Sinopsis You Are My Glory Episode 19

Melihat Jing Jing meliriknya, si mantan langsung menghampirinya, jelas berniat merayu Jing Jing. 

Jing Jing memang ramah padanya, tapi tampak jelas dia sama sekali tidak tertarik untuk balikan sama dia. 

Malah si mantan terus yang harus memulai percakapan di antara mereka, dan Jing Jing hanya menanggapinya dengan formal. Saat si mantan mencoba mengorek informasi tentang teman SMA-nya Jing Jing itu, Jing Jing cuma menanggapinya dengan senyum. Si mantan jadi semakin penasaran dan bertanya-tanya apakah pria itu adalah alasan Jing Jing memilih putus dengannya. 

"Tak kusangka Pimpinan Su sangat tidak percaya diri." Sinis Jing Jing.

"Karena kau tak pernah menatapku dengan tatapan seperti itu sebelumnya." Ujar si mantan cemburu.

Jing Jing santai mengingatkan bahwa mereka sudah tidak bisa lagi membahas hal semacam ini. 

Baiklah, Pimpinan Su setuju tentang itu. Tapi ada sesuatu yang harus dia akui. Sebenarnya waktu dia datang ke rumah Jing Jing waktu itu adalah untuk meminta maaf.

Jadi begini, mantan pacarnya Pimpinan Su-lah yang sebenarnya membocorkan video rekaman Jing Jing kalah main game. Waktu itu dia dan mantannya masih pacaran, dia bisa tahu Jing Jing kalah nge-game melalui WeChat karena mereka belum saling memblokir kontak WeChat satu sama lain.

Dia sendirian waktu menonton kekalahan Jing Jing itu. Dia merasa itu menarik, makanya dia merekam dan menyimpan videonya. Namun entah bagaimana pacarnya bisa mengetahui video itu lalu mempostingnya di internet. Makanya dia langsung memutuskan pacarnya itu, dan sekarang dia meminta maaf pada Jing Jing (Err... Tapi permintaan maafnya sama sekali tak terdengar tulus)

Jing Jing sinis. Tapi tidak masalah, malah dia harus berterima kasih pada pacarnya Pimpinan Su itu, karena berkat kebaikannya, sekarang kontrak iklannya dengan game itu diperpanjang 3 tahun.

Pimpinan Su meralat, sekarang sudah jadi mantan. Dengan penuh arti dia memberitahu Jing Jing bahwa sekarang dia single. Dia memuji penampilan Jing Jing yang sangat bagus dalam pertandingan game itu. Tapi dalam pujiannya juga terdengar sedikit sindiran seolah Jing Jing tidak seburuk yang dia kira. 

Dia mencoba mengajak Jing Jing untuk makan malam dengan alasan sebagai permohonan maafnya. Jing Jing menolak. Maka Pimpinan Su memutuskan untuk berhenti bertele-tele dan to the point mengajak Jing Jing balikan sama dia. Bukankah dalam pertandingan waktu itu, Jing Jing bilang kalau dia masih single juga?

Jing Jing mendengus sinis mendengarnya. Waktu Pimpinan Su bilang tentang mantannya sebagai pelaku yang membocorkan video itu, apakah Pimpinan Su sungguh-sungguh merasa bersalah padanya? 

Jing Jing tak yakin, dia justru merasa kalau Pimpinan Su sangat bangga atas dirinya sendiri, bangga karena ada seseorang yang sangat cemburu sampai melakukan hal semacam itu. Oh, salah. Bukan rasa bangga, melainkan rasa ketertarikan yang sangat besar ingin melihat bagaimana dia akan menyelesaikan masalah ini.

Waktu Pimpinan Su datang ke rumahnya untuk minta maaf waktu itu, kejadian itu sudah berlangsung selama setengah bulan. Kalau dia benar-benar datang untuk minta maaf, maka tidak seharusnya dia menunggu selama itu.

Jelas itu menunjukkan kalau Pimpinan Su tidak merasa bersalah, dan tujuan utamanya datang hanya karena dia tertarik ingin mencari tahu dengan dalih minta maaf.

Dan lagi, bagaimana jika seandainya dia kalah? Bagaimana seandainya dia kalah dengan sangat menyedihkan dan ditertawakan banyak orang? Apakah Pimpinan Su masih akan sudi untuk berdiri di hadapannya dan bicara dengannya seperti ini?

Dan tentang putusnya hubungan mereka, waktu mereka pacaran dulu, Jing Jing benar-benar menjalaninya dengan sepenuh hati. Jadi putusnya hubungan mereka, sama sekali tidak ada hubungan dengan orang lain. Apa Pimpinan Su sungguh lupa tentang alasan putusnya hubungan mereka?

"Sebenarnya aku sangat penasaran akan sesuatu. Waktu kau memintaku untuk melepaskan pekerjaanku, apa kau sungguh-sungguh ingin menghabiskan seluruh hidupmu bersamaku? Tidak, kan? Kau mengucapkannya dengan begitu mudah."


Saat itu pula Jing Jing menyadari kalau Pimpinan Su tidak pernah menganggapnya sebagai partner yang setara. Dan sampai sekarang, Pimpinan Su masih tidak berubah. Dia masih suka meremehkan orang lain.

"Aku tidak tahan lagi. Pimpinan Su, jalan kita berbeda." Pungkas Jing Jing menirukan ucapan Yu Tu lalu pergi dengan elegan.


Dalam perjalanan pulang, Jing Jing ditelepon Manajer Ling yang sudah dengar tentang interaksi Jing Jing dan Pimpinan Su di pesta tadi dan langsung cerewet memperingatkan Jing Jing agar dia tidak termakan rayuan gombal Pimpinan Su. Tuh orang karakternya sangat buruk, sangat berbeda dengan Yu Tu.

Ngomong-ngomong tentang Yu Tu, sebentar lagi kan Imlek dan mereka berdua juga sudah lama tidak bertemu. Mumpung mereka sama-sama akan pulang ke kampung halaman mereka, jadi Manajer Ling dengan antusias menyarankan Jing Jing untuk mengundang Yu Tu makan bersama. Jing Jing malas menanggapinya.

Tapi saat Xiao Zhu memeriksa kotak pesannya Jing Jing, mereka malah mendapati beberapa surat yang ditujukan pada 'Nona Qiao' dari Yu Tu.


Dia jadi galau. Tapi akhirnya dia memutuskan untuk membuka surat-surat itu. Yu Tu mengawali surat-suratnya dengan mendoakan kesejahteraan Jing Jing dan mengaku bahwa dia menemukan percakapan chat lama mereka di komputer lamanya.

Dia sungguh menyesali sikapnya dulu. Karena itulah, dia harap sekarang belum terlalu terlambat untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan Jing Jing dulu.

Jing Jing jadi sedih teringat betapa kecewanya dia dulu saat Yu Tu tak pernah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya di QQ. Begitu kecewanya dia sampai dia bertanya-tanya kapan Yu Tu akan berinisiatif duluan untuk bicara dengannya.

Dan sekarang harapannya itu menjadi kenyataan, Yu Tu duluan yang akhirnya berinisiatif bicara dengannya melalui surat-suratnya dan menjawab semua pertanyaan-pertanyaannya yang dulu tak terjawab.

Dia mengemukakan teorinya dengan mendetil, bahkan menambahkan gambar-gambar biar Jing Jing bisa lebih memahaminya. (Ini ceritanya surat cinta, tapi isinya pelajaran IPA antariksa. Wkwkwk!)

Surat kedua dan seterusnya juga sama. Dia selalu mengawali surat-suratnya dengan mendoakan kesejahteraan Jing Jing dan menceritakan kegiatannya seharian sebelum kemudian dia mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan Jing Jing.

Dalam surat terakhirnya, dia berkata bahwa dalam surat selanjutnya dia akan menceritakan tentang wahana antariksa Yu Tu Hao yang memiliki latar belakang kisah yang romantis dan bertanya-tanya apakah Jing Jing akan pulang kampung pada tahun baru Imlek nanti.

Jing Jing terharu dengan semua ini. Tapi... dia masih ingat betapa patah hatinya dia dulu saat dia mendengar dari Pei Pei bahwa Yu Tu dan Xia Qing pacaran. Saat itu pula dengan hati hancur dia menghapus semua fotonya Yu Tu yang diambilnya secara diam-diam semasa SMA mereka dan juga riwayat chat QQ-nya.

Maka kemudian dia mengirim chat ke Yu Tu, berterima kasih atas jawaban-jawabannya. "Namun semua ini sudah tidak berarti lagi bagiku."

Yu Tu patah hati saat membaca balasan dari Jing Jing itu.

Pada malam tahun baru Imlek, Jing Jing mendapati kedua orang tuanya datang mengunjunginya dan langsung sibuk di dapur membuatkan makanan untuknya. Mereka benar-benar memanjakan putri mereka. Jing Jing seperti biasanya, terus berusaha menunjukkan wajah cerianya walaupun hatinya sedang sedih. 

Dia sebenarnya mengharapkan pesan balasan dari Yu Tu, tapi ternyata Yu Tu tak membalas pesan terakhirnya. 

Karena dia masih ada jadwal, jadi dia tidak bisa pulang kampung bersama kedua orang tuanya.

Selama Jing Jing tampil di panggung, Xiao Zhu sibuk chatting dengan seseorang. Usai perform, Jing Jing pun akhirnya bisa pulang kampung. Tapi entah kenapa Xiao Zhu senyam-senyum gaje saat mereka hendak naik lift. 

Dan alasannya baru ketahuan saat mereka tiba di parkiran, karena di sana, Yu Tu sudah menunggunya di depan mobilnya, berkata bahwa dia juga mau pulang kampung, jadi dia mau nebeng. Xiao Zhu dengan riang mengaku bahwa dia berkomunikasi dengan Yu Tu sejak kemarin sore.

Jing Jing sesaat membeku di tempat, tapi dengan cepat dia menguasai diri lalu mengusir Xiao Zhu. Yu Tu juga mengusir pak supir dan menyatakan bahwa dia sendiri yang akan menyetir.


"Kau punya SIM?" Tanya Jing Jing meragukannya.

Tentu saja punya. Kadang pekerjaannya dilakukan di tempat-tempat yang berbahaya seperti gunung salju atau gurun pasir. Dia sudah pernah menyetir di berbagai medan, jadi Jing Jing tidak perlu meragukan kemampuan menyetirnya. Bahkan untuk membuktikannya, dia langsung menyerahkan SIM-nya pada Jing Jing.

Jadilah mereka pergi berdua. Jing Jing menolak duduk di sampingnya, tapi sepanjang perjalanan dia terus menggenggam SIM-nya Yu Tu. 

Saat Yu Tu memintanya untuk menyalakan GPS, Jing Jing langsung ketus mengkritiknya karena nekat mengambil alih pekerjaan supir padahal tidak tahu jalan. Dan kenapa pula Yu Tu ada di sini alih-alih pulang kampung.

Yu Tu mengaku bahwa dia justru baru kembali dari kampung halaman mereka tadi pagi. Dia mungkin akan kembali lebih cepat seandainya kemarin bukan malam tahun baru.

"Jing Jing, aku khawatir."

Tak mau menanggapinya, Jing Jing langsung pura-pura tidur padahal diam-diam mengintip SIM-nya Yu Tu dan side profile-nya dengan sedih.

Di tengah jalan, Yu Tu mampir ke pom bensin untuk isi bensin. Sedangkan Jing Jing pergi ke toilet. Tapi saat dia keluar, dia malah mendapati Yu Tu ada di depan menunggunya sekaligus menjaganya. Yu Tu cemas karena sekarang sudah larut malam.

Jing Jing tetap memperlakukannya dengan dingin. Mereka berjalan beriringan kembali ke mobil dalam diam dan hanya jaket-jaket mereka yang saling bergesekan. 

Tapi Jing Jing langsung menjauh dan mempercepat langkahnya, membuat Yu Tu hanya bisa menatapnya dengan sedih.

Tapi saat Jing Jing hendak membuka mobilnya, Yu Tu tiba-tiba menghentikannya dan bertanya. "Apa benar-benar sudah tidak berarti lagi?"

Bersambung ke episode 20

Post a Comment

0 Comments