Sinopsis Leh Nangfah Episode 12 - 1

Sinopsis Leh Nangfah Episode 12 - 1


Kali ini, Tee mengantarkan Beauty ke pabrik bagian sewing. Tapi melihat mesin-mesinnya saja sudah membuat Beauty ketakutan. Tee menyuruhnya mengerjakan pekerjaan berbahaya seperti ini?

"Bagaimana kalau jari-jariku sampai terpotong?"

"Kalau terpotong, tentu saja kau akan cacat." Santai Tee.


Puas menggodainya, Tee meyakinkan kalau mereka tidak akan membiarkan Beauty melakukan itu di hari pertama. Bu kepala lalu memanggil seorang karyawan bernama Somcheng dan menyuruhnya untuk melatih Beauty.

Karena Tee sendiri juga memintanya untuk melatih Beauty, Somcheng jadi tidak bisa menolak, padahal sebenarnya dia males banget. Begitu Tee pergi, diam-diam dia protes pada bu kepala. Tapi bu kepala menyuruhnya untuk melakukan perintah presiden saja.


Terpaksalah Somcheng harus mengurus Beauty. Tapi untuk sekarang ini, dia hanya menyuruh Beauty untuk memperhatikan cara memotong kain pakai mesin. Sembari memakai sarung tangan bajanya, dia juga memperingatkan Beauty untuk berhati-hati.

"Kalau kau tidak berhati-hati, kau akan berdarah."

Beauty sontak ngeri mendengarnya.


Di jam makan siang. Somcheng membawa Beauty makan di warung luar yang cuma menjual Som Tam (salad pepaya). Beauty tak mau makan itu dan berusaha pesan menu lain, tapi penjualnya judes banget. Cuma ada menu itu, kalau dia tidak mau yah jangan makan.

Beauty tidak mengerti, kenapa mereka tidak makan di kantin pabrik saja sih? Somcheng sontak membanting segelas es cola di hadapannya dengan kesal. "Makan saja. Jangan cerewet, buang-buang waktu saja."

"Kenapa orang di sini gampang marah, sih? Hei, Somcheng. Kenapa kau marah padaku? Memangnya apa yang sudah kulakukan padamu?"

"Karena kau buang-buang waktuku. Aku tidak bisa bekerja."

"Apa menurutmu kau tidak egois? Melatihku juga salah satu pekerjaanmu."

"Tapi aku harus menghasilkan uang untuk ibuku untuk membayar biaya medis adikku. Kalau aku buang-buang waktu seperti ini, bagaimana bisa aku menghasilkan uang?"

"Maaf. Aku tidak bermaksud."

"Sudahlah. Aku yang salah karena marah pada seseorang yang tidak tahu apapun sepertimu."

Pesanan mereka datang tak lama kemudian. Tapi melihatnya saja, Beauty sudah jijik dan menolak makan. Tanpa dia sadari, trio penggosip sedang melihatnya dari kejauhan.


Piwara melapor ke Pat tentang informasi yang didapatnya dari salah seorang penjahit bahwa tadi Tee datang ke bagian sewing bersama seorang pegawai baru. Pat bisa menduga kalau itu pasti Beauty.

Kratua juga mendapat informasi dari mata-matanya kalau Beauty sedang makan siang bersama Somcheng.

Pat nyinyir. "Pura-pura merendahkan dirinya dan berteman dengan karyawan? Aku tidak percaya. Beauty cuma akting. Orang seperti dia tidak pernah memikirkan orang lain lebih daripada dirinya sendiri."


Saat mereka kembali ke pabrik, Seenuan ada di sana. Ternyata Seenuan itu Ibunya Somcheng dan dia datang untuk memberitahu Somcheng kalau dia akan absen setengah hari untuk mengecek adiknya Somcheng di rumah sakit.

Seenuan juga meminta Somcheng untuk menjaga Beauty dengan baik di sini. Sebelum dia pergi, Somcheng memberinya beberapa lembar uang dan berjanji akan memberinya lebih setelah dia mendapatkan gajinya besok. Beauty penasaran, ada apa dengan Adiknya Somcheng?

"Penyakit ginjal. Dia harus rutin melakukan dialisis ginjal, tapi gaji yang kami hasilkan tidak pernah cukup."


Mendengar itu, Beauty langsung bergegas menemui Tee dan memintanya untuk membantu Seenuan, dia ada masalah.

"Kau hebat, bisa tahu masalah karyawan. Katakan padaku."

Jadi begini, Seenuan punya putri yang bekerja di bagian sewing bernama Somcheng. Mereka bekerja untuk keluarga mereka, tapi gaji mereka tidak cukup karena salah satu anak mereka menderita penyakit ginjal dan satunya lagi terlibat dalam kecelakaan.

Mendengar itu, Tee langsung meminta Sekretarisnya untuk mengirimkan profil Seenuan kepadanya.

"Hei, bisakah perusahaan kita membiayai biaya medis mereka atau apapun yang bisa membantu mereka?"

"Kita harus melihat profil dan kelayakannya dulu."

"Kalau begitu, cepatlah. Ini mendesak!"

Tee mengingatkan kalau di perusahaan mereka ini, karyawannya bukan cuma satu. Kalau mereka berbuat semau mereka, maka itu bisa menyebabkan kekacauan. Mereka harus mengikuti aturan perusahaan.


"Augh! Selalu saja aturan. Hei, Bibi Seenuan kesusahan selama bertahun-tahun, kenapa perusahaan kita tidak membantu? Salah satu aturan perusahaan kan mengatakan 'Jika pegawai senang, maka hasilnya akan baik'. Bukankah begitu?"

Tapi Tee cuma menatapnya dengan muka datar. Kesal, Beauty langsung berpaling membelakanginya... tanpa menyadari Tee yang diam-diam menatapnya dengan kagum.


Tapi walaupun Beauty mempedulikan orang lain, warna emas kristalnya tidak bertambah sama sekali. Dewi menjelaskan kalau itu karena Beauty bertingkah. Dia ingin menang. Dan saat apa yang dia inginkan tidak terjadi, dia jadi marah. Semua itu jadi merusak kebaikannya.

"Jika aturannya seketat itu, aku takut Lallalit akan kehilangan harapan. Seperti orang baik yang melakukan perbuatan baik, tapi tak mendapat balasan apapun." Cemas Lalita.

"Jika kita melakukan kebaikan karena kita mengharapkan kompensasi, itu namanya bukan kebaikan sejati."


Beauty tiba di rumah tepat sepuluh menit sebelum jam 6 petang. Dia bergegas mau masuk kamar, tapi tiba-tiba saja Jade muncul dari ruang tamu sambil meminta maaf karena datang tanpa pemberitahuan.

Dia datang membawakan bunga untuk Beauty dan ingin mereka melanjutkan percakapan mereka yang tertunda. Apa Beauty punya waktu luang untuknya?

Tentu saja tidak karena matahari sudah mulai terbenam dan Beauty mulai kesakitan. Dia buru-buru naik, tapi Jade masih saja bersikeras ingin bertemu dengan Beauty lagi. Beauty asal saja berkata kalau dia akan membuat janji temu dengan Jade nanti lalu bergegas ke kamarnya.


Begitu tiba di kamarnya, Beauty pun berubah jadi burung dan langsung menggerutui kedatangan Jade. Dia bicara pada Jade kan cuma karena dia ingin tahu tentang Korn, ngapain juga Jade datang kemari.

"Apa Tee sudah melakukan sesuatu tentang Bibi Nuan? Lebih baik aku melihatnya."

Beauty pun terbang ke rumah Tee, tapi malah langsung disambut Seua. Sebel, Beauty langsung terbang menghindarinya. Seua kecewa.


Tee sendiri sedang melihat-lihat biodata Seenuan. Thana penasaran melihat Tee membaca biodata itu, apa ada masalah. Tee mengaku kalau Beauty ingin Seenuan dipindahkan kembali ke bagian sewing.

"Beauty begitu tertarik dengan pegawai itu? Baguslah."

"Kalau Beauty tertarik pada sesuatu, berarti dia sungguh-sungguh." Ujar Nee.

Seperti halnya jadi model. Bahkan saat Beauty kuliah design dulu, ayahnya pernah membangga-banggakannya karena memenangkan sebuah kontes designer. Tee sinis mendengarnya. Seharusnya mereka melihat betapa kacaunya saat Beauty jadi sales.

Tepat saat namanya disebut. Beauty hinggap di atas rak dan langsung menggerutu protes. Tee pasti lagi mengolok-oloknya, yah?

 

Tee melihatnya lalu membawa Beauty ke kamarnya. "Dari mana saja kau beberapa hari ini?"

"Hah! Masih berani tanya, aku di Hua Hin. Bagaimana bisa aku terbang kemari?"

"Apa kau jadi kurusan, burung kecil? Kau pasti tidak makan dengan baik, yah?"

"Aku kurusan?"

Tee mencoba menyuapinya, tapi Beauty ngotot tidak mau dan memuntahkan semuanya. "Tidak mau! Berhentilah bicara manis. Aku masih marah, tahu?! Alasan aku kemari cuma untuk melihat apakah kau sudah melakukan sesuatu tentang Bibi Seenuan atau belum."


"Kau pergi untuk mengerami telur-telurmu, yah? (Hahaha!) Kau sudah punya bayi, yah? Sini kulihat."

Beauty sontak protes dan berusaha memberontak sambil mengunyah jarinya Tee sampai dia kesakitan. Tee geli melihatnya. "Burung bisa malu juga?"

"Aku manusia!"

"Jadi kau tidak mengerami telur-telurmu?"

"Enggak!"

"Sudah setua ini tapi masih belum punya bayi?"

"Hah? Kau sudah gila, yah? Jorok! Dasar sinting! Aku tidak mau main denganmu lagi."

 

Beauty langsung terbang, tapi Tee dengan cepat menangkapnya kembali ke dalam pelukannya dan berusaha menenangkannya. "Baiklah, baiklah. Kau tidak mengerami telurmu."

"Siapa juga yang mengerami telur?"

"Aku akan berhenti menggodamu," janji Tee lalu mengec*p lembut kening Beauty.


Setelah mengunjungi Beauty, sekarang Jade mengunjungi Orn di toko bunganya dengan membawa bunga juga. Orn langsung sebel dan mengklaim kalau mereka sudah tutup. Tapi Mami langsung semangat menyambutnya.

Jade memberikannya ke Orn. Tapi Orn bahkan tidak mau menerimanya dan langsung pergi menghindarinya. Mami sampai tak enak pada Jade dan menerima bunga itu sendiri.


Keesokan harinya, Somcheng hendak mengajari Beauty cara memakai alat pemotong kain saat Bu Mandor datang membawakan Seenuan. Ia sekarang dipindahkan kemari dan Bu Mandor memintanya untuk mengajari Beauty agar Somcheng bisa fokus dengan pekerjaannya.

"Bibi juga bisa memotong kain?"

"Ibuku nomor satu dalam hal ini. Dulu ia di sini sebelum kemudian dipindahkan ke gudang."

Tapi apakah sekarang Seenuan bisa punya shift bebas untuk membawa adiknya ke rumah sakit? Tanya Somcheng.

Tentu saja, sekarang perusahaan menugaskannya sebagai pegawai senior jadi dia bisa bebas. Senang, Somcheng kontan mmmluk ibunya. Beauty pun ikut senang melihat mereka.


Lalita pun senang, apalagi warna emas kristalnya bertambah sedikit sekarang. Akhirnya Beauty berhasil melakukan kebaikan dengan tulus. Tapi dia bingung kenapa warna emasnya hanya bertambah sedikit. Apa ada kesalahan?

"Sama sekali tidak. Alasan kenapa tidak bertambah banyak adalah karena dia memilih berbuat baik hanya pada orang-orang yang dia yakini ada di pihaknya. Kebaikannya akan bertambah jika dia tidak pilih-pilih orang."


Pat dan Kratua akhirnya bisa kembali bekerja. Tapi tentu saja Pat langsung membuat rencana lagi untuk menyingkirkan Beauty dari perusahaan ini dan langsung menyuruh Kratua untuk membawa Somcheng kepadanya, tapi jangan bilang-bilang kalau dia yang memanggilnya.

Kratua tidak setuju kalau seperti itu caranya. Kalau seperti itu, takutnya dia akan tahu apa rencana mereka. Kratua punya ide bagus lainnya, pakai surat anonim. Itu cara lama, tapi pasti akan berhasil.


Tak lama kemudian, para karyawan di toilet pada heboh mendapati sebuah selebaran anonim yang mengumumkan kalau Lallalit atau karyawan yang selama ini mereka kenal sebagai Suay (cantik) ternyata presiden mereka yang sedang melakukan training.

Trio penggosip dan Somcheng sontak cemas, soalnya menurut rumor, presiden mereka yang satu itu terkenal suka memecat orang. Selebaran itu tersebar di mana-mana dan membuat para karyawan heboh bukan main.


Somcheng buru-buru ke kantin. Dan saat melihat ibunya makan bersama Beauty, dia langsung cemas dan buru-buru menarik ibunya untuk makan di tempat lain.

"Kau sudah gila apa? Lihatlah makanan yang sudah kami pesan ini. Nang Suay dan aku sudah kelaparan menunggumu." (Nang adalah panggilan yang agak kasar)

Somcheng langsung panik mendengar ibunya menyebut Beauty seperti itu. "Bu, jangan memanggil nona seperti itu."

Beauty heran mendengarnya. Apalagi Somcheng tiba-tiba meminta maaf pada Beauty dengan panik sambil terus memanggilnya 'Nona'. Para pegawai lain juga mendadak menyapanya dengan hormat.

Beauty heran. "Bagaimana kau bisa mengetahuinya?"

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam