Sinopsis Put Your Head on My Shoulder Episode 1 - 2

 Sinopsis Put Your Head on My Shoulder Episode 1 - 2

Mo Yi jadi salting teringat dia meninggalkan benda itu di laci meja dan Fu Pei kontan memandang Mo Yi dengan aneh.


"Aku bisa menjelaskan."

"Tidak perlu, anggap saja itu sebagai hadiah."

"Aku tidak membutuhkannya."

"Kalau begitu, kembalikan."

Dan Mo Yi langsung terdiam tak bisa menjawabnya. Wkwkwk! Yah sudahlah. Dadah! Mo Yi boleh mencarinya kalau dia sudah punya 'sesuatu itu'.


Mo Mo kembali ke kamar asramanya sambil nyanyi-nyanyi riang. Teman-teman seasramanya jadi penasaran, apa wawancaranya sukses? Nggak, gagal malah. Terus, apa Fu Pei sudah menyatakan cinta sama Mo Mo? Tidak juga.

Saat itulah mereka baru melihat gaunnya yang robek dan langsung cemas, ada apa dengannya? Tidak apa-apa, cuma lagi sial aja, jatuh dari sepeda dan gagal wawancara.


Salah satu temannya, Shan Shan - yang tampaknya paling pintar di antara mereka, menduga kalau dia gagal wawancara pasti karena jurusannya tidak sesuai dengan bidang pekerjaan yang dikejarnya. Dia bahkan langsung nyerocos panjang lebar menceramahi Mo Mo sampai membuat semua orang malas mendengarkannya.

"Baiklah, baiklah. Berhentilah cerewet."

"Jangan bertindak impuls, kau harus merencanakan segalanya."

"Aku merencanakannya kok." Ujar Mo Mo sambil menunjukkan daftar yang sudah disusunnya.

"Aku memaksamu membuat itu saat kita masih mahasiswa baru. Lalu apa kau sudah menyelesaikan semua yang ada di daftar itu?"


Mo Mo kontan berpaling pada dua temannya yang lain untuk membantunya. Meng Lu mengaku kalau dia tidak membuat rencana, tapi dia mau nikah dan memulai hidup baru begitu lulus nanti. Kalau Niu Niu, dia cuma berencana jadi PNS saja.

"Lihatlah, kami semua memiliki rencana kami sendiri-sendiri." Omel Shan Shan.

"Kalau begitu, aku harus melaksanakan semua yang ada di daftar ini sebelum lulus." Santai Mo Mo.

Shan Shan ngotot menasehati mereka untuk memilih pekerjaan sesuai jurusan mereka, dan semua orang mengiyakannya saja dengan malas. Tapi kalau begitu, kenapa tadi Mo Mo pulang sambil nyanyi-nyanyi riang? Dia bahagia karena apa?

"Aku bertemu orang yang lucu dalam perjalanan pulang," ujar Mo Mo teringat ekspresi lucunya Mo Yi tadi.


Keesokan harinya di kelas, ada perwakilan suatu perusahaan yang sedang mempresentasikan perusahaan mereka. Tapi tiba-tiba saja komputernya hang. Maka kemudian dia menyuruh temannya untuk memanggil seorang taknisi.

Sedetik kemudian, tiba-tiba Mo Yi masuk kelas yang kontan membuat heboh para mahasiswi. (Ngapain dia masuk ke situ?) Si perwakilan perusahaan langsung saja menyeret Mo Yi ke laptopnya, mengira kalau Mo Yi lah teknisinya dan menyuruh Mo Yi memperbaikinya.

Mo Yi bergerak cepat menyelesaikan masalah itu dengan mudah dan membuat para mahasiswa terkagum-kagum dengan kehebatannya, dan baru saat itulah muncul teknisi yang sebenarnya. Hah? Si perwakilan perusahaan jadi bingung, terus cowok ini siapa?


Selesai memperbaiki laptop itu, Mo Yi tiba-tiba menatap Mo Mo dan berjalan ke arahnya sampai membuat Mo Mo jadi tegang. Apalagi kemudian Mo Yi berhenti di hadapannya dan menyapa.

"Si Tu Mo."

"Ada apa?"

Mo Yi malah cuma diam menatapnya, Mo Mo jadi tambah bingung. Tapi kemudian dia berkata. "Tolong keluarkan kunci yang berada di laci sebelah kananmu."

Ah, ternyata dia masuk ke sana cuma buat ngambil kunci milik temannya yang ketinggalan di sana dan kebetulan kelas itu dekat lab-nya Mo Yi, makanya temannya Mo Yi meminta Mo Yi untuk membantu mengambilkannya.


Setibanya kembali di lab, dia malah mendapati Profesor Xu sudah menunggunya di sana dan langsung cerewet mengomelinya panjang lebar karena dia gagal dalam ujian seleksinya Prof Jiang cuma gara-gara tidak bawa kartu ujiannya.

Bagaimana bisa Mo Yi membuat kesalahan seperti itu. Apa dia tidak tahu berapa banyak mahasiswa yang ingin mengikuti proyeknya Prof Jiang itu?

"Itu sudah berlalu, kecuali anda punya solusi untuk memperbaikinya. Jika tidak, kita tidak perlu membicarakannya lagi." Santai Mo Yi.

Tapi Prof Xu menolak melepaskan masalah ini begitu saja. Prof Jiang-lah yang berhak menentukan para pesertanya, makanya Prof Xu berharap Mo Yi berusaha yang terbaik untuk mendapatkan proyek ini, ini demi kelas mereka dan Fakultas Fisika mereka ini.

"Maksud anda saya harus memberinya hadiah? Bolehkah saya bilang kalau itu dari kampus?"


Bukan begitu maksudnya. Asal dia tahu saja, Prof Jiang awalnya ingin merekrut para mahasiswa terbaik, tapi pihak universitas ngotot menyuruhnya untuk mengikuti aturan dengan mengadakan ujian seleksi.

Makanya pihak fakultas mereka akan mendukung Mo Yi agar dia bisa bertemu dengan Prof Jiang. Mo Yi menolak cara itu, itu tidak adil bagi para mahasiswa lainnya. Astaga! Prof Xu stres mendengarnya.

"Gu Mo Yi, kau itu belum terjun ke masyarakat. Sering kali dalam banyak hal, kita harus bisa beradaptasi dengan keadaan."

Mo Yi malas membicarakannya lagi dan berusaha mengusir Prof Xu dengan alasan mau menyelesaikan eksperimen-nya ini.

"Apa kau mau pergi kalau aku membayarimu?"

Mo Yi kontan menatapnya setajam silet sampai membuat Prof Xu menyerah dan pergi.


Setelah kelas usai, Mo Mo berniat mengajak Shan Shan makan, tapi Shan Shan sedang sibuk. Fu Pei tiba-tiaba meneleponnya dan mengajaknya makan. Mo Mo sinis, memangnya Fu Pei lagi ada waktu untuk menemaninya? Fu Pei makan sendiri saja, dia lagi diet.

Tapi ternyata Fu Pei sudah menunggunya di balik tiang dan langsung sok imut mengajak Mo Mo makan siang bersamanya, lapar. Ayo, pergi!


Bahkan di restoran, dia bersikap baik sekali pada Mo Mo bahkan menyuruh Mo Mo untuk makan apapun yang dia inginkan, dia sanggup membayarnya kok.

Sudah beberapa minggu dia tidak mentraktir Mo Mo, setelah ini dia janji akan membelikan Mo Mo makan 3 kali sehari. Mo Mo sontak mendengus sinis tak mempercayainya.

"Aku serius, aku tidak menjagamu dengan baik saat kita SMA. Sekarang kita satu kampus, aku akan melindungimu di masa depan nanti."

Ucapannya itu berhasil membuat Mo Mo luluh. Tapi kemudian, Mo Mo mendapat notifikasi wawancara kerja lain, besok, tapi dia tidak tahu alamat tempat ini. Fu Pei tahu area itu, letaknya cukup jauh, Fu Pei akan mengantarkannya besok.

"Lupakan saja. Aku tidak mau mendengar alasan konyolmu lagi."

"Aku janji tidak akan melakukannya lagi. Sungguh, aku tahu alamat itu. Dekat sekolah lama kita."

"Baiklah. Selama aku interview, kau jalan-jalan saja ke sekolah lama."


Pada saat yang bersamaan, Mo Yi dan Mo Mo mendatangi toko ponsel dan sama-sama mau membeli screen baru. Mo Yi langsung memilih salah satu screen, tak peduli saat si pegawai toko memberitahunya kalau harga screen pilihannya itu harganya mahal. Tapi dia maunya memperbaiki sendiri dengan meminjam peralatan mereka.

Wah, dia juga bisa memperbaiki ponsel? Mo Yi mengaku kalau dia belum pernah melakukan itu, tapi dia ingin mencobanya. Maka kemudian, Mo Yi dengan cepat dan cekatan, mulai membongkar pasang layar ponselnya. Dan walaupun ini percobaan pertamanya, dia langsung sukses bak seorang teknisi profesional.

Bahkan Mo Mo yang sedari tadi memperhatikannya dalam diam, benar-benar dibuat terkagum-kagum dengan kehebatannya. Tapi tiba-tiba Mo Yi berpaling padanya dan minta ponselnya, biar dia pasangin screen-nya Mo Mo. Mo Mo tidak mau, takut terjadi apa-apa sama ponselnya.


"Aku berhasil mengganti layar ponselku sendiri."

"Selamat."

"Akan kubayarin punyamu."

"Aku bisa bayar sendiri."

"Aku ingin memperbaiki ponsel."

"Sudah kau lakukan barusan."

"Aku ingin mencobanya pada model ponsel lain."

"Kau kerja saja pada mereka."

"Aku ingin memperbaiki ponsel sekarang."

Si pegawai toko tiba-tiba menyela dengan menyodorkan ponselnya sendiri. Mo Yi bingung, memangnya ponselnya rusak? Enggak. Pfft! Mo Yi ngotot mau memperbaiki model ponselnya Mo Mo.


"Bilang 'tolong' dulu."

"Tolong." (Pfft!)

Speechless deh Mo Mo. Terpaksalah dia akhirnya mau juga menyerahkan ponselnya dengan takut-takut. Mo Yi pun mulai bekerja dan sukses dalam waktu singkat. Hebat!

"Makasih, yah."


Usai membayar untuk kedua ponsel mereka, Mo Yi pun beranjak pergi. Tapi si pegawai toko tiba-tiba memanggilnya, memperkenalkan dirinya yang merupakan seorang mahasiswi teknik, lalu berusaha membujuk Mo Yi untuk memberikan nomor teleponnya biar mereka bisa... tapi Mo Yi mendadak menyela dan menegaskan...

"Aku tidak akan bekerja di sini!" (Pfft! Aduh Mo Yi, kayaknya dia minta nomor hape kamu bukan buat ngajak kamu kerja di situ deh)

Bersambung ke part 3

Post a Comment

4 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam