Sinopsis Once Upon a Time... In My Heart Episode 1 - 1

 Sinopsis Once Upon a Time... In My Heart Episode 1 - 1

Di sebuah dermaga, tampak seorang pria yang sedang menodongkan pistol pada seorang wanita yang menatapnya dengan sedih. Si pria sepertinya seorang mafia dan di belakangnya tampak ada banyak gangster-gangster lainnya.


Entah apa masalah mereka hingga si pria menodongkan pistol pada si wanita. Sepertinya wanita itu dituduh melakukan sesuatu. Saat air mata wanita itu mengalir, salah satu mafia langsung nyinyir.

"Kenapa kau menangis? Semua bukti jelas menunjukkan kalau kaulah pelakunya. Daniel, kuharap kau akan memberi kami keadilan." Kata si mafia pada pria yang menodongkan pistol itu.

"Jika kau tidak bisa melakukannya, maka aku akan mengurusnya untukmu." Timpal mafia lainnya.

"Tapi menghukum seorang pengkhianat adalah tugas dari pemimpin geng Golden Dragon. Jika kau tidak bisa melakukannya, maka turunlah dari posisimu." Ancam seorang mafia lainnya.


Si penodong pistol itu adalah Daniel Wong (Mick Thongraya), pimpinan geng Golden Dragon, sebuah geng mafia Hong Kong (Tapi ngomongnya Bahasa Thailand. Wkwkwk! Diiyain ajalah).

Dan sepertinya hubungan Daniel dengan si wanita cukup rumit karena dia tampak sangat galau seolah tak tega membunuh wanita itu.

"Aku mencintaimu, Daniel." Ucap wanita itu, Botan (Pimmy Pimpara).

"Tapi aku tidak bisa mempercayaimu... aku juga tidak bisa mencintaimu." Dingin Daniel sebelum kemudian melepaskan tembakan ke Botan. Darah sontak mengalir deras dari dadanya, Botan pun tercebur ke laut dan mati. Daniel tampak sedih dan errr... kaget? (Mungkin kaget dengan perbuatannya sendiri)


Kita kemudian beralih ke sebuah kantor majalah di Thailand... di mana ada err... Botan? Dia masih hidup?

Oh, bukan. Wanita itu adalah Fahsai (Pimmy Pimpara) yang entah kebetulan atau apa, wajahnya sangat amat mirip dengan Botan bak kembar identik. Dan dia adalah pegawai di kantor majalah itu.

Tiba-tiba alarm ponselnya berbunyi yang mengingatkannya untuk mengucap selamat untuk seseorang bernama Itt. Fahsai pun bergegas pergi dengan membawa buket bunga yang sudah disiapkannya.

Tapi bahkan sebelum dia keluar kantor, semua orang ribut memanggilnya untuk menyuruhnya ini dan itu. Tapi Fahsai dengan profesional menjawab semua permintaan mereka, dia bahkan sudah menyelesaikan dokumen yang diminta salah satu seniornya lalu buru-buru keluar.

"Eh, Fah. Kau mau pergi ke mana?" Tanya salah satu rekannya, Nuch.

"Menemui pacarku." Sahut Fah lalu pergi.


Sontak saja jawabannya itu membuat dua orang seniornya heboh bin lebay. "Dia baru lulus dan sudah punya pacar?"

"Siapa bilang dia baru punya pacar? Fah dan Dokter Itt sudah pacaran selama 10 tahun." Kata Nuch membela Fahsai.

"10 tahun?!" Heboh kedua senior serempak.

"Astaga, aku mau pingsan rasanya. Eh, tunggu. Sekarang ini kan Fah berumur 25 tahun, berarti mereka mulai pacaran bahkan sebelum buah d~~a Fah tumbuh! Astaga, kid jaman now! Aku tidak bisa menerimanya!"

Nuch langsung nyinyir mendengarnya. "Siapa juga yang akan menyukaimu. Sejak buah d~~amu tumbuh sampai sekarang buah d~~amu mulai kendor, kau masih belum punya pacar."


Sesampainya di tempat acara, Fah sudah ditunggu seorang seniornya yang bernama Puifai. Dia memberitahu kalau Dr. Itt baru saja mempresentasikan penelitiannya. Fah bawa apa itu?

"Buket bunga buatanku sendiri. Aku membuatnya selama 3 malam."

Fai lalu membantu memoles bedak ke wajah Fahsai biar dia kelihatan cantik. "Kudengar hari ini Dr. Itt mau melamar pacarnya loh!" Seru Fah heboh. "Aku sungguh bahagia untukmu, Fah!"


Fahsai sampai specchless saking kaget dan saking bahagianya. Fai lalu cepat-cepat membawanya masuk di mana saat itu seorang dokter senior sedang mengumumkan bahwa Dr. Itt diangkat sebagai kepala departemen pembedahan. Wow, Fahsai benar-benar bangga padanya.

Dari konferensi press ini, bisa disimpulkan bahwa si dokter senior adalah kepala rumah sakit. Hubungan mereka tampak baik dilihat bagaimana mereka saling melempar pujian pada satu sama lain.

Dokter senior juga memiliki seorang putri yang akan bekerja bersama Dr. Itt. Dan sepertinya ia tahu betul apa rencana Dr. Itt. Ia bahkan langsung memberikan kesempatan pada Dr. Itt untuk melakukan rencananya itu.


Dr. Itt pun mengumumkan bahwa dia ingin menggunakan kesempatan baik ini untuk melakukan suatu hal paling penting dalam hidupnya... dia ingin melamar seorang wanita.

"Wanita itu selalu memberiku semangat setiap saat." Ujar Dr. Itt.

Fahsai benar-benar tersentuh mendengarnya. Itt pun beranjak bangkit lalu berjalan ke arah Fahsai...


Dan berhenti di depan seorang wanita bernama Dr. Kwan lalu melamar wanita itu. (What?! Brengs*k nih cowok!)

Shock, buket bunganya Fahsai sontak terlepas dari tangan Fahsai. Dia pun langsung keluar dari sana dengan berlinang air mata.


"P'Fai... apa sebenarnya salahku?"

"Kesalahanmu adalah kau mencintai orang yang salah. Itu saja." Ujar Fai lalu memeluk Fahsai dan membiarkannya menangis dalam pelukannya.


Di Jepang, Daniel merenung seorang diri di pinggir sungai yang sepi. Dia bahkan melarang kedua bodyguard-nya mengikutinya. Bodyguard satu tampak cemas, tapi bodyguard dua tegas menyuruhnya untuk membiarkan Daniel sendirian.

"Hari ini adalah hari peringatan kematian kekasih bos." Ujar Chen Biao (si bodyguard dua yang ganteng).


Dan kekasihnya Daniel itu... tak lain tak bukan adalah mendiang Botan. Sembari menatap kalung yang dipakainya, Daniel teringat kembali kenangan-kenangan indahnya bersama Botan dulu. Suatu hari, Daniel memberikan sebuah pada Botan.

"Itu untukku? Kenapa kau memberikannya padaku?" Heran Botan

"Agar semua orang tahu... kalau kau adalah wanitaku." Ujar Daniel lalu mengalungkan kalung itu di leher Botan dan menci~m bibirnya.


Tapi entah apa yang kemudian terjadi hingga membuat Daniel kehilangan kepercayaan pada Botan dan akhirnya menghabisi Botan dengan tangannya sendiri.

Lamunannya terganggu saat tiba-tiba dia menyadari kehadiran seseorang dari belakangnya. Seorang pria bermasker datang dengan membawa sebuah samurai.

Tanpa ba-bi-bu, si pria bermasker pun menyerang Daniel. Tapi untunglah Daniel tak kalah tangkas darinya. Dengan hanya bermodal dasi, Daniel pun balas menyerang dan mengalahkan si pria bermasker dengan mudah. (Hmm, adegan tarungnya kurang natural sebenarnya, tapi lumayanlah)


Kedua bodyguard-nya Daniel baru muncul saat bos mereka sudah berhasil mengalahkan pria itu sendirian. Daniel langsung mencopot masker si penyerangnya dan mendapati orang itu ternyata Oliver Pan, seorang interpol.

Chen Biao nyinyir. Apa dia lagi bosan jadi interpol sampai dia cari mati di sini?

"Aku cuma ingin mengetes kemampuan sang ketua geng Golden Dragon. Geng mafia dari Hong Kong."

"Jadi, apa sekarang sudah jelas."

"Jelas tentang kemampuannya. Tapi masih belum jelas akan kenapa White Tiger berani memusuhimu?"

"Jika kau ingin menjadi besar, maka kau akan menjadi besar. Kau akan menjadi apapun yang kau inginkan. Karena mereka ingin menjadi musuhku, maka mereka akan mendapatkan pelajaran dariku juga."

"Lalu membiarkan polisi membereskan kekacauanmu." Sindir Oliver.


Katakan, di mana buku yang katanya mau Daniel berikan padanya. Tapi Daniel tidak bisa memberikannya sekarang. Besok saja mereka bertemu lagi. Daniel akan memberikan buku itu nanti.

"Aku sudah gatal ingin melihat buku itu. Buku yang menyimpan rahasia geng White Tiger."


Kedua orang tua Fahsai menjalankan usaha cafe di rumah saat Fai datang mengantarkan Fahsai pulang. Ibu memperhatikan mata Fahsai yang bengkak dan langsung cemas, apa dia habis nangis.

Fai mengiyakannya, tapi dia beralasan kalau Fahsai menangis cuma karena tadi ada anjing ditabrak mobil dan Fahsai tidak bisa menolongnya.

Ibu percaya dan langsung mengomeli Fahsai yang dari dulu tidak mau mendengarkan nasehat Ibu untuk belajar kedokteran hewan. Tapi yah... Fahsai memang tidak sepintar Dr. Itt sih.

Ngomong-ngomong tentang Dr. Itt, sepertinya sudah beberapa hari ini Dr. Itt tidak datang ke rumah. Tapi Fahsai belum siap memberitahu kedua orang tuanya dan akhirnya hanya beralasan kalau Itt cuma lagi sibuk.


Fei benar-benar heran melihatnya, mau sampai kapan Fahsai mau merahasiakan masalah ini dari kedua orang tuanya. Tepat saat itu juga, Fai ditelepon Nuch yang tiba-tiba saja mengumumkan kalau dia tidak bisa ikut ke Jepang soalnya ada saudaranya yang meninggal dunia.


Di kamarnya, Fahsai menangis sedih saat melihat foto-foto kenangan indahnya bersama Dr. Itt. Tapi tiba-tiba Fai mengetuk pintunya, Fahsai pun cepat-cepat menghapus air matanya sebelum membuka pintu dengan wajah pura-pura ceria.

Fai dengan antusias mengajak Fahsai pergi ke Jepanga bersamanya, soalnya Nuch tidak bisa pergi. Fahsai ragu, Fai meyakinkannya untuk ikut bersamanya saja, terutama jika dia tidak ingin kedua orang tuanya tahu kalau dia bersedih karena Dr. Itt.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments