Sinopsis Put Your Head on My Shoulder Episode 4 - 1

 Sinopsis Put Your Head on My Shoulder Episode 4 - 1

Tanpa mempedulikan keributan disekitar mereka, kedua muda-mudi itu begitu larut dalam kedekatan mereka... sampai saat Mo Mo memberitahu Wei Yi kalau tangannya menekan selang infusnya.


Wei Yi sontak bangkit dari Mo Mo dengan canggung. Dia setia berjaga di samping Mo Mo semalaman. Mo Mo bahkan masih tidur sangat nyenyak saat dia bangun keesokan harinya.

Wei Yi dengan manisnya membenarkan posisi tidurnya dan menyelimuti Mo Mo sebelum kemudian keluar cari sarapan untuk mereka berdua. Kedai yang dia datangi bahkan masih baru buka saat dia datang dan memesn beberapa menu termasuk bubur.

 

Buburnya belum matang dan nyonya bos kedai mencoba menawarkan menu lain, tapi Wei Yi ngotot harus bubur karena temannya sakit perut jadi dia harus makan bubur.

"Kau memperlakukan temanmu dengan sangat baik, suamiku saja tidak pernah memperlakukanku sebaik itu." Komentar Nyonya Bos. Pak Bos tidak terima dan jadilah kedua suami-istri itu bertengkar lucu di hadapan Wei Yi.


Tiba-tiba ponselnya berbunyi dari Fu Pei yang nyerocos panjang lebar meminta Wei Yi untuk meminjamkan sepatunya, dia mau ada pertandingan soalnya.

Wei Yi meminta Fu Pei untuk menyuruh teman mereka saja atau Fu Pei ambil sendiri saja, dia sedang tidak berada di kampus soalnya.

Fu Pei berkata kedua temannya yang lain tidak bisa membantu, dia sendiri lagi ada training sekarang. Dia akan ganti ongkos perjalanan Wei Yi deh.

"Aku sedang di rumah sakit sekarang."

"Hah? Kau sakit apa?"

"Si Tu Mo opname."


Mo Mo baru bangun tak lama setelah Wei Yi kembali dan mendapati Wei Yi sedang menatap peralatan medis di depannya dengan penasaran ingin menyalakan alat itu.

Mo Mo langsung semangat pengen makan cakwe, tapi Wei Yi tegas menyuruhnya makan bubur saja. Bahkan saat Mo Mo ngotot, Wei Yi langsung menatapnya dengan garang sampai Mo Mo ketakutan.

Terpaksalah dia harus menurut. Apalagi saat suster datang mengeceknya tak lama kemudian, suster juga menegaskan kalau Mo Mo tidak boleh makan gorengan.

Tapi begitu suster pergi dan melihat Wei Yi tampak sibuk dengan ponselnya, tangannya nakal lagi ingin meraih cakwe... dan langsung mendapat pelototan tajam Wei Yi.

Mo Mo terpaksa menaruh cakwe itu kembali. Tapi begitu Wei Yi lengah, dia langsung menyambar onde-onde dan melahapnya utuh sampai Wei Yi tidak sempat mencegahnya.


Parahnya lagi, Dokter mendadak muncul. Wei Yi langsung panik menggunakan dirinya untuk menutupi Mo Mo dari pandangan Dokter bak pacar yang terlalu protektif.

"Ngapain kau? Minggir."

"Tidak bisa."

"Kenapa?"

"Jangan lihat pacarku."

Uhuk! Uhuk! Mo Mo kontan tersedak mendengarnya dan buru-buru menutupinya dengan makan bubur. Oh, Dokter mengerti dan akhirnya pergi meninggalkan mereka tanpa memeriksa Mo Mo. Sepertinya dia sudah sembuh.


Mo Mo mengecek penampilannya di kamera dan mendapati rambutnya agak berminyak. Apa Wei Yi punya ikat rambut? Yah nggak lah, mana punya dia barang begituan.

Dia lalu keluar untuk mengurus administrasinya Mo Mo. Tapi saat dia kembali, dia malah mendapati Fu Pei sudah ada di sana, sedang mengkhawatirkan Mo Mo.

Wei Yi sebenarnya punya ikat rambut yang entah dari mana dia mendapatkannya. Tapi pemandangan itu kontan membuat Wei Yi urung memberikan ikat rambutnya.

"Cepat sekali kau datang." Sapa Wei Yi.

"Ini mah kecil bagiku."

Flashback.


Sebenarnya di tengah jalan tadi, taksi yang ditumpangi Fu Pei mogok. Tapi Fu Pei tidak sabaran untuk menunggu saking cemasnya dan akhirnya mencari cara lain.

Awalnya dia mencoba naik sepeda motor listrik, tapi batereinya malah cepat habis. Terpaksa dia balik balik dan terburu-buru mengejar bis.

Flashback end.



Sama seperti sebelumnya, Fu Pei langsung mengambil alih tugasnya Wei Yi dan mengambil obatnya Mo Mo dari tangan Wei Yi. Tapi dia penasaran, bagaimana ceritanya Wei Yi mengantarkan Mo Mo ke rumah sakit?

Kedua orang itu sontak menjawab berbarengan, tapi beda jawaban. Wei Yi hampir ngomong jujur, tapi Mo Mo mengklaim kalau mereka tak sengaja bertemu di jalan dan dia meminta Wei Yi membawanya kemari. Fu Pei tampak agak ragu, tapi dia mengiyakannya saja.


Dia dan Mo Mo lalu turun duluan tapi malah bertemu dengan Dokter yang langsung menanyakan di mana pacarnya Mo Mo? Apa pacarnya Mo Mo meminta pria ini (Fu Pei) untuk membantunya?

Fu Pei jelas bingung. "Pacar?"

"Jagalah dirimu dengan baik, jangan selalu keluar-masuk rumah sakit, kau akan membuat pacarmu cemas. Kalau kau masuk rumah sakit lagi, dia mungkin akan gila." Cerocos Dokter.

Mo Mo panik ingin menjelaskan. Tapi tepat saat itu juga, Dokter melihat Wei Yi turun, tuh pacarnya Mo Mo datang. Fu Pei jadi semakin penasaran sama mereka, tapi dia diam saja.

"Kalian menungguku? Ayo pergi."


Mereka naik taksi kembali ke kampus. Fu Pei tidak tahan lagi dan langsung menuntut kenapa dokter tadi bilang kalau Wei Yi adalah pacarnya Mo Mo?

"Dia pasti salah paham," santai Wei Yi.

Fu Pei masih agak ragu dan berbalik menanyai Mo Mo. Mo Mo meyakinkan kalau dokter beneran cuma salah paham. Fu Pei mulai percaya sekarang. Kalau dipikir-pikir, Wei Yi tidak mungkin menyukai gadis seperti Mo Mo.

"Memangnya gadis seperti apa yang kusukai?"

"Maria Curie mungkin?"

"Tidak sama sekali." Sangkal Wei Yi sambil diam-diam mengintip Mo Mo melalui spion.


Begitu sampai depan kampus, Fu Pei malah turun duluan dan bukannya membantu Mo Mo turun. Tapi saat Wei Yi hendak membukakan pintu untuk Mo Mo, Fu Pei ternyata cuma berbalik arah lalu membukakan pintu untuk Mo Mo dari pintu sebelah.

Mereka bahkan langsung jalan berdua meninggalkan Wei Yi di belakang. Wei Yi tak senang melihat itu dan akhirnya membuang ikat rambut yang disimpannya sedari tadi.


Setelah mengantarkan Mo Mo sampai depan asrama, Fu Pei tak sengaja bertemu Shan Shan yang baru kembali dengan membawa belanjaan. Dia langsung membantu membawakan belanjaan Shan Shan.

Shan Shan bingung, ngapain Fu Pei masih berkeliaran di sini, Mo Mo kan sudah pindah dari asrama. What? Itu jelas informasi yang sama sekali tidak Fu Pei ketahui, tapi dia pura-pura mengetahuinya.


Salah satu muridnya Prof Jiang yang bernama Zhou Lei mendadak muncul di kantornya Prof Jiang sambil mengadu tentang Yu Yin yang seenaknya menyalahkan semua hitungan yang dia tulis di dalam laporannya.

Dia tidak terima! Eh, Yu Yin malah bilang kalau Wei Yi saja mau menerima arahannya dengan rendah hati. Cih! Dia tidak terima dibanding-bandingin sama Wei Yi. Dia berhasil bergabung dalam proyek ini berkat kemampuannya sendiri, sedangkan Wei Yi kan lewat jalan belakang! Dia lebih pintar daripada Wei Yi!

Yu Yin mendadak muncul dan menegakan kalau Zhou Lei salah. Sebagai seniornya, Yu Yin hanya berusaha membantu tapi Zhou Lei malah menolaknya. Makanya dia membanding-bandingkan Zhou Lei dengan Wei Yi yang mau menerima arahannya. Ginian aja lebay.


Zhou Lei ngotot tidak terima dan terus mengadu kayak anak kecil. Prof Jiang mencoba meneliti laporan yang dikoreksi Yu Yin itu. Tapi menurutnya juga Yu Yin benar. Lagian selain menyalahkan apa-apa yang salah, dia juga ngasih catatan jawaban yang benar di bagian bawahnya.

Ia lalu memperlihatkan laporan itu ke Profesor Wang, tapi Prof Wang malah berkata kalau segala hal yang ada laporan ini salah. Hah? Prof Jiang, perasaan dia tidak melihat salahnya ada di mana.

Zhou Lei hampir saja senang. Tapi Prof Wang malah berkata kalau ini salah... gara-gara tulisannya Yu Yin yang acak kadut. Pfft! Cuma karena itu?


Wei Yi muncul tak lama kemudian dengan membawakan laporan penelitiannya. Dia juga sudah mengecek laporannya Zhou Lei, hitungannya dia salah semua, dia sudah membenarkannya pakai pensil. Tapi kalau Zhou Lei merasa dia salah hitung, maka Zhou Lei hitung saja sendiri.

Dia lalu pergi setelah itu dan semua orang langsung berkumpul untuk melihat laporannya Wei Yi. Prof Jiang kagum, bahkan tulisannya Wei Yi pun bagus.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments