Sinopsis Leh Nangfah Episode 21 - 2

Sinopsis Leh Nangfah Episode 21 - 2


Saking asyiknya, Beauty sampai lupa waktu dan tiba-tiba saja dia kesakitan tepat saat Somcheng datang menawarkan bantuan. Beauty cepat-cepat menyuruhnya untuk membersihkan meja saja dan memperingatkan Somcheng untuk tidak mengikutinya. Dia lalu bergegas ke kamar.

Tapi biarpun sudah diperingatkan, Somcheng tetap nekat naik ke kamarnya Beauty untuk menyerahkan design-nya.


Lalita panik dan hendak melakukan sesuatu untuk mencegahnya, tapi Dewi melarangnya melanggar takdir seseorang. Jika rahasianya Beauty akan terbongkar, mereka tidak boleh menghalanginya.


Tepat saat Beauty bercahaya terang dan berubah menjadi burung, Somcheng membuka pintu dan melihat perubahan Beauty itu. Shock, Somcheng pelan-pelan menutup pintu sebelum Beauty melihatnya dan pingsan.


Bahkan Dewi pun tak menyangka akan terjadi seperti ini. Lalita cemas, apakah takdirnya Beauty akan berubah, kalau begitu? Mungkin saja.

"Akan berubah positif atau negatif, Dewi?"

"Tergantung pada orang itu (Somcheng), entah apakah dia punya rasa terima kasih atau tidak (pada Beauty)."


Papanya Orn setuju dengan pendapat Mami. Semua orang memang saling mencari keuntungan pada satu sama lain. Orn tidak mengerti, lalu kenapa Papa ingin Orn berkencan dengan Jade yang cuma mencari keuntungan?

"Apa Jadecharn pernah membuatmu marah? Dia selalu menjagamu dengan baik dan tulus. Dia sangat berbeda dari Tee. Kau sendiri kan yang bilang bahwa setiap kali kalian bicara, yang kalian bicarakan pasti 'Beauty begini dan Beauty begitu'. Apa pernah dia mengkhawatirkanmu seperti bagaimana dia mengkhawatirkan Beauty?"

"Tapi aku suka P'Tee. Aku tidak suka Khun Jadecharn. Kenapa Papa memaksaku?"

Begini saja. Papa akan bicara dengan Tee dan tanya apa yang sebenarnya akan dia lakukan tentang semua ini. Mami setuju. Mereka harus tahu siapa yang Tee pilih daripada buang-buang waktu seperti ini.

Besok Papa akan buat janji dengan Tee dan menyuruhnya untuk memilih. Orn cemas, bagaimana kalau Tee menolak? 

Kalau begitu, maka segalanya berakhir. Bisnis dan kerja sama mereka, semuanya akan berakhir. Termasuk proyeknya dengan Grace. Papa tidak akan membiarkan Tee menolak putrinya semudah itu.


Beauty terbang ke rumah Tee dan mendapatinya lagi asyik nonton TV sambil ngelus-ngelus Seua. Beauty berusaha memanggilnya, tapi Tee tidak dengar. Kesal, Beauty langsung memencet tombol power remote TV dengan paruhnya.

Tee akhirnya menyadari kehadiran Beauty lalu mengusir Seua menjauh. Tapi kemudian Tee menyalakan TV lagi dan mengacuhkan Beauty. 

Beauty langsung usil mematikan TV-nya lagi dan kali ini dia sukses mendapat perhatian Tee sepenuhnya.

Tee benar-benar kagum dengan burung yang sangat pintar ini. Dia bisa ikut pertunjukkan dengan bakatnya ini. Manusia yang bernama sama sepertinya juga cukup berbakat.

"Kau memujiku lagi. Makasih~~~"


Beauty tiba-tiba mendekat dan mengejutkan Tee dengan kecupan di pipi. Oh, tidak! Seua patah hati. Si kucing sakit hati. Si kucing hancur! 

Tee tak menyangka kalau Beauty ternyata sangat imut yah? Tee lalu balas megecup pipinya dan membuat Beauty tersipu malu.

"Oh, tidak! Jangan di depan mataku!"

"Kenapa Seua? Kau mau juga?"

"Hentikan, tuan! Hentikan!"

"Keluar! Sekarang! Cepetan!"

"Tentu saja aku akan pergi. Aku hampir kesambar petir (mengamali sesuatu yang tidak lazim)."


"Apa kau mandi bersamaku?"

"Hah? Kau mengundangku mandi bersamamu lagi? Udah gila apa? Nggak mau! Menjijikkan!... Tapi jacuzzi bagianku, yah?"

"Kau imut banget belakangan ini. Pintar sekali."

"Aku memang selalu imut kok. Baru tahu, yah?"


Subuh-subuh, Beauty terbang kembali ke kamarnya, tanpa menyadari Somcheng yang memperhatikannya dari kejauhan dengan sedih. Seenuan heran, apa yang Somcheng lakukan di sini?

Somcheng berusaha menyembunyikan masalah ini awalnya. Tapi akhirnya tangisnya pecah dan dia menceritakan apa yang dilihatnya tadi pada Seenuan. Seenuan tentu saja tak percaya, apa kepala Somcheng terbentur waktu dia pingsan?

"Tidak, bu. Aku sungguh melihatnya. Aku berani bersumpah di hadapan biksu. Aku tidak berbohong."

"Cukup! Kau tidak perlu bersumpah atau melakukan apapun. Dengarkan aku. Entah apa yang kau katakan benar atau tidak, kau harus menutup mulutmu. Jangan katakan pada siapapun. Mengerti? Nona menjadi apapun, tugas kita adalah membalas kebaikannya."


Keesokan harinya, Beauty menunjukkan sketsa design-nya pada para designer dan meminta pendapat mereka jika ada yang perlu dia perbaiki. Tee menegaskan bahwa ini adalah hak cipta perusahaan dan sangat rahasia. Jadi mereka tidak boleh menjiplak ataupun menyebarkannya ke publik.

Tapi alih-alih mendapat kritikan, semua design-nya Beauty justru mendapat decak kagum dan elu-eluhan dari para designer termasuk Kratua. Pat jelas kesal melihat semua itu.

"Apa kalian sudah melihat semuanya? Bagaimana? Apa ada yang perlu diperbaiki?"

"Tidak ada! Perfect!" Ujar para designer serempak.

Pat nyinyir. Kalau begitu, dia harus buat janji dengan Grace sore ini, biar dia tahu betapa berbakatnya presiden mereka. Beauty santai, tentu saja dia akan bertemu Grace nanti, tapi harus selesai sebelum jam 5 sore.

 

Beauty lalu masuk ke ruang kantor barunya lalu Somcheng menaruh sketsa itu di dalam laci. Dia menguncinya lalu memberikan kuncinya pada Beauty, yang kemudian dimasukkan ke dalam tas oleh Beauty.

Beauty berkata kalau dia akan mendekorasi tempat itu begitu proyek ini selesai... atau mungkin juga tidak. Mungkin dia tidak akan lama di sini.

"Anda mau pergi ke mana?" Tanya Somcheng.

"Entahlah. Masa depan kan tidak pasti."

Somcheng ragu-ragu ingin membahas tentang apa yang dilihatnya kemarin. Tapi belum sempat mengatakan apapun, Tee datang dan memberitahu kalau dia sudah mengatur pertemuan dengan Grace jam dua.


Dan karena sekarang mereka ada waktu luang, Tee mengajak Beauty pergi untuk merayakanya, biar Beauty bisa relax juga. Beauty menolak, males, panas juga di luar.

Tapi dia menyuruh Somcheng pergi makan duluan saja kalau dia sudah lapar. Kembalilah kemari jam satu. Somcheng akhirnya pergi meninggalkan mereka berduaan.

Tee masih berusaha membujuk Beauty untuk makan bersamanya di restoran. Tapi Beauty tetap menolak, dia tidak lapar. Ah, tapi Tee masih ingat kan kalau dia punya hutang setengah hari padanya?

"Yah. Kenapa? Kau mau aku melakukan apa?" Cemas Tee

Beauty menatapnya dengan senyum penuh arti. Tee bisa membaca pikirannya dan langsung menolak duluan. Dia tidak mau lagi pergi ke spa. Terus mereka musti ngapain dong?


Beauty punya ide. "Bawa aku ke tempat yang belum pernah kudatangi dan ajak aku melakukan sesuatu yang belum pernah kulakukan sebelumnya."

Tapi melihat Tee lama banget mikirnya, Beauty langsung berubah pikiran. Lagian dia sudah pernah menjelajahi dunia ini dan sudah pernah melakukan segala macam hal sampai dia bosan. Dia mau pergi saja.

Tapi Tee mendadak mencegahnya. "Jangan terlalu yakin dulu. Akan kubawa kau ke tempata yang belum pernah kau datangi sebelumnya. Dekat kok."

"Di mana?"

Tee langsung menggenggam tangan Beauty dan menariknya keluar dari sana bak sepasang kekasih yang mau pergi kencan... tanpa menyadari Pat yang cemburu melihat mereka.


Saking cemburunya, dia langsung memerintahkan kedua anak buahnya untuk mencuri design-nya Beauty. Kedua anak buahnya jelas tak setuju karena mencuri design-nya Beauty bisa berakibat buruk untuk perusahaan.

Pat kesal menyuruh mereka memilih membantunya menyingkirkan Beauty atau mereka mau memihak Beauty? Kerjakan secepatnya dan jangan meninggalkan bukti sedikitpun.

Piwara langsung menyeret Kratua keluar untuk melaksanakan perintah Pat. Tapi Kratua menolak terlibat dalam masalah ini dan menyuruh Piwara melakukannya sendiri saja.


Tee menyeret Beauty ke area persawahan yang dia yakin belum pernah didatangi Beauty. Memang, Beauty belum pernah kemari dan tidak pernah kepikiran datang kemari.

"Dan apakah kau pernah berjalan di bawah teriknya matahari di sawah seperti ini?"

"Tidak. Hei, ini tidak lucu. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk pada kulitku. Kau harus bertanggung jawab."

"Baiklah. Aku akan bertanggung jawab terhadap kulitmu. Oke?"


Tapi sekarang, Tee menyuruh Beauty untuk melihat pemandangan yang terbentang luas di hadapan mereka itu. Mulai sekarang, mereka harus membuat Thanabavorn seluas pemandangan itu.

"Kau dan aku harus saling membantu sebagai presiden perusahaan."


Beauty terharu mendengarnya. "Tentu saja aku ingin membantu. Tapi... aku tidak tahu... apakah aku akan bertahan sampai hari itu atau tidak."

"Kenapa kau berkata seperti itu? Hidup kita baru saja dimulai."

"Hidup kita tidak pasti. Suatu hari, mungkin aku harus pergi."

"Kau mau pergi ke mana?"

"Jadi burung, mungkin?" Ujar Beauty dengan suara bergetar.

Tapi tentu saja ucapannya terdengar tidak masuk akal bagi Tee. Tapi, ada apa dengan Beauty? Kenapa dia menangis? Beauty menyangkal, dia cuma tidak tahan dengan sinar matahari.


Berusaha menghiburnya, Tee mengingatkan Beauty saat akan apa yang biasanya Tee lakukan pada Beauty setiap kali dia menangis lalu mencubit kedua pipi Beauty untuk membuatnya tersenyum seperti dulu dan memeluknya.

"Kau orang yang cantik, jadi kau tidak boleh menangis, yah? Orang yang cantik tidak boleh menangis."

Melepaskan diri dari Tee, Beauty membatin sedih. "Aku mencintaimu, tapi kau tidak. Kau mencintai orang lain. Sepertinya aku tidak akan pernah menerima ci~man darimu."

Tee tidak mengerti, ada apa sebenarnya dengan Beauty. "Kalau kau punya masalah, katakan saja pada P. Kau punya P. Kau tidak sendirian di dunia ini. Kau boleh mengatakan apapun pada P'Tee. Kau tidak sendirian lagi."

Tee lalu mengecup lembut kening Beauty. Dewi antusias, apa mungkin kutukannya akan berakhir hari ini?

Bersambung ke episode 22

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam