Sinopsis Before We Get Married Episode 3 - 2

Sinopsis Before We Get Married Episode 3 - 2

Ke Fei lagi sakit hati setelah mendengar percakapan Ke Huan dan Wei Wei tadi. Dasar Wei Wei bermuka dua, apa Ke Huan mengajak Wei Wei kencan? Tatap matanya dan jawab sejujurnya!

Wei Wei sontak mempelototinya. "ENGGAK! Dia cuma orang sinting."

"Aku ingin sekali mempercayaimu. Bagaimana bisa seseorang seperti Chu Ke Huan ingin bersama seseorang yang... berpakaian seperti dirimu."

"Apa yang salah denganku? Memangnya ada orang yang buang sampah pakai baju pengantin?"

"Baiklah, jika dia tidak mau berkencan denganmu dan kau tidak mau kencan dengannya, berarti aku boleh memilikinya dong."

"Berapa kali harus kubilang. Dia itu pacarnya teman sekolahku. Dia bukan seseorang yang bisa kumakan, aku bisa sakit perut. Kau tidak boleh memiliki Chu Ke Huan."


Kenapa tidak? Demi seseorang seperti Chu Ke Huan, Ke Fei rela membayar untuk menghabiskan satu malam dengannya. Bahkan jauh lebih baik jika Ke Huan yang membayarinya. Wei Wei tak percaya mendengarnya, terus apa bedanya antara ini dan melac~r?

Beda dong! Karena dia yang pilih Ke Huan dan bukan sebaliknya. Ke Fei tegaskan sekali ini. Dia yang pilih Ke Huan dan ke Huan akan ngasih dia uang, apa salahnya?

Menurut Ke Fei, jika Ke Huan justru memilihnya, itu artinya Ke Huan benar-benar membutuhkannya. Ke Fei akan senang, Ke Huan akan puas. Tidak ada yang dirugikan, terus apa masalahnya? Ucapannya itu kontan membuat Wei Wei merenung galau teringat tawaran Ke Huan tadi.


Ke Fei heran melihat Wei Wei malah melamun, apa dia lagi berfantasi tentang Ke Huan? Apa mereka benar-benar sudah...?

"Enggak! Sudah berapa kali kubilang padamu! Enggak!"

"Aku kan cuma tanya, kenapa kau heboh banget? Ingat baik-baik, kau harus berbagi hal baik dengan teman baikmu."

"Beginian juga perlu dibagi?"

"Tentu saja. Jangan mengharapkanku untuk mencari Bai Yang terus dan merusak kesenanganku."

Flashback.


Setelah mereka tidur bersama waktu itu, Bai Yang lagi-lagi berusaha membujuk Ke Fei untuk kencan dengannya dan jadi pacarnya. Ke Fei sontak ngamuk menaboki Bai Yang dengan bantal.

Flashback end.


Ke Fei kesal banget setiap kali teringat kejadian itu. Dia, Han Ke Fei, tidak akan mengorbankan seluruh hutan hanya demi satu pohon. Dia kan nggak bego.


Ke Huan menatap bayangannya sendiri di kaca sambil senyam-senyum sendiri. "Apa aku sudah gila? Sepertinya aku sudah gila."


Keesokan harinya, adiknya Zi Yuan - Gao Zi Ting, tiba di rumah mereka. Ke Huan langsung menyambutnya dengan hangat. Apa Zi Ting akan menetap di sini sekarang?

Zi Ting membenarkan, dia sudah mengurus segala keperluannya sebelum pergi, surat rekomendasi dari kantor akan dikirimkan dua hari lagi, jadi dia hanya akan tinggal sementara di sini. Dia akan pindah begitu sudah dapat rumah nantinya. Dia tidak akan mengganggu mereka terlalu lama.

"Sebaiknya kau bergegas karena kami akan menjual apartemen ini."

Zi Ting antusias mendengarnya, mereka beneran mau pindah ke rumah baru saat mereka menikah nanti? Tapi Ke Huan dengan cepat menghindari pertanyaan itu dengan menyuruh Zi Ting istirahat saja, nanti dia akan mentraktir Zi Ting makan.

 

Dia langsung menjauh untuk mengurus koper-kopernya Zi Ting. Zi Yuan berusaha membujuk Ke Huan untuk pindah ke kamarnya karena ada Zi Ting sekarang. Tapi Ke Huan acuh dan langsung pergi.


Zi Ting memperhatikan interaksi aneh mereka itu dan mencoba menanyai Zi Yuan tentang hubungan mereka, apa mereka baik-baik saja. Zi Yuan berbohong mengiyakannya. Zi Ting jelas tidak percaya tapi dia memutuskan diam.


Ayahnya Hao Yi datang dari kampung halamannya untuk ikut melihat apartemen yang mau mereka beli. Ayah sepertinya sangat menyukai Wei Wei dan akrab dengannya. Ayah bahkan sangat menanti-nantikan pernikahan mereka.

Tapi saat melihat apartemen yang mau mereka beli itu, Ayah langsung tak setuju. Gedung ini kelihatan banget sudah tua, bahkan dindingnya banyak ditumbuhi lumut. Kalau mereka sampai pindah kemari, maka mereka bakalan tambah repot untuk membenahi segala sesuatu di rumah ini.

Ayah tidak setuju kalau mereka menghabiskan uang 18 juta dolar demi rumah semacam ini. Di desa uang segitu bisa untuk beli rumah mewah. Mereka harus menghabiskan banyak uang demi apartemen yang bahkan tidak ada lift-nya.

Jika di masa depan nanti Wei Wei hamil dan perutnya membesar, apa Hao Yi mau melihatnya naik turun tangga dalam kondisi seperti itu? Hao Yi mungkin mau, tapi Ayah yang nggak mau! (Aww, ayahnya Hao Yi so sweet)

"Aku tidak puas dengan apartemen ini!"
 

Ayah kesal membanting sekresek apel ke meja hingga membuat sebutir apel menggelinding jatuh dari meja... sampai ke ujung tembok. Ayah tambah nyinyir. Pantas saja tadi waktu naik kemari Ayah merasa rada pusing, apartemen ini miring ternyata.


Saking kecewanya dengan apartemen pilihan putranya, Ayah sampai menyuruh Wei Wei untuk tidak menikah dengan Hao Yi, jangan menikah dengan pria semacam dia.

Seorang pria harus menjaga istri dan anaknya. Tidak boleh membuat istrinya khawatir. Saat ibunya Hao Yi masih hidup dulu, Ayah memperlakukannya bagai ratu. Sedangkan Hao Yi, dia malah tega mau membeli rumah miring.


Hao Yi membela diri kalau hanya rumah itu yang sesuai budget mereka. Ayah tak percaya, mana mungkin tidak ada satupun apartemen layak huni di kota ini? Hao Yi mengaku ada sih, tapi yang itu harganya 32 juta dolar (rumahnya Ke Huan).

Dia langsung menunjukkan foto-foto rumahnya Ke Huan dan memberitahu Ayah kalau itu rumah pacarnya teman sekolahnya Wei Wei. Ayah jelas lebih setuju dengan rumah itu dan langsung membujuk Wei Wei untuk bicara pada temannya itu.

"Sebenarnya mereka bersedia menurunkan harganya, tapi Wei Wei tidak mau berhutang apapun pada mereka. Makanya kami tidak mendiskusikannya." Ujar Hao Yi.

Apa yang Wei Wei pikirkan itu memang benar sih. Begini saja, Ayah akan bantu mereka membayar DP-nya dengan uang tabungan Ayah.


Wei Wei tidak setuju, "uang itu adalah hasil kerja keras paman. Sudah cukup buruk Hao Yi tidak memberi paman uang bulanan."

Tapi Ayah bersikeras. Yang penting mereka bahagia, maka Ayah juga akan bahagia. Wei Wei tetap tidak setuju, lagian mereka bisa sewa apartemen dulu kok. Masalah beli apartemen bisa mereka lakukan pelan-pelan.

"Wei Wei, Hao Yi memang tidak punya banyak pencapaian dan hanya menyusahkanmu saja. Tapi aku mengerti kenapa dia sangat ingin membeli apartemen."

Ibunya Hao Yi meninggal dunia sejak dia kelas 4 SD dan Ayah tidak abisa membesarkannya seorang diri dengan baik. Karena tuntutan pekerjaan Ayah, mereka harus selalu pindah-pindah setiap dua tahun sekali.


Mereka tidak pernah memiliki sebuah tempat tinggal yang aman dan nyaman. Dan karena itulah Hao Yi tidak pernah punya teman akrab. Hao Yi memang tidak pernah berkomentar apapun, tapi Ayah selalu sedih setiap kali melihat wajah kecewa Hao Yi setiap kali mereka harus pindah

Pindah sekolah, berpisah dengan teman-temannya, dan beradaptasi dengan lingkungan baru itu sangat sulit. Hao Yi hanya menginginkan sebuah rumah miliknya sendiri. Dia tidak ingin terus menerus pindah. Karena itulah, Ayah berharap Wei Wei bisa mengerti kegigihan Hao Yi untuk membeli apartemen.

Wei Wei jadi merasa tak enak mendengarnya. Hao Yi cepat-cepat menyela dan mengklaim kalau mereka tidak perlu terburu-buru, mereka bisa mendiskusikannya lagi. Ayah bersikeras agar mereka menaikkan budget mereka, pokoknya Hao Yai harus menemukan sebuah rumah yang bisa memuaskan Wei Wei.

 

Hao Yi jadi galau gara-gara masalah ini. Wei Wei tak menyangka kalau ternyata alasan Hao Yi mau membeli apartemen cukup rumit. Kenapa dia tidak bilang-bilang? Kalau begini, bagaimana bisa Wei Wei membantu meringankan bebannya.

"Aku tidak ingin kau ikut mengambil beban. Selama 3 tahun ini, kau sudah bersedia membeli rumah denganku. Aku membuatmu harus hidup hemat dan mengorbankan kualitas hidupmu. Aku sudah memikirkannya beberapa hari terakhir ini. Sebenarnya, kaulah rumahku. Jadi aku tidak masalah dengan menyewa rumah."

Tapi tetap saja Wei Wei merasa tak tenang.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam