Sinopsis King is Not Easy Episode 10

Sinopsis King is Not Easy Episode 10


Alangkah terkejutnya Pangeran Dong Ling saat mengetahui istrinya telah meninggal dunia. Ji Man bercerita bahwa Xue Hu meninggal dunia saat Wu Shuang berusia dua tahun karena menderita penyakit parah.

Setelah kematiannya, semua pelayan pergi meninggalkan kediaman itu. Hanya seorang pelayan yang bertahan demi menjaga Wu Shuang. Parahnya lagi, Pangeran Dong Ling melihat ada banyak lebam di wajah dan tubuh putri kecilnya.

Pelayan memberitahunya bahwa mereka terus menerus menerima kabar bahwa Pangeran telah meninggal dunia. Karena itulah anak-anak lainnya mengira kalau Wu Shuang yatim piatu dan membulinya, dia bahkan dituduh anak haram.

Wu Shuang berusaha melawan mereka, tapi dia sangat kecil dan tidak pernah menang. Marah putrinya diperlakukan seperti itu, Pangeran mengingatkan Wu Shuang bahwa dia adalah seorang putri, jadi dia harus bersikap selayaknya seorang putri. Dia harus melawan orang-orang jahat itu.


Maka demi membalas penderitaan Wu Shuang, Pangeran mengubah nama kediamannya menjadi nama putrinya. Ia bahkan mengadakan sebuah pesta di mana Wu Shuang bisa balas dendam pada anak-anak yang pernah membulinya.

Saat seorang anak menghadiahkan sebuah kalung giok padanya, Wu Shuang kecil dengan angkuhnya mengkritiki barang itu karena kualitasnya rendah. Pangeran bangga pada putri kecilnya yang ternyata sangat jeli menilai barang itu.


Para tamu yang lain pun jadi kecut. Mereka sebenarnya datang membawa hadiah asal-asalan biar mereka bisa menjalin hubungan dengan keluarga kerajaan, tapi hancur sudah harapan mereka sekarang, ternyata keluarga kerajaan tidak bisa dibodohi. Pangeran sinis mendengar gosipan mereka itu.

"Putriku sayang, kau melakukannya dengan baik. Kau harus terus membuatku bangga. Dengan begitu, takkan ada seorangpun yang bisa menindasmu atau meremehkanmu."

Sejak saat itu, Pangeran Dong Ling terus menerus memanjakan Wu Shuang sampai dia berubah jadi orang yang sombong.

Flashback end.


Begitulah kisah Wu Shuang. Shao Yong heran, bagaimana bisa seorang pelayan istana seperti Da Xi tahu tentang banyak hal?

Ji Man canggung beralasan kalau para pelayan memang tahu banyak rumor. Lagipula, kisah Wu Shuang bukan rahasia kok.

"Begitu. Sepertinya ada alasan tertentu kenapa Wu Shuang bisa jadi seperti sekarang ini. Tapi, tidak akan mudah baginya untuk berubah."

"Jangan khawatir. Selama kau mau, serahkan saja masalah itu padaku."

Ji Man lalu berjalan pergi sambil diam-diam mengomeli dirinya sendiri karena sudah menceritakan terlalu banyak hal tentang Wu Shuang, untung saja dia cerdik mengatasi keadaan dengan cepat.


Tapi di tengah jalan, Ji Man malah mendengar beberapa kasim yang sedang bergosip tentang Raja yang saat ini sedang dikurung oleh Ibu Suri di ruang memorial bersama banyak sekali wanita.

Semua ini dilakukan Ibu Suri gara-gara pengakuan cinta Raja pada Shao Yong di siang bolong waktu itu. Ibu Suri mengurung Raja di sana untuk memperbaikinya agar dia bisa menyukai wanita lagi. Apalagi Raja masih belum punya keturunan sampai sekarang.


Ji Man langsung bergegas ke ruang memorial, tapi sudah terlambat dan Da Xi sudah dikurung di sana. Ji Man benar-benar cemas.

Tapi saat pintu terbuka, dia malah mendapati Da Xi bersikap bak playboy yang merangkul cewek di kanan-kiri dan mengklaim kalau rasanya hebat sekali, wanita itu baunya enak dan lembut.

Ji Man benar-benar harus berusaha keras menahan kesal mendengar ucapan c~~~lnya Da Xi itu. Ibu Suri senang, Wu Shuang apalagi, sekarang tak ada seorangpun yang bisa merebut Shao Yong darinya.


Puas melihat putranya jadi pria normal lagi, Ibu Suri pun memutuskan kembali ke kamarnya. Begitu Ibu Suri pergi, Ji Man langsung menyeret Da Xi dan melabraknya.

Dan Xi santai memperkenalkan Ji Man pada para selir barunya itu. Mereka semua cantik, kan? Ji Man suka yang mana?

"Tidak tahu malu! Aku benar-benar bodoh sudah mempercayaimu, tapi kau malah mengkhianati kepercayaanku." Kesal Ji Man lalu pergi.


Para selir penasaran siapa wanita itu, kenapa dia tidak sopan sekali? Oh, dia cuma salah satu pelayannya, mereka tidak usah mempedulikannya.

"Kalian semua boleh pergi, Kita akan bersenang-senang lagi lain kali, bagaimana?"

"Baiklah. Yang Mulia jangan lupa, yah?"

"Tidak akan."


Da Xi lalu pergi menemui Ji Man dan mendapatinya lagi tiduran. Tak mempedulikan Ji Man yang masih ngambek, Da Xi tanya bagaimana perkembangannya dengan Shao Yong hari ini?

"Aku membiarkannya mengejar orang lain."

"Kenapa? Bukankah kau sudah janji padaku? Kau melanggar janjimu, brengs*k!"

"Kau duluan yang melanggar janjimu! Berhentilah meneriakiku. Aku masih belum membalasmu karena menggunakan tbuhku untuk tidur dengan wanita."

Tidak terima, Da Xi menegaskan kalau Ibu Suri yang mendorongnya ke para wanita itu. Lagi pula, Ji Man kan pria, dia tidak rugi apa-apa.


"Bagaimana aku tidak rugi? Aku... melindungi keperjakaanku selama bertahun-tahun agar aku bisa menyerahkan diriku pada wanita yang kucintai. Dan sekarang kau malah menghancurkannya!"

Da Xi sontak ketawa geli mendengarnya, dia masih perjaka? Ji Man kesal dan memperingatkannya untuk berhenti tertawa.

Baiklah, baiklah. Tapi biar dia perjelas, dia ini wanita tulen. Ji Man pikir seperti apa reaksinya saat dia dikelilingi para wanita? Ji Man bego apa? Kalau begitu, apa yang sebenarnya terjadi di ruang memorial itu?

Flashback.


Para selir itu mengaku kalau mereka tidak akan bisa keluar dari sini jika mereka tidak berhasil memperbaiki masalahnya Ji Man. Jika mereka tidak bisa membuat Ji Man tertarik pada mereka, maka mereka akan dibunuh.

Mendengar itu, Da Xi bercerita pada mereka tentang Istana Dingin. Bukan istana dingin beneran, tapi semacam tempat hukuman mati. Kabarnya sudah banyak orang mati di sana dan arwah-arwah mereka bergentayangan.

Intinya, mereka boleh mendengarkan perintah Ibu Suri. Tapi begitu mereka keluar dari sini, dia akan mengirim mereka semua ke Istana Dingin.

Tapi... jika mereka mendengarkannya dan berakting dengannya, dia justru akan memberi mereka hadiah.

Mereka semua setuju. Da Xi pun membisiki mereka untuk melakukan sesuatu. Segera saja mereka semua langsung heboh melenguh m~~~m.

Flashback end.


Begitulah kisahnya. Ji Man lega sambil ngelus d~~a. Da Xi jelas tidak terima, jangan asal sentuh dan mengambil keuntungan darinya. Ji Man santai, dia sudah melihat semuanya kok. Jadi kenapa juga Da Xi musti takut dia menyentuhnya?

"Diam kau! Tapi aku serius, bagaimana perkembanganmu dan Shao Yong?"

"Bagus. Aku melakukan semua yang kau ajarkan. Agak berbeda dari apa yang kubayangkan, tapi efektif."

"Sungguh? Bagus! Pertahankan dan dapatkan Shao Yong! Lalu apa lagi yang akan kau ajarkan padaku kali ini?"

"Hari ini... kita akan belajar cara berci~man yang baik dan benar." (Pfft!)

Da Xi pun langsung merangkulkan lengannya ke leher Ji Man dan menyuruhnya untuk melakukan ini pada Shao Yong, lalu jinjit sedikit, lalu pejamkan mata dan chu~~~

Ji Man mengklaim kecepetan dan minta diajari sekali lagi. Da Xi santai saja melakukannya sekali lagi, tapi kali ini dia tak sengaja benar-benar menempelkan bibir mereka.

Sontak saja mereka jadi canggung dan saling menyalahkan. Kesal, Ji Man langsung mengusirnya, padahal diam-diam dia senyum lebar sambil memegangi bibirnya.


Di kamarnya, Da Xi memperhatikan bayangan wajah Ji Man di cermin. Mungkin gara-gara ci~man tadi, dia jadi mulai tertarik dengan berbagai kelebihan Ji Man.

Alisnya yang hitam dan tinggi, matanya yang besar dan hitam, d~~anya yang... kenapa d~~anya Ji Man lebih besar daripada d~~anya, yah? Dan kakinya, tinggi dan kuat, enak disentuh.


"Pantas saja banyak wanita yang menyukainya dan tergila-gila padanya. Tenryata mereka bukan tanpa alasan. Kenapa aku begitu menarik? Terus kenapa kalau dia menarik? Bukan berarti aku menyukainya. Shao Yong jauh lebih menarik."

Dia keasyikan mengagumi sosok Ji Man sampai tidak menyadari kedatangan Shen Jia yang jadi cemas melihat tingkah gila rajanya itu, sepertinya Raja kesurupan. Apa yang harus dia lakukan?


Keesokan harinya saat Da Xi baru keluar kamar, dia sudah mendapati Ji Man sedang menunggunya dan berkata kalau dia perlu bantuan Da Xi lalu cepat-cepat menyeretnya pergi menemui Wu Shuang.

Tanpa tedeng aling-aling, Da Xi langsung memerintahkan para pengawal untuk mengurung Wu Shuang di kamp budak dengan alasan Wu Shuang sudah menyebarkan rumor palsu tentang dirinya dan menipu orang lain. Tidak ada seorangpun yang boleh mengunjungi Wu Shuang tanpa izin Raja.

Wu Shuang jelas tidak terima, tapi para pengawal langsung menyeretnya ke penjara. Da Xi heran, Wu Shuang itu kan saudaranya Ji Man. Apa dia tidak kelewatan dengan menempatkannya di kamp budak?


Ji Man mengklaim kalau dia melakukan itu demi membantu Da Xi mendapatkan Shao Yong. Kalau Da Xi merasa dia terlalu kejam, yah lepaskan saja Wu Shuang dan biarkan dia memikirkan segala cara untuk mendapatkan Shao Yong.

"Aku membantumu menyingkirkan sainganmu dan kau malah menghakimiku."

"Bukan begitu! Aku sepenuhnya mendukungmu, baguslah kau punya rencana hebat. Kebahagiaan masa depanku ada di tanganmu."

Yang tidak diketahui Da Xi, sebenarnya itu memang rencananya Ji Man dan Shao Yong. Ji Man langsung pergi memberitahukan masalah ini ke Shao Yong.

Shao Yong meragukan rencana itu, tapi Ji Man yakin. Rencananya selalu berhasil kok, percaya saja. Baiklah, Shao Yong percaya padanya. Da Xi jelas senang melihat kedekatan mereka dari kejauhan.


Setibanya di kamp budak, Wu Shuang langsung mewek. Dia berusaha menggunakan kekuasaannya sebagai putri seperti biasanya, tapi si penjaga tempat itu langsung membentak-bentaknya dengan kejam.

Ini kamp budak, di sini tak ada peduli mau dia putri atau raja sekalipun! Dan aturan pertama di tempat ini harus dipukuli lebih dulu, dia bahkan langsung mengeluarkan cambuknya yang sontak membuat Wu Shuang mewek makin keras.


Beberapa saat kemudian, Wu Shuang dimasukkan dalam keadaan baik-baik saja karena ternyata dia berhasil menghindari cambuk itu dengan menyuap si penjaga.

Tapi kemudian, para penghuni penjara itu langsung menyudutkannya dan memaksanya untuk duduk bersama mereka. Wu Shuang tidak mau dan terus saja bersikap angkuh.

Mereka memperingatkan Wu Shuang untuk bersikap sopan di sini. Jika tidak maka dia akan merasakan cambuk si penjaga itu. Saat cambuk itu memukul kulitnya, rasanya sungguh tak terlupakan. Entah apakah kulit lembutnya Wu Shuang bisa tahan menghadapi siksaan itu.

"Berani sekali kalian melakukan ini padaku? Aku ini puteri!"

"Lalu kenapa? Cambuk itu sudah banyak mengucurkan darah para selir. Bahkan selir tertinggi pun tertunduk tak kuat menahan sakitnya cambuk itu. Kudengar selir itu dipukul dengan begitu kejamnya sampai wajahnya rusak. Biarkan aku memberimu nasehat yang baik, satu-satunya hal yang bisa kau lakukan di kamp budak ini adalah mematuhi semua aturan!"


Keesokan harinya saat para budak berbaris, Wu Shuang langsung dikritiki karena memakai pakaian dan sepatu bagus. Siapa bilang dia boleh berpakaian begini? Dia pikir dia puteri apa?

Wu Shuang pun dihukum berdiri di tengah lapangan dengan memegangi dua pot dan sebuah ember di kepalanya.

Bahkan setelah itu, dia masih harus bekerja keras mengangkat sekantong besar ranting. Tapi si mandor terus mengkritikinya saat dia mendapati rantingnya basah dan memaksa Wu Shuang untuk mengambil yang baru. Jika tidak, maka Wu Shuang tidak perlu makan malam.

Walaupun kesal setengah mati, tapi Wu Shuang terpaksa harus melaksanakan perintahnya. Setelah itu, dia menyuruh Wu Shuang menumpuk ranting-ranting itu, baru Wu Shuang boleh makan malam.


Begitu selesai, Wu Shuang langsung ke dapur. Tapi malah mendapati semua makanan habis tak bersisa. Petugas dapur bahkan tak mau tahu karena Wu Shuang sudah terlambat dari jam makan, itu adalah aturan.


Terpaksalah Wu Shuang harus merana menahan lapar. Si mandor datang tak lama kemudian. Kenapa? Apa Wu Shuang sudah tidak sanggup lagi?

"Kenapa semua yang kulakukan di sini salah tak peduli bagaimanapun aku melakukannya?"

"Kudengar, begitulah caramu memperlakukan orang lain sebelum kau datang kemari. Bagaimana rasanya ditindas seperti ini?"


Lagi-lagi saat waktunya makan, Wu Shuang kehabisan makanan, dia bahkan tak sempat berebut. Untunglah salah satu budak merasa kasihan padanya dan memberikan jatahnya pada Wu Shuang yang kontan melahapnya dengan rakus sambil menangis sesenggukan.

"Aku tak pernah menyangka kalau aku akan menderita seperti ini sebagai puteri."

Si budak memberitahu Wu Shuang bahwa apa yang dia alami ini tidak seberapa dari penderitaan orang-orang yang pernah ditindasnya.

Bahkan mereka yang ditindas Wu Shuang saja tak pernah menangis, dan Wu Shuang merasa penderitaannya ini sudah keterlaluan?


"Sayang sekali kau tak pernah menyadari konsekuensi dari perbuatanmu sebelumnya."

"Aku tidak tahu kalau rasanya akan seperti ini."

"Sekarang setelah kau tahu, apa kau masih berencana menindas orang lain dan menginjak-injak mereka tanpa ampun?"

"Aku bersumpah, mulai sekarang aku akan berubah. Aku akan berhenti mempermainkan orang lain. Mulai sekarang, aku akan menjadi puteri yang baik."

Para budak pun langsung bertepuk tangan kagum untuknya. Mereka bahkan menghadiahinya dengan jatah makan mereka.


Ji Man membawa Shao Yong ke kamp budak itu dan diam-diam menyaksikan bagaimana Wu Shuang bekerja keras. Yang mencengangkan Shao Yong, Wu Shuang sudah berubah. Dia bahkan tak segan membantu budak lainnya yang kelelahan.

Shao Yong tentu saja senang melihatnya. Tapi ini kamp budak, tidak bisakah Wu Shuang diampuni? Jika terlalu lama, takutnya dia takkan bisa bertahan lama. Tapi Ji Man berkata bahwa sekarang masih belum saatnya.

Bersambung ke episode 11

Post a Comment

0 Comments