belajar masak, jadi bagaimana kalau mereka tinggalkan Moji di sini saja. Bibi ingin bermain sama cucu Bibi. Lagian kan mereka kan pengantin baru. Kalau Moji tinggal bersama mereka, kapan dia akan punya adik? (Wkwkwk!)

Ji langsung menolak usul itu dan jadilah kedua bibi dan keponakan itu ribut sendiri. Tapi Kot tak enak menolaknya dan akhirnya terpaksa menyetujuinya, tolong jaga Moji dengan baik yah, Bi.

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

0 Comments