Sinopsis Accidentally in Love Episode 19 - 2

 Sinopsis Accidentally in Love Episode 19 - 2

Qing Qing mendapat telepon dari Fang Fang yang mengaku kalau dia sudah keluar dari rumah sakit dan sekarang sudah masuk sekolah lagi. Dia juga baru dengar kalau Qing Qing izin absen seminggu. Apa semuanya baik-baik saja?


"Kakekku sakit, jadi aku kembali untuk menemuinya."

Baguslah kalau semuanya baik-baik saja. Apa Feng juga ada di sana? Tepat saat dia mengucap pertanyaan itu, Nan Xi lewat dan langsung patah hati mendengar Feng ternyata menyusul Qing Qing.


Setelah Fang Fang selesai menelepon, beberapa temannya datang untuk memesan makanan padanya. Sayangnya, Fang Fang sudah tidak bisa menjalankan bisnisnya lagi sekarang.

Tapi sebagai bentuk penghargaannya pada mereka karena telah menjadi pelanggan setianya selama ini, dia bersedia menerima titipan mereka lalu pergi ke kantin kampus.

Dia agak kesulitan membawa barang berat karena tangannya belum pulih sepenuhnya. Tapi saat Ge Yang berniat membantunya, dia langsung ketus. Ngapain Ge Yang membantunya, bukankah Ge Yang membencinya?

"Aku hanya tak ingin lukamu terbuka lagi karena membawa barang-barang itu."

"Jangan khawatir. Aku tidak akan merepotkanmu, aku juga tak butuh perhatian darimu." Fang fang langsung merebut belanjaannya dari tangan Ge Yang dan pergi. Kesal, Ge Yang langsung membanting tasnya dengan penuh amarah.


Feng akhirnya selesai memperbaiki genteng. Qing Qing langsung memberinya segelas air, bahkan mengelap keringatnya sampai membuat Kakek cemburu dan langsung berdehem untuk memperingatkan mereka.

Feng jadi tak enak dan berusaha menawarkan airnya, tapi Qing Qing mencegahnya. Kakek kan tidak bekerja keras.

Kakek nyinyir mendengarnya. Anak muda kalau kerja sedikit saja, langsung mengeluh. Bagaimana mereka bisa mencapai sesuatu yang hebat di kemudian hari?

Sudah siang, ayo ikut ke sawah. Qing Qing di rumah saja dan masak. Feng kaget, Qing Qing bisa masak? Belum sempat Qing Qing menjawab, Kakek mengklaim kalau Qing Qing hebat dalam memasak. Katakan saja Feng mau makan apa, biar Qing Qing membuatkannya.

"Apa saja tak masalah, aku akan memakannya."


Qing Qing cuma bisa mesem canggung mendengarnya. Kedua pria itu lalu pergi ke sawah dan Kakek dengan lebay-nya mengajari Feng cara mencangkul ala-ala kungfu, tapi ujung-ujungnya Feng tetap mencangkul dengan cara biasa.

Feng benar-benar bangga dengan hasil cangkulannya biarpun cuma dikit dan antusias ingin belajar yang lain-lain. Maka Kakek pun menyuruhnya mencangkul pakai traktor, pakai kerbau, dan memberi pupuk yang terbuat dari kotoran kerbau. Wkwkwk! Feng sampai muntah-muntah.


Saat akhirnya mereka selesai, kedua pria itu duduk bersama dan Kakek mulai membahas tentang Feng yang katanya seorang bintang idola. Tapi dia mau datang ke gunung terpencil seperti ini, itu bagus.

"Kakek, jangan bicara seperti itu. Menurutku, tempat ini sangat bagus. Tidak heran Qing Qing selalu terlihat riang gembira. Dia tumbuh di tempat yang sederhana dan alami seperti ini, pasti akan menjadi hal yang luar biasa."

Kakek tampak senang mendengar jawabannya.


Saat mereka pulang tak lama kemudian, mereka malah melihat ada asap tebal keluar dari dalam rumah. Feng sontak cemas mengira ada kebakaran dan tiba-tiba saja Qing Qing keluar dengan terbatuk-batuk dan muka coreng moreng. Tapi dia baik-baik saja kok, dia cuma baru selesai masak.

Tapi kenapa dengan muka Qing Qing? Heran Feng. Oh, tidak kenapa-kenapa kok. Cuma tadi waktu dia masak, ikan yang digorengnya melompat terus dari panci. Qing Qing kan jadi kasihan sama tuh ikan, makanya dia kasih sedikit minyak, eh tuh ikan malah melompat makin tinggi dan jadi banyak asap.

Qing Qing jadi bingung harus bagaimana, jadi dia siram tuh ikan pakai air. Eh, si ikan malah meloncat dari panci dan memercikkan segalanya ke muka Qing Qing. Makanya jadi gini deh.


Belum selesai bercerita, tiba-tiba datanglah Xiao Lan, temannya Qing Qing yang menggantikannya di pernikahannya waktu itu. Dia ngapain datang kemari?

"Aku yang seharusnya tanya. Kau bahkan pulang tanpa memberitahuku. Apa kau benar sahabatku?" Protes Xiao Lan.

Kakek senang melihatnya datang. Xiao Lan datang tepat waktu, ayo makan bersama. Qing Qing makin curiga melihat interaksi mereka, permainan apa yang sebenarnya sedang mereka mainkan ini?

"Jangan marah padaku, kakekmu memintaku datang." Bisik Xiao Lan. Peranku sekarang jadi Xiao Lan dari desa ini, jangan mengeksposku."


Dia lalu kenalan sama Feng dan langsung sok akrab menggandeng tangan Feng segala. Feng sampai risih dengan sikapnya.


Mereka lalu duduk bersama di meja makan. Qing Qing dengan bangga membuka penutup makanannya dan menunjukkan hasil masakannya yang semuanya serba hitam. Wkwkwk!

Parahnya lagi, tampilannya tidak ada yang menarik dan tidak mengguggah selera sedikitpun. Kakek mengklaim kalau semua ini adalah makanan kesukaan Qing Qing.

Mereka sangat miskin dan tidak mampu beli daging. Kalau mereka ingin makan ikan, maka mereka harus mancing di sungai. Hidup Qing Qing sangat keras dan harus selalu membantu Kakek dari pagi sampai malam. Dia benar-benar mengalami banyak kesulitan.

Karena itulah, semua makanan ini sangat berharga. Apalagi sup kumbang hitam ini. Dulu, saat Kakek tak punya uang untuk beli daging, terjadi hujan badai yang sangat mengerikan. Sehingga Kakek hanya bisa membawa Qing Qing ke kolam kecil untuk menangkap kumbang dan beberapa siput untuk dimasak.


Feng prihatin mendengarnya. "Qing Qing, aku tak pernah membayangkan kalau masa lalumu ternyata seperti ini. Pasti sulit bagimu."

Qing Qing canggung mendengarnya. "Tidak sulit sama sekali kok. Tidak sulit."

Xiao Lan langsung beraksi sok perhatian ke Feng lalu memberinya sepotong pisang saus coklat yang terlihat menjijikkan. Kakek ikutan sok perhatian dengan memberikan secuil ikan hitam gosong ke Feng.

Kesal, Qing Qing langsung balas dendam dengan memberikan semangkok bubur labu coklat yang terlihat mengerikan pada Kakek dan Xiao Lan. Kakek kan yang paling tua, silahkan makan duluan.


Wkwkwk! Kakek galau harus bagaimana dan mendadak mengalihkannya ke Feng. Dia kan tamu, jadi dia harus didahulukan. Terpaksa Feng harus memakan makanan menjijikkan itu dan berusaha keras untuk tidak muntah sampai matanya berkaca-kaca.

"Bagaimana rasanya?"

"Hmm... sangat... enak. Hampir seperti... terlalu banyak api."

Xiao Lan makin menjadi-jadi dengan menyajikan semangkok sup kumbang hitam itu untuk Feng. Kakek bahkan sengaja mengompori Qing Qing dengan mengomentari kalau Feng dan Xiao Lan tampak serasi. Qing Qing benar-benar gregetan melihat ulah kakeknya itu.


Selesai makan, kakek menyuruh Feng dan Xiao Lan untuk pergi jemur sprei. Tidak tahan lagi, Qing Qing langsung melabrak kakeknya karena sudah menyuruh Xiao Lan jadi orang aneh seperti itu.

"Kenapa kau kesal? Jangan bilang kalau kau takut mereka akan kabur bersama? Duduklah dan minum teh bersamaku."

"Kakek, Si Tu Feng itu teman baikku. Sudah cukup buruk kakek menyulitkannya. Tapi sekarang Kakek sudah kelewatan. Apa sebenarnya yang Kakek inginkan?"

"Teman? Sekarang dia melihatmu dalam keadaan seperti ini, miskin dan tidak menarik, apa dia masih berani jadi temanmu?"

"Kakek! Mana ada orang mau memperlakukan cucu sendiri dengan cara seperti ini! Lagipula, kurasa Si Tu Feng bukan orang sedangkal itu."

"Anak itu, jika dia tidak lulus tes ini, maka dia tidak berhak menjadi temanmu."


Xiao Lan terus saja berusaha mendekati Feng, tapi Feng tegas menarik batas di antara mereka dengan bersikap formal pada Xiao Lan, dia bahkan menegaskan bahwa dia bersikap seperti ini karena Xiao Lan adalah temannya Qing Qing.

Dia mau pergi. Xiao Lan berniat mengejarnya, tapi malah tak sengaja tersandung dan membuat spreinya terjatuh menutupi mereka berdua. Melihat itu, Qing Qing jadi cemburu dan langsung menarik Feng menjauh.

Bersambung ke episode 20

Post a Comment

0 Comments