Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 11 - 2
Menyadari kedua pelayan tidak bisa mendengar mereka, Kade akhirnya bebas bicara. Apa sekarang Karakade senang? Tapi Karakade malah menegaskan bahwa Kade tetap harus menikah. Loh, Kade jadi bingung. Karakade bilang kalau dia tidak boleh menikah.
"Kau tidak bisa menolaknya, makanya aku datang untuk memberitahumu bahwa kau telah melakukan kebaikan dengan tubuhku. Kau memiliki kebaikan, kemurahan hati, keadilan, kejujuran, dan keberanian... sesuatu yang tak pernah kumiliki. Kau berpikiran baik kepadaku, pada semua orang, bahkan pada para pelayan. Kau membuat Mae Ying Karakade menjadi orang baik."
"Karakade. Aku rela, aku senang melakukannya."
Karakade tahu itu, dia bisa melihatnya. Dia mengakui kalau dia tidak sedikitpun sebanding dengan Kade.
"Sekarang aku adalah kau, Karakade."
"Kadesurang, dermaku sangat sedikit. Aku tidak ditakdirkan bersama Khun P'... Aku memberikan Khun P' padamu. Kau boleh memiliki Khun P'. Selamat tinggal." Isak Karakade sebelum kemudian dia menghilang.
Malam itu, Phaulkon dengan sengaja memberitahu Maria bahwa malam ini dia akan tidur dengan selirnya. Berniat membuat Maria cemburu, tapi Maria bahkan tidak peduli sedikitpun.
"Apa kau tidak akan bertanya apapun?"
"Sebelumnya aku tidak pernah bertanya. Kenapa juga aku harus tanya sekarang? Lakukan saja apapun yang menurutmu baik. Lakukan apapun yang bisa membuatmu senang."
Phaulkon sontak emosi mendengarnya. "Kau tidak pernah peduli padaku. Baik dulu maupun sekarang. Iya, kan?"
Maria menolak menjawab dan berusaha menghindar. Tapi reaksinya itu malah membuat Phaulkon makin beringas. Dia langsung melempar Maria ke ranjang dan berusaha memperksanya.
Maria sontak ketakutan dan berusaha melawannya, tapi dia tak berdaya dan akhirnya hanya bisa menangis ketakutan. Untung saja Phaulkon cepat sadar dan menghentikan perbuatannya itu.
"Mulai sekarang, aku tidak akan menyentuhmu. Kita akan hidup bersama hanya demi kepentingan. Jangan menuduhku tidak punya perasaan, karena kaulah yang lebih dulu tidak punya perasaan padaku."
Keesokan harinya saat Maria bermain-main dengan bayinya, Kara mendengar beberapa selirnya Phaulkon bergosip tentang Phaulkon yang semalam tidur dengan salah satu gundiknya. Tapi si gundik mengaku kecewa, karena hanya tubuh Phaulkon saja yang bersamanya.
Phaulkon turun tak lama kemudian. Suami-istri itu kontan saling bertatapan dengan sengit. Tapi saat Phaulkon mendekat, Maria sengaja berbalik mengalihkan perhatiannya ke tempat lain. Sakit hati, Phaulkon akhirnya pergi tanpa mengucap sepatah kata. Kara memperhatikan hal itu dan tampak senang.
Di istana, kita bertemu dengan Pra Py, anak angkat Raja Narai yang berbadan bungkuk yang saat itu tengah memijat kaki Raja. Raja sendiri sedang membaca buku literatur karya salah satu guru kerajaan dan langsung suka.
Ia lalu menyuruh Pra Py untuk membacakan buku itu untuknya. Terlepas dari tubuhnya yang bungkuk, tapi Pra Py hebat dalam pembacaan puisi. Suaranya mengalun dengan sangat indah bak penyanyi keroncong.
Tepat saat itu juga, Phaulkon dan Ayah Por Date tiba di sana secara bersamaan. Ayah tak suka melihatnya dan membalas salam hormat Phaulkon tanpa senyum sedikitpun. Raja mengisyaratkan Phaulkon untuk duduk di dekatnya sebelum kemudian menyapa Ayah.
"Apa kau sudah mendengar tentang kedatangan duta besar Perancis?" Tanya Raja.
Ayah mengiyakannya. Phaulkon melapor bahwa rombongan duta besar Perancis itu akan tiba 7 hari lagi. Mendengar itu, Raja kemudian menyuruh Ayah untuk menentukan kapan kiranya hari baik untuk duta besar itu bertemu dengannya. Ayah tanya siapa nama duta besar itu. Apa namanya panjang?
"Namanya adalah Chevalier de Chaumont." Ujar Phaulkon
"Cha... Chaumont..." Ayah sampai belibet mengucapkan nama itu. "Aduh, aku sulit mengingatnya."
"Sekarang sudah bulan kesepuluh. Apa mereka akan bertemu denganku pertengahan bulan kesepuluh?" Tanya Raja
"Betul. Kita perlu tanggal dan bulan pastinya agar kita bisa menentukan hari baiknya." Timpal Ayah.
Phaulkon meyakinkan bahwa duta besar Perancis akan datang sebelum bulan kesepuluh berakhir. Lalu sampai kapan mereka akan tinggal di sini? Tanya Raja.
"Saya kurang tahu, Paduka Yang Mulia."
"Tanyakan pada mereka begitu mereka sampai."
Ayah penasaran apakah pesanggrahan untuk tim duta besar Perancis sudah selesai dibangun? Tapi Raja malah mengalihkan pertanyaan itu ke Phaulkon. Phaulkon melapor hampir selesai, tapi Ayah tampak cemas mendengar Phaulkon yang menangani kedatangan para duta besar itu.
Para wanita sudah berkumpul di depan untuk mengantarkan Ayah yang hendak keluar. Walaupun mereka sudah berumur, tapi Ayah dan Khun Ying masih tatap-tatapan dengan penuh cinta. Kade dan para pelayan pun memperhatikan itu dan sontak geli melihat mereka.
Tapi kemudian perhatian Kade teralih saat Por Date keluar tak lama kemudian dan langsung menatapnya dengan penuh cinta dan membuat Kade jadi malu.
Tapi kemudian Prik merusak suasana romantis itu dengan mengomentari Ayah yang dulunya ganteng banget semasa mudanya. Ayah sontak melempar tatapan kesal ke Prik.
"Ehem-ehem. Paman dan Bibi, kalian sangat manis. Anda mau pergi ke mana, jao ka?" Tanya Kade.
"Memangnya aku mau pergi ke mana? Lihatlah pakaianku, menurutmu aku mau pergi ke mana?" Jawab Khun Ying
"Aku tidak bicara pada Bibi (Pfft!). Aku bertanya pada Paman dan Khun P'Khun. Kalian berdua mau ke mana?"
Khun Ying jelas sebal mendengarnya. Ayah memberitahu kalau hari ini ada duta besar dari Perancis yang akan datang ke istana. "Namanya... siapa, yah, Por Date?"
"Chevalier de Chaumont."
"Aih! Namanya susah diingat! Dia akan bertemu Raja."
Kade heran, bukannya duta besar itu sudah di sini selama satu bulan, selama itu dia belum bertemu Raja? Di mana dia akan bertemu Raja? Apa Kade boleh ikut? Tapi Por Date cuma menatapnya dengan dengan malas lalu pergi.
"Kau tidak membiarkanku pergi. Saat kau kembali nanti, kau harus menjawab semua pertanyaanku, Khun P'!"
Ayah menyusul semenit kemudian. Tapi Kade masih kepo banget dan mencoba menanyakannya ke Yam, di mana kira-kira mereka akan bertemu dengan si duta besar itu.
"Kudengar di istana. Istana Sanphet Prasat." Ujar Khun Ying
Kade sontak tercengang mendengarnya, teringat akan pelajaran sejarahnya semasa kuliahnya tentang duta-duta besar Perancis yang pernah datang ke Ayutthaya.
Di istana, para pejabat sudah berbaris jejer di sepanjang jalan dengan menggunakan jubah seragam mereka dan topi-topi berkerucut tinggi di atas kepala mereka untuk menyambut tamu kenegaraan mereka.
Dua orang pejabat datang belakangan. Mereka baru saja tiba dari Perancis bersama dengan duta besar Chevalier de Chaumont. Tapi saat Phetracha tanya apakah mereka duta besar untuk Ayutthaya, mereka menyangkal.
Mereka dikirim ke Perancis hanya untuk meminta diplomasi dengan Perancis dan menanyakan masalah tenggelamnya kapal duta besar yang sebelumnya.
Phaulkon datang tak lama kemudian. Dia memang memberikan salam hormat pada mereka sesuai adat, tapi sikapnya jelas menunjukkan kesombongannya. Luang Sorasuk tidak tahan ingin menghajarnya, tapi untung saja Phetracha berhasil mencegahnya sebelum dia sempat melakukan apapun.
Sang duta besar Perancis akhirnya tiba tak lama kemudian dengan ditandu. Tidak sendirian, dia juga datang membawa pastor. Para pejabatpun menyambutnya dengan hormat.
Malam itu, Kade seperti biasanya, nyerocos tanya ini-itu tentang si duta besar. Dia penasaran apakah si duta besar itu berdiri atau bersujud saat dia menghadap Raja. Por Date heran mendengar pertanyaannya, kok Kade bisa tahu?
Canggung, Kade beralasan kalau dia cuma menebak saja. Dia penasaran apakah para farang itu bersedia bersujud di hadapan Raja. Ayah membenarkan pertanyaan Kade.
"Mereka berdiri? Jadi '
pawut sat' (sejarah) itu benar?"
"Apa itu '
sat'?" Heran Por Date sekeluarga.
Tak tahu harus menjawab apa, Kade berusaha menghindar dengan cara menyalahkan Por Date yang suka sekali mencari-cari kesalahannya. Tapi Khun Ying tak percaya. Biarpun dia duduk agak jauh, tapi dia juga bisa mendengar kata aneh yang Kade ucapkan barusan kok.
"Bibi, jao ka. Aku bahkan tidak ingat aku ngomong apa barusan." (Pfft! Pinter banget ngeles)
Khun Ying kesal mendengarnya. Tapi Por Date dengan cepat menghentikan ibunya dan menuntut sendiri jawaban Kade.
Tak bisa menghindar lagi, terpaksalah Kade mengakui kalau dia memang mengucap kata aneh itu barusan. Tapi masalahnya, dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya pada mereka agar mereka bisa mengerti.
Por Date membenarkan tebakan Kade. Si duta besar itu menolak bersujud. Dia bersikeras kalau dia mau menghadap Raja dengan berdiri.
"Sudah kuduga! Oh! Dan apakah para pejabat lain mengizinkannya?" Tanya Kade sambil niruin gaya duduknya Por Date.
"Ada yang keberatan. Dan mereka yang keberatan itu sangat... raeng (jahat) maak maak (sangat)." Ujar Por Date menirukan bahasa modern-nya Kade.
Kade senang mendengarnya. "Lalu siapa saja yang keberatan itu? Apa aku boleh menebak?"
"Kurasa tebakanmu benar."
Bersambung ke part 3
3 Comments
Terima kasih mba ima untuk update sinopsisnya
ReplyDeleteThank u mba ima..ditunggu lanjutanya..semangt
ReplyDeleteuntuk episode 1-10 kenapa gak bisa dibuka ya? saya bisa di undang?
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam