Beauty tiba-tiba membeku di tempat karena kutukan Sang Dewi. Dengan tenang Dewi memberitahunya bahwa Beauty bisa terlepas dari kutukan ini hanya jika dia berhasil menyelesaikan 3 misi.
Pertama, dia harus memikirkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain alih-alih memikirkan kebaikan dirinya sendiri dan dia harus melakukannya selama 3 jam berturut-turut.
"Aku sedang tidak mood bermain denganmu!" Kesal Beauty.
Dewi tenang melanjutkan. Yang kedua, Beauty harus melakukan perbuatan baik dua kali lipat dari semua perbuatan buruknya.
"Yang terakhir, kau harus mendapatkan c**man dari seorang pria yang benar-benar kau cintai. Seseorang yang kau cintai lebih daripada hidupmu sendiri."
"Omong kosong macam apa itu? Keluar dari kamarku! Keluar!"
Dewi mengibaskan tangannya dan seketika itu pula Beauty mendadak berubah menjadi burung. Tugasnya selesai, Dewi pun keluar dan santai berjalan melewati para anak buahnya Beauty yang sedari tadi menguping di luar.
Tapi ia tak terlihat oleh mereka dan hanya si burung Beauty yang bisa melihatnya. Beauty berusaha mengejarnya, tapi Dewi menghilang dengan cepat sesampainya di pojokan.
Orang-orang bingung karena tidak menemukan Beauty di kamarnya dan hanya menemukan bajunya berserakan di lantai. Beauty terbang kembali ke kamarnya, tapi dia sama sekali belum menyadari perubahan dirinya dan dengan santainya marah-marah pada mereka.
Tapi tentu saja tak ada yang bisa mendengarnya. Dia lebih bingung lagi saat melihat baju merahnya ada di tangan Sekretarisnya.
Saat dia mencoba melihat t**uhnya, dia malah mendapati dirinya tampak memki baju yang penuh bulu-bulu burung yang membuatnya jijik.
Tapi itu tidak penting sekarang karena saat itu juga, dia melihat orang-orang itu sedang asyik menggosipkannya dan menertawainya. Mereka benar-benar kesal dengan sikap Beauty.
"Orang sombong kayak dia itu selalu menginjak-injakku bahkan saat dia lagi jalan."
"Dia tuh bikin sakit kepala saja. Kita bahkan tidak ada baginya. Dia tidak pernah peduli seberapapun bagusnya pekerjaan kita. Dan dia selalu saja berteriak 'pecat, pecat, pecat' kapanpun dia suka."
"Bahkan sekalipun dia tidak memecatku, aku akan pergi. Aku capek sama dia. Lebih baik bekerja dengan orang lain yang perangainya lebih baik."
"Tapi gajimu kan besar. Bertahan saja demi uang."
"Eh, siapa juga yang mau menerima orang semacam ini jadi istri? Biarpun dia ahli waris konglomerat, tapi sikap dan kepribadiannya akan membuat para pria kabur. Iya nggak?"
"Betul!"
"Makanya orang bilang, wajah cantik dan uang banyak saja tidak cukup."
"Wajahnya seperti malaikat, tapi kepribadiannya seperti penyihir."
Beauty jelas kesal mendengar semua itu. Di berusaha menegur dan memarahi mereka, bahkan mengancam akan memecat mereka. Sayang, tak ada satupun yang bisa mendengarnya.
Sedih, Beauty memutuskan keluar dan bertengger di sebatang dahan. Di kejauhan, dia bisa melihat konferensi press tentang insiden tadi.
Seorang wartawan tanya apakah benar Beauty suka bikin perkara bagi event organizer. Manajer menyangkalnya dan beralasan kalau Beauty hanya memiliki standar yang sangat tinggi dan memiliki ketakutan mental terhadap burung. Dan karenanya, mereka tidak akan lagi menjadikan Beauty model mereka di masa depan nanti.
Kesal, Beauty mengklaim kalau dialah yang tidak akan mau bekerja sama dengan mereka lagi. Tapi siapa yang bisa mendengarnya, suara yang keluar dari dirinya cuma suara dekut burung.
Dia langsung menyerang si manajer. Jadilah pihak penyelenggara heboh mengejar si burung pakai jala. Beauty melarikan diri dengan bingung, tak mengerti kenapa mereka malah mengejarnya.
Untunglah dia berhasil menyembunyikan dirinya ke toilet. Dan di sanalah Beauty akhirnya melihat bayangan dirinya di cermin dan langsung shock berat.
"Aku berubah jadi burung? Tidak mungkin! Tidak mungkin! Kegilaan apa ini? Tidak! Aku bukan burung. Tidak! Aku tidak mau! Singkirkan semua bulu-bulu ini dariku! Singkirkan! Singkirkan! Singkirkan!"
Saat itulah tiba-tiba terdengar suara Dewi. "Kau akan menyatu dengan apapun yang kau benci."
Beauty kontan menjerit histeris.
Jadecharn melihat-lihat foto-foto Beauty yang dipotretnya tadi di bar. Sekretarisnya datang tak lama kemudian untuk memberitahunya bahwa pak menteri ingin bertemu dengannya sekarang.
Tapi saat dia hendak pergi, dia melihat Orn sedang menyendiri di salah satu meja. Dia langsung mendekati Orn dan tanpa basa-basi menawari Orn jadi model untuk perusahaannya juga. Dia janji akan membuat catwalk tanpa tangga biar dia tidak jatuh. Kesal dan tersinggung, Orn langsung pergi menjauhinya.
Beauty hinggap di pagar pembatas jalan, bingung tak tahu bagaimana caranya dia bisa pulang sekarang. Tepat saat itu juga dia melihat mobilnya para staf-nya lewat, Beauty langsung terbang ke depan mobil mereka, berniat menghentikan mereka tapi mereka langsung melaju lurus mengacuhkan si burung.
Bahkan taksi pun tak mempedulikannya. Kesal, Beauty sontak menggerutui Dewi. "Hei, penyihir! Kenapa kau mengutukku?! Memangnya aku salah apa? Aku mau pulang!"
Akhirnya dia hanya bisa merana di pinggir jalan tak tahu harus bagaimana. Lalita kasihan melihat putrinya seperti itu, tapi tak ada yang bisa dilakukannya.
Ayahnya Tee merasa bersalah pada Beauty, Ayahnya Beauty pasti marah padanya kalau tahu dia tidak bisa membantu putrinya. Ibu bisa maklum. Sebenarnya itu insiden kecil. Tapi masalahnya, itu terjadi di sebuah event besar. Beauty pasti sangat malu.
Ayah usul agar Beauty bekerja di perusahaan saja bersama Tee, toh dia kan co-CEO, sama seperti dirinya dan Ayahnya Beuaty dulu.
Tee tak yakin itu, soalnya Paman Korn sudah pernah membujuknya berkali-kali untuk bekerja di perusahaan, tapi Beauty tak pernah peduli. Orang semacam Beauty itu tidak bisa melakukan apapun. Menjadikannya co-CEO (namanya saja) dan memberinya keuntungan saja sudah cukup.
"Kalau dia dibiarkan kerja di perusahaan, pasti akan terjadi kekacauan."
Ayahnya Tee menyayangkan bakatnya Beauty yang tersia-sia. Bahkan Ayahnya Beauty berharap putrinya bisa mengembangkan perusahaannya. Tee langsung nyinyir mendengarnya.
"Berhentilah marah padanya, Tee. Masa kecil kalian kan sudah berlalu lama."
"Aku tidak marah, bu. Aku hanya tidak mau orang yang tidak punya sopan santun itu menjadi bagian dari perusahaan."
"Dia mungkin sudah berubah. Kita kan sudah lama tidak bertemu dengannya."
"Ibu tidak melihatnya di acara itu? Orang seperti itu tidak akan pernah berubah."
Mereka dan Beauty tinggal berdekatan, tapi alasan mereka tidak pernah bertemu Beauty adalah karena Beauty sendiri. Dia tidak peduli untuk bersosialisasi dengan yang lain. Seumur-umur, dia tidak pernah melihat seseorang sebodoh, setolol dan tidak masuk akal seperti Beauty itu.
"Tolong jangan biarkan dia jadi bagian dari hidupku. Kumohon."
Setelah susah payah terbang jauh, Beauty akhirnya sampai juga di depan rumahnya. Tapi gerbangnya tertutup dan dia tidak berdaya untuk membukanya. Satpam keluar dari posnya tak lama kemudian dan Beauty langsung memerintahkannya membuka pintu.
Tapi karena majikannya takut burung, si satpam langsung ambil tongkat dan menghantamkannya ke si burung. jadilah Beauty berlarian kesana-kemari berusaha menghindari sabetan si satpam.
Tiba-tiba dia melihat lubang di atas gerbang dan langsung terbang masuk lewat lubang itu. Satpam langsung panik, dia bisa dipacat kalau begini.
Walaupun sudah berhasil masuk, tapi sekarang Beauty terhalang pintu. Tak bisa membukanya, jadilah dia mencoba menabrak-nabrakkan dirinya ke pintu tapi tetap saja gagal.
Tak lama kemudian dia melihat Bibi Jan dan seorang pelayan lewat, Beauty semakin semangat menabrak-nabrakkan dirinya ke pintu kaca itu untuk menarik perhatian Bibi Jan. Tapi tak ada yang memperhatikannya.
Si pelayan mendengar suara kaca-nya diketuk. Tapi tepat saat dia membuka tirai, Beauty kesakitan dan akhirnya jatuh, jadilah si pelayan tak melihat ada siapapun atau apapun di luar jendela.
Beauty jadi semakin merana. Dia sudah pulang, tapi tetap saja tidak bisa masuk. Parahnya lagi, si satpam muncul lagi di sana dan kali ini dia bawa jala. Beauty sontak melarikan diri darinya sambil jejeritan gaje mengutuki si satpam.
Untunglah perhatian si satpam teralih dengan cepat gara-gara anak-anak buahnya Beauty yang baru kembali. Bibi Jan membuka pintu untuk mereka dan menanyakan Beuaty. Tapi tak ada yang tahu ke mana Beauty pergi, mereka malah menduga kalau Beauty lagi senang-senang dan akan pulang pagi.
Beauty berusaha memberitahu Bibi Jan kalau dia ada di sana, tapi tak ada yang bisa mendengarnya. Karena pintu terbuka, Beauty akhirnya bisa masuk rumahnya.
Paman Korn mendapati Pat masih sibuk nonton TV sambil berkutat dengan laptopnya. Dia lagi antusias menunggu munculnya berita tentang jatuhnya Beauty di panggung tadi.
Paman Korn jelas tak suka. "Kau seharusnya prihatin padanya dan bukannya menertawakannya seperti ini. Beauty itu suadaramu!"
"Kami bahkan tidak berasal dari satu ayah dan ibu."
"Tapi paman Bavorn dan aku saudara kandung, Pat!"
"Kalau begitu, kenapa dia tidak menyebutkan nama ayah sebagai presiden perusahaan dalam surat wasiatnya? Dia malah menunjuk si gadis bodoh itu dan P'Tee."
"Perusahaan itu milik pamanmu, bukan milik ayah."
"Biarpun begitu, ayah sangat berdedikasi pada pekerjaan ayah hingga ayah bahkan tak punya waktu untuk diri ayah sendiri. Itu tidak adil."
"Kalau kau mau adil. Dirikan saja perusahaanmu sendiri, jadi kau bisa berbuat apapun semaumu."
"Baik. Suatu hari, aku pasti akan membuat itu terjadi dan aku tidak akan menjadi seperti Beauty, seorang presiden yang tidak berguna dan cuma nama saja."
Mereka mengecek ke kamarnya Beauty tapi tak melihat Beauty di mana-mana... sama sekali tak melihat si burung yang hinggap di sofa. Bibi Jan jadi khawatir. ke mana perginya Beauty? Biasanya Beauty selalu menelepon kalau tidak pulang.
Sekretaris mengingatkan kalau Beauty meninggalkan semua barang-barangnya termasuk ponselnya di hotel, jadi tidak mungkin dia bisa menelepon rumah. Tenang saja, dia yakin kalau Beauty cuma sedang marah, dia pasti akan kembali kalau sudah tenang.
Mereka lalu pergi dan mematikan semua lampu kamar padahal Beauty sudah berusaha berteriak-teriak menyuruh mereka untuk tidak mematikannya. Jadilah Beauty ketakutan di ruang gelap itu sendirian.
Dia berusaha menyalakannya kembali. Tapi apalah daya seekor burung kecil saat mencoba memencet saklar lampu yang keras itu. Beauty tak menyerah dan terus berusaha memukulkan kepalanya ke saklar lampu berulang kali... hingga akhirnya dia berhasil juga menyalahkan lampunya.
Sekali lagi dia mengecek bayangan dirinya di cermin dan benar-benar mendapati dirinya berwujud burung. Beauty sontak menjerit shock. "Jelek! Aku tidak mau! Aku tidak mau jadi burung! Kau tidak bisa melakukan ini padaku! Aku orang yang cantik!"
"Kau masih mencemaskan kecantikanmu?" Tegur Dewi yang kemudian muncul di hadapan Beauty.
"Dasar penyihir! Cepat hilangkan kutukannya! Cepatan! Sekarang!"
"Berhentilah atau kau akan menjadi burung selamanya. Dengarkan baik-baik. Aku akan mengatakannya untuk yang terakhir kalinya."
Dewi memberitahu bahwa mulai sekarang, Beauty akan menjadi burung setiap kali matahari terbenam setiap hari dan kembali jadi manusia saat matahari terbit.
Sekali lagi ia mengingatkan Beauty bahwa kutukan ini akan hilang, hanya jika Beauty melaksanakan tiga misi yang ia sebutkan tadi.
"Melakukan apa? Aku tidak tahu."
"Itu karena kau tidak pernah mendengarkan orang lain! Sudahlah, akan kukatakan sekali lagi."
Pertama, dia harus memikirkan keuntungan bagi orang lain dan bukannya cuma memikirkan kebaikan dirinya sendiri. Kedua, Beauty harus melakukan perbuatan baik dua kali lipat dari semua perbuatan jahat yang pernah diperbuatnya selama ini.
"Aku tidak pernah berbuat jahat!"
"Dan yang terakhir. Kau harus mendapat c**man dari seorang pria yang kau cintai lebih daripada hidupmu."
"Cuma itu doang? Jika aku melakukan ketiga 3 hal itu, kutukannya akan hilang, kan?"
"Kuberi kau waktu 3 bulan. Jika kau tidak bisa melakukannya, maka kau akan selamanya menjadi burung."
Dewi langsung menghilang setelahnya. Beauty nyinyir meremehkan misinya Dewi. Melakukan kebaikan dan keuntungan bagi orang lain? Gampang. Apalagi c**mannya, gampang banget.
"Eh, Penyihir. Kau pasti tidak tahu kalau orang-orang itu tergila-gila padaku. Aku punya ratusan follower di Instagram."
"Dengarkan aku. Itu adalah ciuman dengan pria yang kau cintai lebih daripada hidupmu sendiri, bukan pria yang mencintaimu." Ujar suara Dewi. Ia kemudian memberinya sebuah jimat kristal yang entah apa gunanya.
Tee mengambil sebuah buku saat tiba-tiba sebuah foto terjatuh dari dalamnya. Foto masa kecilnya bersama Beauty dan Pat, foto yang membuatnya teringat kembali hinaan Beauty padanya. Kesal, dia langsung meremas foto itu dan membantingnya.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam