Sinopsis Once Upon a Time... In My Heart Episode 1 - 4
Untung saja Daniel muncul tepat waktu dan langsung menendang Tian Kong dan mengeluarkan Fah. Tian Kong dan para kroninya langsung menyerang Daniel.
Salah satu dari mereka bahkan mengayunkan sebuah pedang pada Fah, tapi untung saja Daniel sigap menggendongnya menghindari sabetan pedang itu.
Mereka jadi sangat dekat gara-gara itu dan terpesona pada satu sama lain... saat tiba-tiba saja si mafia mengayunkan pedang hingga membuat mereka terpisah dan Fah terjungkal.
Daniel dengan cepat mengalahkannya lalu mengulurkan tangan pada Fah. Fah hendak meraih tangannya, tapi Tian Kong mendadak muncul dan langsung menembak di antara celah tangan mereka.
Dia langsung menghajar Daniel lalu mengarahkan pistol padanya. Melihat itu, Fah refleks bangkit lalu menggigit tangan Tian Kong dengan ganas. Daniel cepat bangkit lalu melucuti senjata Tian Kong, menghajarnya, lalu membawa Fah kabur pakai mobil mereka.
Tian Kong berusaha menembak mereka tapi gagal. Tapi saking terburu-burunya, mereka sampai melupakan tasnya Fah yang tergeletak di jalan dan sekarang Tian Kong memungut tas itu.
Tapi setelah cukup jauh, Daniel dengan terpaksa berhenti di tengah jalan karena ban mobilnya bocor. Kontan saja Fah langsung mengomel panjang lebar mengutuki hidupnya yang sial gara-gara Daniel, tidak seharusnya Daniel menyeretnya dalam masalahnya sejak awal! Mana gerimis lagi, jalanan juga sepi banget.
Untung saja saat itu ada seorang pria Jepang yang tak sengaja lewat. Melihat mereka kesusahan karena mobil mereka dalam cuaca seperti ini, ia berbaik hati menawarkan mereka untuk tinggal di rumahnya.
Mereka akhirnya diangkut truk pria itu sampai rumahnya. Fah terus ngedumel ingin balik ke hotel, Fai bisa sangat mencemaskannya kalau dia tidak balik ke hotel.
Tapi Daniel menegaskan kalau mereka tidak akan kembali ke hotel malam ini karena orang-orang itu sudah pasti sedang menunggu mereka di sana. Dan lagi, Daniel sudah tidak punya tenaga untuk bertarung melawan siapapun. Dia lalu mengulurkan tangan untuk membantu Fah turun. Tapi Fah menolak, dia bisa turun sendiri!
Pria itu dan istrinya benar-benar menyambut mereka dengan ramah, bahkan menawarkan yukata dan menggelar dua buah futon dalam satu ruangan untuk mereka. Daniel berterima kasih setulus hati pada mereka.
"Sama-sama. Kalian berdua mengingatkan kami pada masa muda kami." Goda Kakek yang mengira mereka sepasang kekasih. Nenek tersipu malu mendengarnya. Mereka lalu bergegas pergi meninggalkan mereka berduaan.
Daniel senyam-senyum senang, tapi Fah tidak mengerti mereka ngomong apa dan akhirnya cuma menatap mereka dengan kebingungan. Fah jadi curiga, apa Daniel bilang ke Kakek dan Nenek kalau mereka pasangan, makanya mereka menyiapkan satu kamar untuk mereka berdua?
Daniel malah mengaku kalau dia bilang ke Paman dan Bibi bahwa mereka adalah suami-istri. Dia terpaksa harus bilang begitu, jika tidak, entah apa yang akan terjadi pada mereka nantinya.
Bisa saja mereka malah sial dan bertemu orang jahat atau mungkin orang-orang itu akan berpikir buruk terhadap mereka. Kalau mereka berpikir Fah sudah punya suami, maka mereka tidak akan berani macam-macam.
"Tidak usah diulang-ulang, nyebelin!"
Fah lalu mengambil yukatanya dan berniat mau mandi saat tiba-tiba saja dia sadar kalau dia kehilangan tasnya, pasti terjatuh di depan hotel saat merek bertarung.
Daniel seketika cemas, apa aja isi tasnya Fah? Cuma buku jurnal, hape, dompet, obat-obatan dan sebagainya.
"Apa ada fotomu juga di sana?"
"Ada."
Daniel jadi tambah cemas mendengarnya. Fah heran, buat apa dia menanyakan masalah itu? Daniel malah berusaha menghindar yang jelas saja membuat Fah jadi semakin curiga. Apa yang sebenarnya Daniel sembunyikan darinya?
"Jawab aku sekarang juga, Tuan Raksasa!" (Pfft! Tuan Raksasa)
"Tuan Raksasa?"
"Iya. Aku kan nggak tahu siapa namamu, makanya aku memanggilmu begitu. hei, katakan. Kenapa kau sangat shock tentang adanya fotoku di dalam tasku?"
Tapi Daniel tetap tidak mau mengatakan yang sebenarnya dan cuma memperingatkan Fah bahwa jika orang yang mengejarnya, melihat fotonya Fah, maka hidup Fah tidak akan lagi bisa tenang.
Tian Kong langsung menyerahkan buku diary Fah ke Chen Ming yang kontan tercengang melihat foto wajah Fah yang sangat mirip Botan. Dia memang pernah melihat wanita ini di bandara, waktu itu dia kira kalau dia cuma salah lihat.
Tian Kong sudah menyelidiki wanita ini melalui hotel tempat dia tinggal. Ternyata wanita ini orang Thailand dan dia datang kemari untuk liburan bersama temannya.
"Tuan muda, apa anda masih belum melupakan Botan?"
"Tidak pernah. Aku tidak pernah melupakannya. Dan aku juga tidak akan lupa siapa yang membunuh Botan! Dia sekarang sedang bersama Daniel, kan?"
Tian Kong membenarkan. Tapi dia yakin kalau mereka tidak akan bisa pergi jauh karena dia sudah menembak ban mobilnya. Bagus! Kkalau begitu, cepat cari dan temukan keberadaan Daniel.
"Aku ingin bertemu wanita ini."
Chen Biao membawa Fai ke rumah sakit sambil menelepon seorang rekannya dan menyuruhnya mencari keberadaan bos mereka. Bos mereka tertembak, jadi dia pasti tidak akan bisa pergi jauh.
Seorang suster datang saat itu dan memberitahu Chen Biao bahwa '
Pacarnya' sudah baikan dan menyuruhnya untuk ambil obat. Pfft! Chen Biao menyangkal, wanita itu bukan pacarnya.
Karena Fai sudah baikan, Chen Biao mau pergi. Tapi Fai dengan cepat mencegahnya untuk bilang terima kasih. Tapi karena Chen Biao cuma menatapnya dalam diam, Fai jadi mengira kalau Chen Biao tidak bisa ngomong Thai.
Maka dia memutuskan untuk mengutarakannya dalam bahasa Inggris lalu mencoba minta tolong padanya. "I have big problem... I want you... I need you!"
Wkwkwk! Kalimatnya kok kayak nyatain cinta? Jelas saja Chen Biao langsung menatapnya dengan aneh. Fai langsung menyadari kesalahan ucapannya, maksudnya bukan '
need' semacam itu.
Aduh! Dia harus bagaimana mengutarakannya? Haruskah dia akting sedih dan nangis sesenggukan? Fai sontak mewek lebay sambil nempel-nempel dan terus-menerus bilang I want you dan I need you.
"Hei, Khun! Khun! Kau nangis tidak akan meluluhkan hatiku." Ujar Chen Biao dalam bahasa Thailand yang lancar.
Fai kaget, "kau bisa bicara bahasa Thailand? Ooooi! Baguslah! Tolong anterin aku kembali ke hotel yah? Please?! Adikku sedang dalam bahaya. Tolongin aku, yah? Please, Khun? Pleaseeeeeee~~~~ Tolongin aku, pleaseeeee~~~~ *Hiks*!"
Chen Biao jadi galau. Tapi akhirnya, dia mau juga mengantarkan Fah pulang ke hotel. Dan di sanalah dia melihat sebilah pisau yang dia kenal. Dia langsung bisa menduga kalau adiknya Fai sedang bersama bosnya.
Pisau ini milik bosnya Chen Biao dan dia terluka. Bosnya pasti meminta bantuan adiknya Fah. Fai tidak usah khawatir, mereka pasti aman kok. Jika orang-orang itu membunuh bosnya, mereka pasti akan memotong jarinya untuk diperlihatkan pada geng mereka.
"Tapi kalau Bos, mereka mungkin akan memotong kepalanya juga."
"Memotong kepala? Terus bagaimana dengan adikku, Fah?"
"Membantu musuh, hukumannya akan jauh lebih berat."
Fai shock dan langsung pingsan lagi. Pfft! Chen Biao masa bodo dan santai saja mengambil paspor yang tergeletak di meja dan langsung kaget melihat foto Fah yang mirip Botan.
Malam itu, Daniel memimpikan Botan yang tertembak mati dan tenggelam ke dalam laut tiba-tiba memanggilnya... lalu hidup kembali, masih berdiri di dermaga dalam keadaan utuh.
Daniel kontan memeluknya, tapi tiba-tiba Botan mati berlumuran darah. Daniel sontak memeluknya makin erat dengan penuh penyesalan... saat tiba-tiba saja terdengar suara Fah yang memanggilnya '
Tuan Raksasa'.
Daniel sontak terbangun dengan kaget sambil mendorong Fah menjauh darinya. Fah jelas kesal, dia kan cuma membangunkan Daniel, kenapa Daniel malah sekejam ini padanya!
"Ingat baik-baik, kau dilarang dekat-dekat denganku. Karena jika aku kaget, maka hal pertama yang akan kuambil adalah pistol." Ujar Daniel sambil menunjukkan senjata yang disimpannya di balik bantal itu.
"Ini pertama kalinya aku melihat seorang pria tinggi-besaar menangis karena mimpi buruk."
Daniel kontan menatapnya dengan datar. Fah jadi takut, dia cuma bercanda kok. Dia cuma ingin membuat suasana hati Daniel membaik. Ayahnya pernah bilang bahwa jika kita bangun dalam suasana hati yang baik, maka kita akan ceria sepanjang hari. Tapi Daniel tetap saja menatapnya tanpa ekspresi sampai membuat Fah jadi canggung.
Sudahlah, mending Daniel cepat ganti baju biar mereka bisa kembali secepatnya. Tapi Daniel mengklaim kalau mereka tetap belum bisa balik sekarang.
"Apa kau takut bertemu orang-orang itu di tengah jalan dan kau tidak punya tenaga untuk melawan mereka? Jangan khawatir, aku sudah membuat rencana... Kita akan menyamar!"
Dan rencana penyamaran jitu Fah adalah dengan cara mencoreng muka mereka pakai arang lalu menutupi kepala mereka pakai kain (Pfft! Kalau kayak gitu malah tambah menarik perhatian kali).
Lalu mereka bisa meminta Kakek untuk mengantarkan mereka balik ke hotel. Terus mereka bisa berpisah jalan dan selesai! Daniel tidak setuju dengan rencana itu dan langsung keluar.
Bersambung ke part 5
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam