Sinopsis King is Not Easy Episode 9

Sinopsis King is Not Easy Episode 9


Raja mendadak mengejutkan semua orang dengan menyatakan cinta ke Shao Yong. Kesal, Ji Man langsung menyeret Da Xi pergi dari sana.

Wu Shuang langsung mewek, "Jadi beneran?" (Maksudnya?)

Flashback.


Wu Shuang pernah jalan-jalan di pasar. Tapi kemudian, tiba-tiba dia didatangi seorang peramal tuna netra yang meramalkan kalau hari ini Wu Shuang akan jatuh cinta.

Dia berkata kalau Wu Shuang bertemu dengan orang yang ditakdirkan untuknya di waktu siang, maka dia akan memiliki pernikahan yang awet dan bahagia.

Akan tetapi, jika dia bertemu orang yang ditakdirkan untuknya setelah siang, maka kemungkinan paling kecil adalah dia akan patah hati kemungkinan paling buruk adalah dia akan sendirian selamanya.

Flashback end.

 

Wu Shuang langsung nangis lebay memanggil nama Shao Yong, mungkin mengira inilah yang dimaksud si peramal itu. Shao Yong sendiri pun masih shock dengan pernyataan cinta Raja barusan.


Ji Man marah-marah mengomeli Da Xi, dia kira Da Xi sudah tidak ingin lagi menyuruhnya untuk mengejar Shao Yong?

"Iya. Karena aku akan melakukannya sendiri."

"Apa kau sudah gila? Kau itu Raja sekarang! Seorang pria! Menyatakan cinta pada seorang prajurit di siang bolong. Apa kau mau seluruh negeri ini tahu bahwa Raja mereka menyukai pria?!"

"Terus aku harus bagaimana? Tak ada yang tahu kapan kita akan bertukar kembali! Aku sedih dan patah hati melihat Shao Yong dikelilingi wanita setiap hari. Aku jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama."

Da Xi bahkan menutup restorannya hanya demi Shao Yong dan berlutut memohon pada Ji Man untuk mendapatkan Shao Yong, tapi Ji Man malah terus-terusan menolaknya. Apalagi yang bisa dia lakukan selain melakukannya sendiri.

"Biarpun begitu, apa kau pikir kalau kalian punya masa depan bersama?"


Da Xi tak punya jawaban untuk itu. Tapi dia tidak peduli, yang penting Shao Yong tahu bagaimana perasaannya itu sudah cukup.

Kesal, Ji Man akhirnya mau juga menyerah untuk membantu Da Xi mendapatkan Shao Yong demi mencegah Da Xi melakukan hal-hal bodoh lagi.

"Tapi dengar baik-baik. Bagaimana aku melakukannya itu urusanku. Kau tidak boleh ikut campur ataupun berkomentar. Dan apakah berhasil atau tidak, itu diluar kendaliku. Kau harus berhenti merusak reputasiku. Mengerti?"

Da Xi senang, "Baiklah. Akan kudengarkan apapun yang kau katakan."


Shao Yong kembali ke kamarnya dengan linglung. Tapi teman-temannya langsung menggodanya dengan mengucap selamat, sebentar lagi Shao Yong akan mengepalai haremnya Raja.

"Pangeran Pendamping, bagaimana kalau kau pergi dan bicara dengan Raja dan tanya apakah dia masih membutuhkan pendamping pria lain biar kita semua berjaya."


Shao Yong langsung ngamuk dan mau pergi. Tapi Da Xi datang tepat saat itu juga bersama Ji Man. Shao Yong dengan dramatisnya mengingatkan Raja kalau dia tidak menyukai pria. Kalau Raja terus memaksa, lebih baik dia mati saja.

Da Xi langsung merampas pedangnya Shao Yong dan mengklaim kalau tadi itu sebenarnya cuma kesalahpahaman. Sebenarnya, dia menyatakan cinta ke Shao Yong demi Da Xi.


"Namanya Da Xi. Dia salah satu pelayan pribadiku. Dia jatuh cinta kepadamu sejak pandangan pertama saat dia masuk istana. Dia rela menyerah akan segalanya demi kau."

Ji Man langsung memaksakan senyum ke Shao Yong sementara Da Xi terus nyerocos menyebutkan berbagai kelebihan Da Xi. Dia mengklaim kalau dia hanya ingin mencarikan jodoh untuk Da Xi, makanya dia menyatakan cinta ke Shao Yong demi Da Xi.

Dia tidak menyangka kalau perbuatannya itu malah bikin semua orang salah paham. Makanya dia membawa Da Xi kemari agar mereka bisa bicara. Dia bahkan langsung mendorong mereka keluar untuk bicara berduaan.


Ji Man dan Shao Yong canggung berduaan. Ji Man mengajaknya ke paviliun. Tapi sesampainya di sana, mereka malah ribut otot-ototan saling mempersilahkan satu sama lain duduk duluan. Da Xi diam-diam mengawasi mereka dari balik semak, tapi tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

Ji Man galau, tak tahu harus ngomong apa. Karena dia pelayan pribadi Raja, Ji Man berpikir kalau dia tidak boleh membiarkan Shao Yong berpikir dia wanita sembrono. Akhirnya dia memutuskan tanya blak-blakan ke Shao Yong, apa yang dia pikirkan?

"Kau," jawab Shao Yong refleks. "Ah, tidak! Tidak! Aku cuma penasaran apa kesukaanmu?"

"Bela diri," jawab Ji Man.


Wah, Shao Yong tak menyangka. Dia juga suka bela diri dan langsung mengajak Ji Man untuk duel. Ji Man menerimanya dengan senang hati dan jadilah mereka berdua berduel dengan sengit dan Ji Man sukses mengalahkan Shao Yong.


Da Xi jelas panik melihat itu dan buru-buru menyeret Ji Man pergi sambil mengomelinya sepanjang jalan. Ji Man membela diri, Shao Yong sendiri yang tanya apa yang dia sukai, yah dia bilang kalau dia suka bela diri.

"Kau itu wanita. Seharusnya kau bilang kau suka menyulam atau memasak atau semacamnya. Kenapa malah bela diri?"

"Aku lupa kalau aku wanita. Kau mau aku bagaimana?"

"Memang sih tidak masalah bertarung. Tapi kau mengalahkannya. Di mana sisi kewanitaanmu?"

"Ini pertama kalinya aku jadi wanita. Mana kutahu sisi kewanitaan itu seperti apa?"


Baiklah. Percuma menceramahi Ji Man. Lebih baik mereka mencari cara memperbaikinya. Dia harus belajar cara bersikap lembut. Da Xi langsung mencontohkan cara bersikap lembut.

Tapi sikap lembut yang dimaksudnya malah menggoyang-goyangkan tubuhnya yang malah membuat Ji Man jadi ilfeel dan menolak belajar darinya.


Saat Ji Man bangun keesokan harinya, dia mendapati Da Xi sudah ada di sana sambil senyam-senyum gaje. Dia lalu bicara dengan sangat lembut lalu membantu Ji Man berpakaian. Intinya, dia bersikeras mau mengajari Ji Man cara bersikap lembut.

Dia terus merecoki Ji Man dengan membantunya membasuh muka, bahkan memijat bahu Ji Man tanpa menyadari para pelayan lainnya terbangun saat itu dan langsung shock melihat perlakuan Raja mereka pada Da Xi.


Da Xi lalu mengintruksikan Ji Man untuk melakukan hal ini pada Shao Yong. Ji Man tak mengerti, memangnya dengan melakukan itu, Shao Yong bakalan melupakan kejadian semalam?

"Tentu saja tidak. Kalau semudah itu, tidak bakalan ada wanita single di dunia ini."

"Lalu apa yang harus kulakukan? Menggodanya?"

"Diam kau! Itu yang dilakukan pel~~~r. Aku... ingin dia merasakan keajaiban cinta. Begitu dia mengetahuinya, dia tidak akan meninggalkanku."

"Menarik sekali. Lalu apa yang harus kulakukan?"

"Dengarkan aku. Kau masih punya kesempatan."


Da Xi langsung mengajari Ji Man tentang apa-apa saja yang harus dia lakukan saat jalan bersama Shao Yong. Jika mereka jalan bersama nanti, tangan mereka harus sangat dekat lalu cari kesempatan untuk menggenggam tangan Shao Yong.

Dia bahkan menyuruh Da Xi untuk cari kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan Shao Yong. Misalnya dengan pura-pura menjatuhkan sumpit saat mereka makan bersama. Lalu mereka akan memungutnya bersama-sama.

Dan saat itulah Da Xi punya kesempatan untuk memalingkan muka ke Shao Yong dan saling menatap. Kalau beruntung, dia mungkin bisa dapat ci~man. Ji Man santai mendekat wajahnya ke Da Xi seolah mau menci~mnya. Da Xi sontak mundur dengan canggung.


"Sebenarnya kenapa kau menyukai Shao Yong?"

"Karena dia menarik. Ibuku pernah bilang kalau semua pria itu penipu. Jadi lebih baik bersama pria yang menarik daripada yang jelek."

"Kurasa aku lumayan menarik dan aku bukan penipu."

"Kau punya Ni Chang dan banyak sekali selir yang jadi haremmu. Hanya berdasarkan itu saja kau adalah penipu."

"Baiklah. Terserah kau saja. Jangan khawatir, aku akan mendapatkan Shao Yong untukmu."

"Terima kasih, Yang Mulia."


Ji Man lalu pergi menemui Shao Yong dan meminta maaf atas kejadian semalam. Dia beralasan kalau dia hanya terlalu antusias setiap kali membicarakan bela diri. Shao Yong tak mempermasalahkannya, dia hanya tidak menyangka kalau Da Xi sekuat itu.

Ji Man beralasan kalau itu karena dia banyak melakukan pekerjaan buruh sebelum dia masuk istana. Dia tidak selembut para nona kaya raya, dia lebih seperti rumput liar, seorang pejuang.

"Jadi Prajurit Shao, jika kau pikir aku aneh, aku tidak akan memaksamu untuk bersamaku. Aku akan bicara pada Yang Mulia agar kau tidak kesulitan."

"Tidak. Kurasa kau cukup hebat. Kau terus terang dan sungguh-sungguh. Aku senang menghabiskan waktu bersamamu."


Ji Man tampak tak senang mendengar itu, tapi dia tetap memberikan isyarat jempol untuk Da Xi yang sedang menguping di belakang. Da Xi langsung kegirangan. Tapi tiba-tiba saja seseorang memukul lehernya dan dia pingsan seketika.


Saat Da Xi membuka mata, dia mendapati dirinya diikat. Dia langsung panik mengira ada orang yang tahu kalau dia bukan Raja lalu dia diculik buat diinterogasi tentang keberadaan Raja yang asli.

Tapi kemudian pintu terbuka dan ternyata yang menculiknya adalah Ibu Suri. Da Xi jelas bingung kenapa dia diculik. Wu Shuang mengklaim kalau Ji Man bahkan tidak tahu dia salah apa. Karena itulah, dia memohon pada Ibu Suri untuk membantu Ji Man demi kebaikan negeri ini. Da Xi jelas bingung maksudnya apa.


"Man, kau sungguh mengecewakanku."

"Tapi... apa yang sudah kulakukan sampai membuat Ibu Suri kecewa?"

"Kau masih belum mau mengakuinya? Bagaimana bisa kau melecehkan seorang prajurit di hadapan banyak orang? Kau bahkan menyatakan cinta padanya! Kau benar-benar mempermalukan keluarga kerajaan!"

Da Xi panik mau menjelaskan. Tapi sedetik kemudian dia terdiam menyadari kalau dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Dia bisa mati kalau begitu.

"Man, aku selalu membiarkanmu melakukan apapun yang kau putuskan. Siapa yang kau suka dan kau ingin bersama siapa itu bukan urusanku. Tapi sekarang ini, kau belum punya keturunan! Aku tidak boleh membiarkan keluarga ini berakhir karenamu."

 

Da Xi berusaha meyakinkan kalau mereka semua sudah salah paham. Tapi Wu Shuang tak percaya. Semua orang menyaksikan sendiri apa yang Ji Man perbuat. prajurit itu bahkan sampai ingin membunuh dirinya sendiri.

"Sepupuku sayang, kita tidak pernah memaksa orang lain untuk melakukan apa yang tidak mereka inginkan. Rendahan sekali!"

"Dasar munafik! Kaulah yang suka memaksa orang dan merendahkan nama keluarga kerajaan!" Batin Da Xi kesal.

Da Xi mau bicara lagi. Tapi Ibu Suri langsung membentaknya dengan penuh amarah. Pokoknya kali ini dia tidak akan bersikap lunak pada Ji Man dan memerintahkan para pengawal untuk mengurung Ji Man di ruang memorial.


Da Xi pun dipaksa masuk ke ruang memorial dan mendapati sudah ada puluhan selir yang menantinya dan langsung bergerombol menggerayanginya. Da Xi jelas langsung panik dan berusaha menggedor-gedor pintu, tapi ratapannya tak didengar.

Ibu Suri malah berkata kalau dia sendiri yang memilih para wanita itu, bertekad mau memperbaiki masalahnya Ji Man melalui para wanita itu.


Ji Man dan Shao Yong jalan-jalan berdua. Ji Man diam-diam berusaha mengenggam tangan Shao Yong, tapi gagal. Ji Man langsung membatin kesal, "Bisa tidak kau jangan menggerakkan tanganmu terus?"

Shao Yong bingung kenapa dia diam? Ji Man mengaku karena dia tak tahu musti ngomong apa, soalnya dia biasanya lebih banyak berinteraksi dengan wanita daripada dengan pria. Dia tidak punya banyak pengalaman berinteraksi dengan pria.

"Biasanya apa yang harus dikatakan dalam situasi seperti ini?"

"Apa yang kau sukai tentangku?" Tanya Shao Yong.

"Menurutku... kau menarik. Bagaimana denganmu? Gadis seperti apa yang kau sukai?"


Shao Yong langsung nyerocos menyebutkan berbagai kriteria wanita yang disukainya dan Ji Man mencoba menggambarnya di tembok. Dan hasil gambar wanita sesuai kriteria Shao Yong itu, mirip sekali dengan Wu Shuang.

Ji Man heran. Jika Shao Yong begitu menyukai Wu Shuang, lalu kenapa dia menolak Wu Shuang dan terus-menerus menghindarinya? Karena Wu Shuang anak manja. Segalanya harus sesuai keinginannya. Dia juga sangat angkuh.

"Kurasa dia lebih mirip seorang majikan daripada seorang istri. Bersamanya sangat melelahkan."


Ji Man merasa itu bukan masalah. Jika Shao Yong benar-benar mencintai Wu Shuang, dia pasti akan bisa menangani semua itu dan menyemangatinya untuk berubah menjadi lebih baik.

Shao Yong bingung, "Kenapa kau malah bicara demi Wu Shuang? Apa kau tidak takut patah hati kalau aku memilihnya?"

Ji Man beralasan kalau dia hanya ingin orang yang dia cintai bahagia. Apa gunanya bersama kalau pasangannya tak bahagia bersamanya?

"Walaupun Wu Shuang suka bertingkah sok setiap saat, tapi dia juga punya penderitaan sendiri."

Flashback.


Dulu, ada seorang wanita muda yang dikejar-kejar dan diganggu sekawanan pria c~~~l. Mereka hampir saja melakukan hal buruk padanya saat seorang pengendara kuda lewat dan mendengar jeritannya.

Pria itu langsung melawan para preman dan mengalahkan mereka dengan mudah. Begitu pra preman itu melarikan diri, si wanita langsung berlutut di hadapan si pria dan berterima kasih.


Sebagai ungkapan terima kasih, wanita itu menarikan sebuah tarian indah untuk si pria. Mereka lalu jatuh cinta. Si wanita itu adalah Xue Hu dan si pria adalah Pangeran Dong Ling.

Pangeran Dong Ling lalu membawa Xue Hu ke rumahnya dan menikahinya. Tak berapa lama kemudian, Xue Hu mengandung. Hidup mereka sungguh bahagia. Namun kemudian, seorang prajurit datang memanggil Pangeran Dong Ling.


Mereka pun pergi untuk bicara berdua. Tapi setelah itu, Pangeran Dong Ling harus pergi ke medan perang. Saking terburu-burunya, dia bahkan tidak sempat pamitan pada Xue Hu dan hanya seorang prajurit yang datang mengabarkan kepergian Pangeran Dong Ling. Xue Hu hanya bisa menunggu suaminya kembali seorang diri.

Berbulan-bulan lamanya Pangeran Dong Ling tidak bisa kembali dan mereka hanya saling berkomunikasi lewat surat. Dalam salah satu suratnya, Xue Hu memohon agar Pangeran kembali dengan selamat. Pangeran Dong Ling pun berjanji dalam hatinya kalau dia pasti akan kembali.


Bulan berganti tahun dan Pangeran Dong Ling masih berada di medan perang hingga akhirnya dia berhasil memenangkan peperangan itu.


Akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya dia pergi, sekarang dia bisa kembali ke keluarganya. Ia tiba di rumah dengan hati riang sambil memanggil-manggil istrinya. Tapi yang keluar menyambutnya hanyalah seorang pelayan dan putri kecilnya, Wu Shuang.

Saat dia menanyakan istrinya, Wu Shuang kecil berkata kalau Ibunya sudah pergi ke tempat yang sangat-sangat jauh. Pangeran Dong Ling shock mendengarnya.

Bersambung ke episode 9

Post a Comment

0 Comments