Sinopsis Put Your Head on My Shoulder Episode 7 - 1
Mengira dia Mo Mo, Fu Pei tiba-tiba menarik Shan Shan mendekat untuk menci*mnya... saat tiba-tiba saja terdengar gelas pecah.
Mo Mo shock melihat pemandangan itu hingga dia tak sengaja melepaskan gelasnya sampai pecah. Sontak kedua orang itu menjauh dengan canggung. Tapi seperti biasanya, Mo Mo tetap bersikap tenang dan mengusir mereka secara halus.
Fu Pei menyesal seketika. Shan Shan ingin menjelaskan, tapi Wei Yi tegas meminta mereka untuk pulang saja.
Begitu kedua orang itu pergi, Mo Mo langsung termenung sedih tanpa menangis menatap pecahan gelasnya, teringat kenangan-kenangan masa lalunya bersama Fu Pei.
"Setiap barang pecah belah selalu memiliki stiker peringatan di bungkusnya. Tapi tidak semua orang mengindahkan peringatan itu. Mereka pikir kalau barang-barang itu tidak akan mudah pecah. Jadi tidak apa-apa. Tapi begitu mereka membuka bungkusnya, mereka mendapatinya sudah hancur. Apa yang harus dilakukan? Kita harus membuangnya."
Mo Mo mau balik ke asrama keesokan harinya, tapi Wei Yi mendadak melarangnya pergi. Kenapa?
"Bersihkan semuanya dulu."
Mo Mo bingung, perasaan sudah bersih deh. Pfft! Wei Yi bingung celingukan mencari alasan hingga akhirnya dia melihat stiker Doraemonnya Mo Mo. Singkirkan stiker ini dari dinding!
Tapi Mo Mo ragu, takutnya catnya bakalan mengelupas kalau dia cabut stiker itu. Wei Yi tambah semangat memanfaatkannya untuk membuat Mo Mo tinggal lebih lama dengan menuntut Mo Mo tetap di sini untuk memperbaiki dindingnya.
Tapi saat Mo Mo mencabutnya, stiker-stiker itu malah tercabut dengan mudahnya dan tidak membuat dindingnya mengelupas sedikitpun. Pfft! Gagal deh rencana Wei Yi.
Sekarang dia tambah bingung mau nyari alasan apa lagi... dan akhirnya dia beralasan kalau saluran airnya tersumbat.
Padahal airnya tetap mengalir lancar dan Mo Mo sama sekali tidak bisa melihat di mana masalahnya, tapi Wei Yi ngotot mengklaim kalau kecepatan aliran airnya tidak secepat biasanya, ini gara-gara rambutnya Mo Mo yang menyumbat saluran airnya.
Mo Mo terpaksa mencoba menyedot saluran airnya dengan kesal. Baiklah, Wei Yi akan panggil tukang ledeng saja besok.
"Kalau begitu, aku pergi!"
Tapi lagi-lagi Wei Yi menghentikannya, kali ini dia beralasan kalau sekarang sudah sore, jadi baru besok dia bisa memanggil tukang ledengnya.
Masalahnya besok dia harus keluar rumah, jadi bisakah Mo Mo yang menunggu tukang ledengnya di sini? Mo Mo benar-benar harus menahan emosi mendengarnya, baiklah dia setuju.
Malam harinya, mereka berdua lirik-lirikan dengan canggung. Mo Mo tidak tahan lagi dan akhirnya memutuskan mau buat ramen. Tapi saat dia mencoba mencari ramennya, malah tidak ada. Di mana ramennya?
"Sudah kumakan. Akan kubelikan. Kau mau yang merek apa?"
"Apa saja."
"Apa kau mau beli yang lainnya? Telur mungkin?"
"Aku ikut saja."
Sesampainya di supermarket, Mo Mo langsung tertarik dengan deretan kue-kue di etalase. Seorang sales mencoba menawarkan sample kue ke Wei Yi, tapi ditolak mentah-mentah, dia tidak suka manis.
Tapi saat Mo Mo yang menyuapinya, dia langsung melahap kue itu dengan senang hati dan setuju untuk membelinya. Si sales sampai geli melihatnya.
Mo Mo fokus memilih dan memasukkan mie berbagai macam rasa ke dalam troli. Tapi saat dia memasukkan mie yang terakhir, dia malah salah melemparnya ke lantai gara-gara Wei Yi menghilang dan meninggalkan trolinya begitu saja. Ke mana dia?
Ternyata Wei Yi sedang berada di area barang elektronik gara-gara tertarik pada robot vacuum. Dia bahkan berniat mau beli 3 buah. Si sales jelas senang dan langsung semangat mempromosikan produk robot lainnya.
Mo Mo akhirnya menemukannya dan langsung mencerewetinya bak seorang istri yang tidak setuju suaminya beli barang-barang mahal.
"Aku mampu membelinya kok," santai Wei Yi.
Si sales langsung mencoba mempromosikan robot AI itu pada Mo Mo. Robot ini bukan hanya bisa mengendalikan peralatan elektronik lainnya, tapi juga bisa diajak ngobrol loh.
"Ini bisa ngobrol denganku."
"Aku juga bisa! Ayo pulang!"
Wei Yi kontan sumringah mendengarnya. Si sales masih belum menyerah dan balik membujuk Wei Yi lagi, dia pasti sangat mencintai pacarnya kan, semua robot yang mereka jual sangat berguna dan bisa membantu mereka mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga.
"Kau harus membelinya jika kau sangat mencintai pacarmu."
Mo Mo dan Wei Yi canggung mendengarnya. Mo Mo buru-buru menjelaskan, mereka bukan pasangan. Hah? Bibi jadi heran, kalau bukan pacar terus kenapa Mo Mo peduli banget sama Wei Yi?
Wei Yi akhirnya memutuskan untuk membeli satu saja robot vacuum. Si kasir memberitahu mereka bahwa ada promosi jika mereka belanja 200 RMB akan dapat tas, sedangkan total belanjaan mereka baru 190 RMB, robot vacuum tidak dihitung.
Maka Mo Mo asal saja mengambil salah satu barang terdekat yang dia kira permen karet biar dapat tas promosi itu.
Sesampainya di rumah, Wei Yi langsung membaca buku petunjuk si robot vacuum. Sambil baca, tangannya meraih kotak permen karet yang tadi. Dia santai saja membuka pembungkusnya... tapi malah mendapati isinya ternyata k~~~~m. Wkwkwk!
Mo Mo baru keluar dari kamar mandi saat itu, Wei Yi kontan panik menyembunyikan benda itu di dalam kantong depan tasnya lalu buru-buru menindihnya. Mo Mo heran melihat tingkahnya.
Tak lama kemudian, si robot mulai beraksi membersihkan lantai dan masuk ke kamarnya Wei Yi yang sedang sibuk menulis daftar segala macam alasan yang mau dia buat untuk membuat Mo Mo tetap tinggal bersamanya.
Keesokan harinya, Mo Mo nggak sabaran banget ingin tukang ledengnya segera datang. Maka Wei Yi pun mulai melancarkan aksi meyakinkan Mo Mo untuk tetap tinggal di sini saja.
Pertama, apartemen ini dekat dengan tempat interview-nya Mo Mo, dia bahkan bisa jalan kaki ke kantor.
"Aku bahkan tidak yakin kalau aku akan diterima."
Alasan kedua, aturan di asrama kampus belakangan ini sangat ketat. Kampus kan jauh dari kantor, dia harus memikirkan masalah ini jika nantinya dia mulai magang.
Ketiga, ibunya Mo Mo sudah membayar biaya sewa satu tahun pada ibunya Wei Yi. Jika Mo Mo pindah, ibunya Wei Yi pastia akan mengembalikan uang ibunya Mo Mo. Tapi dia tidak yakin kalau ibunya Mo Mo akan memberikan uang sewa pada Mo Mo untuk menyewa rumah lain.
Tepat saat itu juga, kurir datang mengantarkan paket untuk Wei Yi... yang ternyata surat kontrak Mo Mo yang dikirim oleh Ibu. Terang saja Wei Yi langsung memanfaatkan kontrak itu untuk menekan Mo Mo agar tetap tinggal bersamanya.
Wei Yi meyakinkan kalau dia akan tinggal di sini hanya sampai penelitiannya di kampus lama selesai, setelah itu dia akan kembali ke asrama kampus. Sebentar! Mo Mo heran, kenapa Wei Yi ingin dia tinggal di sini?
"Karena aku takut sama ibumu." (Pfft!)
Si tukang ledeng akhirnya datang. Mo Mo boleh pergi sekarang, biar Wei Yi sendiri yang mengurusnya.
Dia pura-pura mengawasi pekerjaan si tukang ledeng di kamar mandi. Tapi begitu Mo Mo pamit pergi, dia sontak masuk ke kamarnya Mo Mo... dan langsung lega melihat kopernya Mo Mo masih ada di sana.
Sekarang dia bingung di mana dia harus menyembunyikan kontrak itu. Di bawah sofa, di balik lukisan, di dalam kulkas, di dalam wadah beras, nggak ada yang bener. Tapi kemudian dia punya ide lalu menyembunyikannya entah di mana.
Mo Mo kembali ke asrama dan mendapati Meng Lu sedang mencoba mendadani Niu Niu. Tapi dia bingung kenapa alisnya Niu Niu tidak cocok dengan semua warna yah? Menurut Mo Mo, mungkin alisnya perlu dibuat lebih tebal lagi. Hah? Jadi Shinchan dong?
"Sini biar kucoba."
Niu Niu kontan panik kabur darinya dan jadilah kedua gadis itu kejar-kejaran... tepat saat Shan Shan baru kembali. Mo Mo dan Shan Shan kontan canggung bertemu satu sama lain lagi. Mereka memang saling menyapa, tapi terasa sekali kecanggungan di antara mereka dan hal itu disadari oleh Meng Lu.
Tiba-tiba Mo Mo ditelepon pihak Ori Advertising yang mengabarkan kalau dia diterima. Mo Mo hampir saja menjerit saking senangnya, tapi menyadari Shan Shan lagi pakai headphone, dia akhirnya menahan diri.
Meng Lu benar-benar heran dengan mereka dan langsung terang-terangan menanyakan hal itu ke Mo Mo. Apa yang terjadi di antara mereka?
"Tidak ada apa-apa kok. Oh yah, aku akan pindah lagi."
"Kenapa?!"
"Aku diterima kerja di Ori Advertising."
Meng Lu senang dan langsung mengucap selamat untuknya, Shan Shan diam-diam mendengarnya juga dan turut bahagia untuknya.
Bersambung ke part 2
1 Comments
Lanjut...
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam