Fang Ru melihat Hao Jia menggalau ria di depan kamarnya Putra Mahkota. Walaupun sikapnya masih sok sinis seperti biasanya, tapi jelas Fang Ru sekarang sudah mulai berbelas kasihan pada Hao Jia, karena menyadari situasinya dan Hao Jia sebenarnya sama saja. Dua wanita yang harus bertahan hidup dengan mengandalkan seorang pria.
Fang Ru bahkan berbaik hati mengajak Hao Jia masuk menemui Putra Mahkota untuk mendapatkan kembali hatinya. Karena Hao Jia memang cukup bijak dan pandai bicara, dia bisa dengan cepat menyenangkan Putra Mahkota.
Fang Ru tidak tampak cemburu walaupun sikapnya masih sok jaim, mengklaim bahwa dia melakukan ini hanya karena dia takut jika Hao Jia terus diabaikan, mungkin Hao Jia akan bertindak nekat dan dia yang bakalan harus kerepotan mengurus mayatnya Hao Jia.
Apa pun alasan yang dikemukakan Fang Ru, tetap saja Hao Jia bukan orang yang tidak tahu diri. Dia bisa melihat dengan jelas perhatian Fang Ru padanya. Karena itulah, dia setulus hati mengucap terima kasih atas perhatian dan bantuan Fang Ru.
Li Wei masih saja terus memanggil Yin Zheng dengan sebutan 'Tuan Muda' yang sontak membuat Yin Zheng protes karena panggilan itu terdengar asing dan jauh. Li Wei kan jadi bingung, terus dia harus memanggil apa? Zheng gege? Pfft! Nggak banget deh, jadi kayak Song Wu. Mending panggil nama langsung saja.
Baiklah. Li Wei datang untuk meminjam gunting soalnya dia dapat surat dari Hao Jia. Hah? Tapi kan kediaman mereka ditutup, bagaimana caranya Li Wei mendapatkan surat dari luar?
"Sama seperti sebelumnya, dibawa masuk petugas sampah," jawab Li Wei.
Dalam suratnya, Hao Jia meminta maaf karena suaminya membuat kediaman mereka ditutup. Li Wei memberitahu Yin Zheng bahwa hidup Hao Jia sendiri tidak mudah, dia bahkan dihukum berlutut semalaman setelah dia menghadiri pesta peresmian rumah mereka waktu itu.
Tujuan Li Wei datang kemari hanya untuk berbagi masalahnya pada Yin Zheng. Sekarang sudah selesai, Li Wei pun pamit. Tapi sebelum pergi, terlebih dulu dia berkata, "jangan terlalu lelah, Yin Zheng."
Aww, Yin Zheng sontak sumringah mendengarnya. Su Shen pun ikut senang sampai refleks cekikian. Hehe.
Bukan cuma memberi perhatian pada Yin Zheng, Li Wei juga perhatian banget pada Yuan Ying dengan mengirimkan penghangat tangan untuk Yuan Ying. Sebenarnya Yuan Ying sedang masuk angin, tapi tetap saja dia keras kepala menolak beristirahat demi menyelesaikan pekerjaannya.
Dia juga menolak boros dengan menolak menyalakan lebih banyak penghangat biarpun dia kedinginan, mengingat persediaan rumah tangga kiriman dari istana untuk kediaman Tuan Muda Keenam biasanya lebih sedikit karena dia adalah pangeran yang diabaikan.
Di kediaman baru mereka, Shangguan Jing dan Yin Qi ribut berdebat heboh gara-gara persiapan peresmian rumah baru mereka. Jing ribut memberi perintah sana-sini dan Yin Qi kerepotan jadi pembantunya.
Yin Yan dan Si Si juga seharusnya membuat pesta peresmian rumah baru, tapi sebagai orang yang sama-sama introvert, mereka jelas tidak nyaman dengan acara sosial semacam itu... hingga akhirnya mereka sepakat untuk tidak perlu mengadakan pesta, cukup mengirim rantang makanan syukuran rumah baru saja. Mantap! Ide yang sangat bagus dan tepat untuk orang introvert.
Berbeda dengan si pasangan introvert, Li Wei si ekstrovert jelas bosan setengah mati dikurung di dalam rumah setiap hari seperti ini. Demi membunuh kebosanan, dia akhirnya mengajak Su Shen dan Song Wu untuk main mahjong.
Yin Zheng yang baru datang juga langsung dipaksa ikut. Tapi, pastinya, si jenius Yin Zheng yang terus menerus memenangkan permainan. Dia bahkan tidak memberi belas kasihan pada yang lain dan memborong semua kemenangan sendiri.
Jelas saja yang lain jadi sebal karenanya. Mereka akhirnya memutuskan untuk ganti permainan di luar ruangan, main lempar ring. Li Wei berhasil memenangkan satu gelang giok, tapi yang lain meleset terus.
Yang tidak disangka-sangka, Koki Liu ternyata bukan cuma pintar masak, dia juga mahir dalam permainan ini hingga sukses melempar ring tepat sasaran terus menerus, semua hadiah dia borong sampai mereka kehabisan barang.
Song Wu mendadak punya ide untuk mengambil barang dari kamarnya Yuan Ying. Errr... ngomong-ngomong tentang Yuan Ying, kok Li Wei mendadak bergidik yah?
Tepat saat itu juga, Ibu Bos Yuan Ying benar-benar muncul dari belakang dengan wajah seram menakutnya untuk menjemput anak-anaknya pulang. Wkwkwk! Jadilah Yin Zheng dan Li Wei disidang dan diomeli habis-habisan kayak sepasang anak kecil nakal diomeli ibu mereka.
Jelas dia marah, rencananya untuk segera pulang ke kampung halamannya jadi tertunda gara-gara kejadian ini, diperparah dengan mereka berdua yang malah tidak serius.
Yin Zheng setulus hati meminta maaf karena telah menyebabkan kejadian ini, tapi dia meyakinkan bahwa rencana mereka pasti akan ada hasilnya beberapa hari lagi. Maksudnya? Jadi begini, Yin Zheng diam-diam menugaskan Yin An dan Yin Qi (yang baru saja bertugas di pemerintahan) untuk mengurus pasar malam.
Yin Zheng tahu betul bahwa biarpun Putra Mahkota dan para petugas Departemen Administrasi tidak ada yang menyukai proyek pasar malam, tapi Tuan Besar tidak mungkin menyingkirkan pasar malam karena bisnis pasar malam sangat diperlukan dan berguna untuk membangkitkan perekonomian wilayah mereka.
Bagaimana cara Yin Zheng berkomunikasi dengan Yin An? Tentu saja pakai caranya Li Wei, menyelundupkan keluar-masuk surat-surat melalui petugas sampah.
Yin Zheng dan Li Wei juga sudah memikirkan rencana lanjutan untuk mengembangkan pasar malam, yaitu merekrut petugas-petugas muda khusus untuk menjaga keamanan dan ketertiban di pasar malam.
Petugas-petugas ini boleh siapa saja, dari kalangan menegah ke bawah pun boleh asalkan memiliki fisik dan mental yang kuat. Mereka juga akan diajari etika dan literasi. Jam kerja, libur dan gaji mereka juga akan diatur secara khusus.
Li Wei dan Yin Zheng juga punya ide untuk membiarkan wanita berbisnis UMKM. Hanya saja, karena Xinchuan masih sangat menjunjung tinggi tradisi kuno yang mengikat wanita, ide ini mungkin akan cukup sulit terealisasi.
Tapi, tidak ada salahnya kan untuk dicoba? Yuan Ying dan Song Wu kompak setuju untuk ide yang terakhir itu. Tapi karena Yuan Ying khawatir orang luar kurang teliti, jadi dia menuntut agar dia saja yang mengawasi pembukuan pasar malam.
Diskusi selesai, Yuan Ying pun pamit. Hah? Dia bahkan belum makan secuil pun loh sedari tadi. Tuh orang manusia kah? Kok bisa kuat berdiri tanpa makan sedikit pun?
Beberapa waktu kemudian, Yin Zheng tiba-tiba mendapat panggilan ke istana. Akhirnya! Tuan Besar mengajak Yin Zheng bermain catur dan dari cara bermainnya saja Tuan Besar bisa langsung tahu betapa pintar dan cerdiknya Yin Zheng, sesuatu yang tidak pernah dia sangka-sangka selama ini.
Tuan Besar bahkan bisa menebak dengan tepat kalau Yin Zheng juga turut berpartisipasi dalam kepengurusan pasar malam biarpun dia dikurung. Tapi Tuan Besar tidak marah, bahkan dengan sabar mendengarkan komentar Yin Zheng tentang penilaiannya terhadap wilayah mereka.
Menurut Yin Zheng, wilayah mereka ini biarpun yang terkuat dari sembilan wilayah, namun dalam beberapa hal, mereka banyak ketinggalan dibanding Jinchuan dan Danchuan. Untungnya Tuan Besar bersedia menerima perubahan demi kemajuan dengan cara memajukan aspek pertanian dan perdagangan.
Tapi sayangnya, mereka malah terkendala oleh para pejabat lain yang masih berpikiran kuno. Yin Zheng jadi tidak berani bersuara. Tuan Besar jadi penasaran dengan rencana Yin Zheng. Yin Zheng pun langsung mengajukan berbagai usulan untuk mengembangkan pasar malam dan perekonomian wilayah secara keseluruhan, termasuk membuat mata uang baru.
Selama ini mereka hanya memakai uang perak dan koin, uang semacam itu cukup berat untuk dibawa ke mana-mana dan kurang efektif. Karena itulah, Yin Zheng mengusulkan agar mereka membuat uang kertas.
Yin Zheng bahkan sudah membuat desain mata uang baru. Tentu saja dia tidak asal mengusulkan ide ini, sebelumnya dia sudah melakukan penelitian pasar dan mendapati ada beberapa pedagang yang bertransaksi dengan uang kertas.
Dalam buku sejarah juga pernah ada sebuah dinasti yang menggunakan uang kertas, hanya saja pada dinasti yang dulu, penggunaan uang kertas gagal karena sistemnya kurang terurus dengan baik.
Karena itulah, jika mereka ingin menyukseskan penggunakan uang kertas, maka terlebih dulu mereka harus memperbaiki sistem dan memperkuat kepengurusan. Hmm, bagaimana jawaban Tuan Besar?
Di rumah, Li Wei panik karena Yuan Ying tiba-tiba pingsan dan butuh tabib tapi mereka malah dihalangi oleh para prajurit istana. Tapi kemudian, Song Wu dan Li Wei mendadak punya ide untuk melawan para perajurit itu dengan menggunakan caranya Song Wu yang dulu, membuat bara api besar.
Untungnya Yin Zheng tiba saat itu juga sebelum jatuh korban. Dia datang membawa titah dari Tuan Besar, hukuman kurungan mereka sudah dicabut, kediaman mereka akhirnya bisa dibuka lagi sekarang.
Yuan Ying pun bisa mendapatkan pengobatan tepat waktu. Menurut pemeriksaan tabib istana, ini adalah penyakit lamanya Yuan Ying yang kambuh karena kecapekan. Tabib menyarankannya untuk banyak beristirahat, tapi baru juga siuman, Yuan Ying malah keras kepala ingin melanjutkan pekerjaannya lagi.
Untungnya Li Wei benar-benar sudah cukup bisa diandalkan sekarang. Dia yang akan menggantikan Yuan Ying memeriksa pembukuan untuk membantu meringankan beban pekerjaan Yuan Ying, biar Yuan Ying bisa beristirahat selama beberapa hari.
Dia meyakinkan Yuan Ying bahwa dia bisa membantu menanggung bebannya Yuan Ying biarpun cuma sedikit. Li Wei bahkan sampai ketiduran di meja setelah semalam suntuk memeriksa pembukuan yang begitu banyak.
Tapi saat dia bangun keesokan harinya, Yuan Ying sudah tidak ada di kamar, malah sedang senam di luar. Dia bahkan sudah memeriksa hasil kerjanya Li Wei dan langsung memujinya, Li Wei benar-benar sudah berkembang pesat sekarang.
Hadeh! Benar-benar penggila kerja, Li Wei sampai frustasi sekaligus kagum juga dengan kekeraskepalaannya. Seharusnya mulai sekarang, Yuan Ying harus bisa menyeimbangkan antara kerja dan istirahat.
Hmm, sayangnya pemikiran Yuan Ying sangat bertolak belakarng. Sakitnya ini bukannya membuatnya ingin lebih banyak istirahat, malah membuatnya makin giat untuk berolahraga biar makin sehat dan giat bekerja, dan menuntut semua orang di kediaman untuk mengikuti jejaknya. Pfft!
"Sepertinya pemahaman kita tentang menyeimbangkan kerja dan istirahat itu berbeda," gumam Li Wei heran.
Berhubung semua pembukuan sudah diperiksa, Li Wei menyarankan Yuan Ying untuk istirahat saja sekarang dan langsung menyeret Yuan Ying untuk main layangan bersamanya sebelum Yuan Ying sempat menolak.
Tapi dasar Yuan Ying, bahkan saat main layangan juga dia tetap keras kepala dan kaku banget. Saat layangannya berulah di udara, dia malah jadi semakin getol untuk terus menariknya, bersikeras menaklukkan layangan itu.
Melihat itu, Li Wei langsung saja menggunting senarnya, membiarkan layangan itu terbang bebas dan lepas. Li Wei meyakinkan Yuan Ying bahwa Yuan Ying juga bisa seperti layangan lepas itu, hidup dengan lebih bebas. Santai saja sedikit, dia tidak harus selalu mengejar kesempurnaan agar dia bisa lebih bahagia.
Yuan Ying sontak berkaca-kaca penuh haru mendengarnya, "sejujurnya, ini pertama kalinya ada orang yang peduli dengan kebahagiaanku dan bukan cuma memedulikan kinerjaku."
Li Wei yakin kalau orang tuanya Yuan Ying juga pasti memikirkan kebahagiaannya. Hanya saja, cara pikir orang tua biasanya berbeda. Orang tua menyayangi anak dengan memikirkan masa depan anak, makanya mereka ingin Yuan Ying menjadi sempurna agar Yuan Ying bisa mendapatkan apa pun yang dia inginkan.
Yuan Ying tidak setuju dengan itu. Apa yang dia inginkan, justru dianggap sebagai sesuatu yang tidak patut oleh orang tuanya. Li Wei menyemangatinya untuk pantang menyerah, tak peduli apa pun gendernya, Yuan Ying tetaplah yang terhebat. Yuan Ying fokus saja mengejar impiannya, suatu hari nanti, orang tuanya pasti akan mengerti.
"Bagaimana denganmu? Apa yang paling kau inginkan?" tanya Yuan Ying.
"Yang kuinginkan, semuanya ada di sini."
Keesokan harinya, Yin Zai main ke rumah mereka. Yuan Ying dan Li Wei menemaninya bermain membangun miniatur rumah sekaligus mengajarinya tentang stuktur bangunan. Tapi tiba-tiba Song Wu muncul dan langsung protes ngambek kayak anak balita karena mereka tidak mengajaknya main bersama.
Baiklah. Mereka semua akhirnya mengajaknya main bersama, suasana benar-benar ceria penuh canda tawa, Yin Zheng pun senang melihat seluruh keluarganya hidup damai dan akur. Su Shen pun senang melihat tuannya sekarang banyak tersenyum. Kehadiran Li Wei benar-benar membawa banyak perubahan positif untuk Yin Zheng.
Bersambung ke episode 16
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam