Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 1 - 3

 Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 1 - 3

Xia Lin melihat seorang pria (asistennya Yi Zhou) yang sedang mondar-mandir di depan pintu, mereka lalu pura-pura selfie untuk memperhatikannya lebih dekat. Tapi, sepertinya dia pernah melihat cowok itu deh.


Fei Fei asal saja menduga kalau pria itu mungkin orang ketiga di antara hubungan Yi Zhou dan Chu Yan. Cowok itu namanya Wen Li, asistennya Yi Zhou, dan selalu mengikuti Yi Zhou ke manapun dia pergi bak bayangan Yi Zhou.

Bahkan kabarnya, Wen Li bisa mengerti setiap pergerakan Yi Zhou. Jadi yang harus mereka lakukan adalah menyingkirkannya dulu, baru mereka bisa masuk ke dalam dengan bebas. Tapi bagaimana caranya?

"Aku punya ide!" Bisik Xia Lin.

"Apa?"


Dan Xia Lin menjawabnya dengan menendang Fei Fei sampai terjatuh. Mengerti maksudnya, Fei Fei langsung saja berguling-guling sambil jejeritan lebay dan Xia Lin pun langsung ikut jejeritan pura-pura meminta pertolongan pada satu-satunya orang yang ada di sana, Wen Li.

Dia bahkan lebay mengklaim kalau kaki temannya itu patah dan dia sekarat. Tolongin!!! Wen Li malah cuek, maka Fei Fei langsung pura-pura pingsan.

Baru saat itulah Wen Li akhirnya mulai sedikit peduli dan membuka pintu. Tapi dia cuma menyarankan Xia Lin untuk meminta pertolongan pegawai tempat ini saja.

"Sudah, tapi tak ada seorangpun yang datang. Kumohon, tolong dia."


Wen Li ragu karena itu artinya dia harus meninggalkan bosnya. Tapi akhirnya dia mau juga mendekati Fei Fei untuk mengecek keadaannya.

Tapi saat Fei Fei mencoba meraihnya, Wen Li malah refleks menjauh lalu mengambil kain sebagai pengganti sarung tangan sebelum kemudian mengulurkan tangan yang terlindungi kain itu ke Fei Fei.

"Kau ngapain?"

"Membantumu berdiri."

"Memangnya aku kotor?"

"Maaf, aku tidak suka menyentuh tbuh orang asing."


Yah, sudah. Fei Fei langsung menggenggam tangannya sambil mengisyaratkan Xia Lin untuk masuk. Saat Wen Li hendak mengejar Xia Lin, Fei Fei sontak menggelandoti kaki Wen Li dan mencengkeramnya erat-erat.

"Nona, apa yang kau lakukan?"

"Kakiku patah. Kalau aku cacat, kau harus bertanggung jawab padaku seumur hidupmu!"

"Apa maumu sebenarnya?"

Bingung, Fei Fei langsung saja membuka kancing jas dan sabuk clananya Wen Li lalu teriak-teriak heboh kalau Wen Li mau memperk**sanya. Wkwkwk! Seketika itu pula, muncul dua orang sekuriti.

"Kapan aku memperk**samu?"

"Kau memang mempek**saku. Kau harus tanggung jawab atau akan kulaporkan ke media."

Wen Li langsung terdiam galau sambil menutupi bagian itunya. Wkwkwk!


Xia Lin teriak-teriak mencari Ling Yi Zhou hingga akhirnya dia menemukan Yi Zhou sedang berenang dan langsung heboh meminta Yi Zhou untuk keluar dan bicara dengannya.

Yi Zhou langsung mengenalinya. "Apa kau punya penyakit suka masuk tanpa izin? Terakhir kali, kau masuk ke mobilku tanpa izin. Sekarang apa lagi maumu?"

"Terakhi kali, kau sudah membantuku. Sekarang aku datang untuk mengucap terima kasih."

"Kau pikir aku akan percaya? Katakan saja apa yang ingin kau sampaikan?"

"Tuan Ling, bagaimana pendapatmu tentang aku?"

"Maaf, aku tidak suka."

"Bukan begitu, jangan salah paham. Maksudku bagaimana pendapatmu tentang kondisi mentalku?"

"Apa sebenarnya maksudmu?"


Xia Lin akhirnya berhenti berbelit-belit dan mengaku bahwa beberapa hari yang lalu, dia di-diagnosis menderita leukemia. Tapi dia cukup beruntung karena dokter bilang kalau dia menemukan donor yang cocok untuknya, dan orang itu tinggal di kota ini.

"Maksudmu aku orangnya?"

"Betul sekali. Andalah orangnya, makanya aku selalu berpikir kalau anda sangat familier. Pertemuan kita bukan sebuah kebetulan. Ini takdir."

"Maaf, aku tidak mengenalmu." Dingin Yi Zhou lalu berenang menjauh.

Xia Lin langsung mengejarnya sambil meyakinkan kalau Yi Zhou pasti akan mengenalnya kalau mereka bertemu beberapa kali lagi.


Sementara itu, Fei Fei mengikat kedua tangan Wen Li di treadmill. Wen Li heran, apa sebenarnya maunya? Tidak ada, Fei Fei cuma ingin Wen Li diam dulu di sini untuk sementara waktu.

"Kau mungkin sudah tahu kalau di sini ada kamera pengawas. Kalau kita mengecek rekamannya, kita akan tahu siapa yang memperk**sa siapa?"

Waduh, gawat. Fei Fei buru-buru menghindar dengan alasan ke toilet. Wen Li jangan pergi ke mana-mana loh yah. Tapi sebelum pergi, terlebih dulu Fei Fei mempercepat treadmill-nya. Wkwkwk!


Xia Lin heran, bukankah Yi Zhou memasukkan data dirinya ke sistem rumah sakit karena dia ingin membantu seseorang. Bahkan waktu mereka bertemu waktu itu, dia berpikir kalau Yi Zhou itu orang baik.

Kalau Yi Zhou mengkhawatirkan tbuhnya, jangan khawatir. Dia sudah bicara pada dokter dan dokter bilang tidak akan terjadi apapun pada tbuh Yi Zhou.

Bukan begitu. Masalahnya, Yi Zhou adalah seorang pebisnis. Dia tidak akan menjual apapun tanpa mendapat imbalan. Dan membantu Xia Lin sama sekali tidak memberinya keuntungan apapun. Jadi, Xia Lin pergi saja.

"Tunggu! Tuan Ling, aku tahu mencarimu kemari tanpa permisi itu tidak benar. Beberapa hari yang lalu, aku tak pernah tahu kalau aku akan melakukan sesuatu seperti ini. Aku benar-benar tidak punya jalan lain. Aku ingin hidup."

"Maaf, aku benar-benar tidak bisa membantumu. Pergilah."

Xia Lin kesal. Baiklah, pada akhirnya dia benar-benar akan mati. Kalau begitu, dia akan mati dengan cantik saja sekarang.

"Menggunakan hidupmu untuk mengancam orang asing itu benar."


Xia Lin tak peduli dan langsung saja melompat ke kolam. Tapi Yi Zhou tetap tak terpengaruh dengan aktingnya, percuma biarpun dia nyebur ke kolam. Cepat keluar.

Errr, tapi sepertinya Xia Lin tidak bisa berenang dan tiba-tiba saja dia mengambang tak bergerak. Yi Zhou kontan cemas dan bergegas nyemplung untuk menyelamatkannya.

Dia benar-benar cemas, tapi kemudian malah mendapati tangan Xia Lin mencengkeram erat lengannya. Dasar! Yi Zhou kesal.

"Kalau kau tidak bangun, aku akan melakukan pernapasan buatan."


Yi Zhou langsung mau menempelkan bibirnya, tapi Xia Lin sigap melindungi bibirnya pakai tangan. Wah, ternyata Xia Lin benar-benar seorang aktris yah, pintar sekali dia berakting mati! Yi Zhou langsung mendorongnya dengan kasar lalu pergi.


Tak menyerah begitu saja, Xia Lin dan Fei Fei kembali membuat berbagai macam rencana untuk memburuh Yi Zhou.

Pertama-tama, tempat yang dia datangi adalah kantornya Yi Zhou. Dengan pedenya dia mau nyelonong masuk. Sayang, dia harus punya ID-card dulu. Seorang sekuriti tanya dia pegawai dari departemen mana?

Dia bukan pegawai, tapi dia harus bertemu dengan Tuan Ling karena ada urusan mendesak. Si sekuriti langsung nyinyir mendengarnya, jangan mimpi untuk menjadi seorang putri, pergi aja sana!

"Aku sungguh punya urusan mendesak untuk disampaikan pada Tuan Ling."

"Apa Tuan Ling mengenalmu?"

"Aku pernah bertemu dengannya dua kali. Jadi aku mengenalnya."

"Kalau begitu, kau harus buat janji dulu."

"Apa kau bercanda? Kalau aku bisa buat janji, kenapa juga aku ada di sini? Kakak, tolong izinkan aku masuk."

"Masalah ini berhubungan dengan nyawa manusia."

"Gadis kecil sepertimu suka berbohong. Pergi, pergi."


Gagal deh. Maka Xia Lin pun melancarkan cara kedua: Jadi pegawai cleaning service. Dan kesempatan itu datang saat dia melihat Yi Zhou lewat lobi. Dia langsung menghadang Yi Zhou, tapi lagi-lagi dia diacuhin.


Hingga akhirnya dia memakai cara paling ekstrem. Mendatangi kantornya Yi Zhou dengan perut buncit dan mengaku pada resepsionis kalau dia hamil anaknya Yi Zhou. Wkwkwk!

Tapi si resepsionis dengan santainya menanggapinya dengan memberinya nomor antrian. Maksudnya?

"Sebelum anda, ada beberapa wanita hamil lain yang menunggu di sana." Kata Resepsionis sambil menunjukkan sekumpulan wanita berperut buncit di sofa terdekat. Wkwkwk! (Semuanya ngaku dihamilin Yi Zhou?)

Saking kagetnya, Xia Lin sampai menjatuhkan bantal yang dia jadikan perut buatan. Terus, kapan dia bisa ketemu Yi Zhou? Tapi Resepsionis bilang bahwa yang akan mereka temui nanti bukan Yi Zhou melainkan pengacaranya. Pfft! Xia Lin langsung ngacir ketakutan.


Xia Lin lalu menelepon Fei Fei untuk melaporkan kegagalan misinya lagi. Saatnya menjalankan rencana B. Xia Lin pun menunggu Yi Zhou di luar gedung.

Cukup lama hingga menunggu sampai kakinya kesemutan hingga akhirnya dia melihat Yi Zhou keluar kantor. Yang tak disangkanya, Yi Zhou mendadak berkata bahwa dia bisa membantu Xia Lin.

Xia Lin jelas senang mendengarnya. "Tuan Ling, anda benar-benar orang yang sangat baik."

Tapi Yi Zhou belum selesai bicara. "Ada syaratnya."

"Apapun itu, aku akan setuju."

"Jangan menyetujuinya secepat itu."

"Benar. Apa yang kau katakan memang benar. Tapi, aku tidak mau melakukan sesuatu yang melanggar hukum."

"Ayo kita menikah."

"APA?!"

Bersambung ke episode 2

Post a Comment

9 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam