Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 8 - 3

Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 8 - 3

 

Tapi dalam flashback, setelah Phaulkon mengatakan semua itu, dia menyuruh Pastor untuk menyampaikan semua ucapannya itu pada Maria. Dia berjanji akan memberikan imbalan yang besar untuk sang Pastor.


Karena itulah sekarang Pastor menyampaikan pada Maria tentang janji yang Phaulkon ucapkan di hadapan Yesus tersebut.

Pastor menyakinkan Maria bahwa Phaulkon sangat mencintai Maria. Jika tidak, maka Phaulkon tidak akan mungkin pindah ke agama Katolik. Mengubah agama itu sama dengan mengubah kehidupan dan Phaulkon rela mengubah hidupnya hanya demi Maria.

"Pria yang kau cintai, tidak membalas perasaanmu. Apa kau akan terus menderita seperti ini?" Ucap Pastor yang kontan membuat Maria jadi semakin galau.

Kade sedang membuat karangan bunga lotus bersama Khun Ying dan para pelayan. Tapi saat Por Date datang tak lama kemudian, dia langsung main isyarat mata dengan Kade. Sepertinya mereka ada rencana.

Maka Por Date berusaha mengajak ibunya bicara, tapi Khun Ying sedang sibuk mengawasi pekerjaan para pelayan hingga menolak bicara dengan Por Date sekarang. Kade jadi sedih mendengarnya.

Tak enak melihat ekspresi Kade itu, Por Date ngotot minta bicara dengan Khun Ying sekarang juga. Dia meminta Khun Ying untuk mengizinkannya membawa Kade ke pernikahan temannya Kade, Maria ternyata akan menikah dengan Phaulkon.

Kade sontak menatap Khun Ying dengan penuh harap. Tapi Khun Ying mendengus tidak setuju... dan Prik langsung latah ikut-ikutan mendengus. Pfft!


Khun Ying tidak setuju karena Kade selalu saja bikin ulah. Dia selalu bikin malu kemana pun dia pergi. Semakin tradisional acaranya, Kade pasti akan menghancurkan acara itu.

Sedih, Kade pun memutuskan pamit kembali ke kamarnya. Khun Ying tak peduli, tapi saat melihat wajah sedih putranya, ia akhirnya mengalah dan mengizinkan Kade pergi.

Kade yang baru pergi beberapa langkah, sontak balik dengan wajah sumringah untuk berterima kasih pada Khun Ying. Por Data pun senang. Tapi Khun Ying memperingatkan Por Date untuk menjaga Kade dengan baik.

"Kali ini, kalau kau membuat malu lagi, akan kukurung kau di kamarmu biar kau tidak bisa melihat matahari dan bulan. Lihatlah wajahnya."

"Wajahnya tidak baik bagi seorang wanita baik." Nyinyir Prik. Tapi alih-alih dapat dukungan dari nyonya-nya, Khun Ying malah langsung menegur sikap Prik yang tidak sopan itu.


Subuh-subuh, Pin dan Yam membantu nona mereka itu luluran dengan semangat empat lima sampai Kade mengeluh kesakitan. Kalau kulitnya rontok, apa mereka mau tanggung jawab? Tapi duo pelayan mengacuhkannya, malah tambah semangat menggosok kulit Kade sekuat tenaga.

 

Dan begitu selesai tak lama kemudian, Kade puas melihat kulitnya yang tampak mulus nan kinclong. Tapi kemudian duo pelayan malah ribut berdebat tentang perhiasan yang harus Kade pakai. Pin ngotot agar Kade pakai berlian, tapi Yam ngotot agar Kade pakai emas.

Tapi Kade langsung menolak kedua saran mereka dan memutuskan untuk memakai perhiasan lain... aksesoris ruby yang Por Date belikan untuknya waktu itu.


Tapi saat Kade keluar tak lama kemudian, duo pelayan ribut mempermasalahkan penampilan Kade karena dia ngotot pakai aksesoris satu itu saja.

Por Date senang-senang saja melihat Kade memakai perhiasan yang dibelikannya. Tapi Khun Ying tidak senang melihat penampilannya dan sontak ngomel-ngomel memarahi Kade dan kedua pelayannya karena perhiasan yang Kade pakai itu terlalu kecil. Itu memalukan.

"Lepaskan sekarang juga!"

Tapi bahkan sebelum duo pelayan sempat menyentuhnya, Kade langsung protes duluan dan ngotot tak mau melepaskannya.

"Cepat lepaskan! Belakangan ini kau sangat memuakkan! Pikirkanlah wajah pamanmu, wajahku, wajah Khun P'-mu! Nang Prik! Lepaskan (perhiasannya) itu... atau kau mau aku yang melepaskannya sendiri?!"

"Ini pemberian Khun P'. Dia yang membelikannya untukku."

Semua mata sontak berbalik menatap Por Date. Khun Ying jadi bingung harus bagaimana. Prik menyarankannya untuk menutupi Kade saja biar tidak ada yang lihat. Maka Khun Ying pun kembali memerintahkan Prik untuk melepaskan perhiasan Kade itu.

"Baik, jao ka."

"Berhenti di sana, Mae Prik!" Bentak Kade yang sontak membuat Prik terduduk kembali dengan ketakutan sambil melindungi kedua pipinya, takut digampar Kade kayak dulu.


"Bibi, aku tidak mau pakai yang lain. Aku cuma mau pakai ini saja, jao ka." Kade ngotot. 

Duh, stres deh Khun Ying. Tapi Por Date sama sekali tak mempermasalahkannya, dia bahkan tampak semakin cinta sama Kade.


Satu per satu, para undangan baik warga lokal maupun bule-bule, sudah berdatangan ke gereja. Begitu Por Date dan Kade tiba di sana, mereka disambut oleh Luang Sri Yhot dan Reung yang tampak begitu terpesona oleh kecantikan Kade.

"Hari ini kau sangat cantik." Puji Luang Sri Yhot... yang sontak membuat Por Date cemberut.

"Aku baru mau bilang begitu, tapi Luang sudah mengungkapkan pikiranku duluan." Timpal Reung.

Kade jelas senang mendapat pujian kedua pria itu. Tapi Por Date tidak senang dan langsung beralih topik mengajak mereka semua untuk masuk sekarang juga.


Kade benar-benar terpesona melihat segala sesuatu di tempat itu. Sementara para tamu duduk dan bersosialisasi, Kade memutuskan pergi mencari sang pengantin yang saat itu masih didandani.

Walaupun ini hari pernikahannya, tapi tak tampak raut kebahagiaan di wajah Maria. Senyumannya baru mengembang lebar saat melihat Kade datang. 

Dia benar-benar senang Kade datang, di kira Kade tidak akan datang karena dia dengar kalau Kade tidak diperbolehkan keluar rumah.

"Ini pernikahanmu, tentu saja aku harus datang."

Setelah mengusir kedua pelayannya, Maria penasaran apakah Kade marah padanya karena dia memutuskan untuk menikah dengan Phaulkon?

"Ya... tidaklah. Bahkan sekalipun aku tidak sepenuhnya setuju, tapi aku tahu kalau kau sudah memikirkannya dengan baik."

"Benar. Aku sudah memikirkannya dengan baik."

"Kalau begitu, aku berharap kau bahagia, Mae Maria."


Tapi Maria meyakinkan Kade bahwa rasa hormatnya, perasaannya, dan niat baiknya pada Kade tidak akan pernah berubah. 

"Bahkan sekalipun aku menikahi seseorang yang dilindungi oleh Pemerintah Perancis, tapi aku terlahir di Ayutthaya, tumbuh di Ayutthaya, dan aku tidak akan pernah melupakan akarku dan mengkhianati Ayutthaya."

Kade bingung kenapa Maria berkata seperti itu? Apa yang dia pikirkan? Maria memberitahu Kade bahwa ayahnya adalah keturunan India berkulit hitam, dan hal itu membuat keluarganya tak ada bedanya dengan budak.

Orang Perancis memandang rendah keluarganya dan Orang Thailand pun jijik pada mereka. Biarpun dia memiliki darah Thailand, tapi dia dianggap sebagai orang asing yang dideportasi kemari. Kade jadi penasaran, memangnya keluarganya dideportasi dari mana?

Dari Jepang. Maria mengaku bahwa kakeknya adalah pangeran Jepang pertama yang dibaptis ke Katolik. Keluarganya jadi tak suka padanya hingga kemudian kakeknya dideportasi dari Jepang.

Kakek dan neneknya kemudian bertemu di kapal, saling jatuh cinta, hingga akhirnya mereka tiba di Ayutthaya.

"Romantis sekali." Kade kagum mendengarnya

"Itu bahasa farang, kan?" Heran Maria.

"Iya. Mae Maria, kurasa kau tidak perlu berpikir berlebihan. Bagaimanapun, masa lalu adalah masa lalu. Sekarang, kau akan memiliki masa depan yang cerah. Hari ini hari yang baik."

Biarpun Kade tidak menyukai Phaulkon, tapi dia dengar kalau Phaulkon akan menjadikan Maria sebagai istri utamanya. Itu saja sudah bukti kalau Phaulkon serius mencintai Maria.


Acara hampir dimulai, tapi Por Date bingung mencari-cari keberadaan Kade. Saking gregetannya, dia langsung saja nyerocos mengeluhkan sifat-sifat buruk Kade yang suka bertingkah seenak hatinya... tanpa menyadari kalau Kade sebenarnya sudah duduk di belakangnya.

"Dia cantik kok. Tidak akan ada orang yang keberatan dengannya."

"Apa hubungannya dengan kecantikan. Orang-orang hanya akan menganggapnya gila."

"Aku tidak gila." Sela Kade.

"Kau dari mana saja? Acaranya mau dimulai." Omel Por Date.

"Mengomel untuk mengalihkan topik. Kau pikir aku akan lupa kalau kau sedang menggosipkanku?"

"Tidak. Aku hanya bicara kebenaran."

"Kebenaran yang mana? Kebenaran kalau dia tidak gila?" Sahut Reung membela Kade.

Luang Sri Yhot juga langsung membela Kade. "Aku berani bersaksi bahwa kalau dia gila, maka dia adalah orang gila paling cantik di ibu kota."

"Betul sekali!" Kade antusias banget yang kontan saja membuat Por Date kesal mempelototinya.


Upacara pernikahan akhirnya dimulai. Pengantin wanita berjalan di altar dengan diantarkan sang ayah yang kemudian menyerahkannya pada pengantin pria. Kade yang paling antusias melihat temannya menikah.

"Bukan kau yang menikah." Nyinyir Por Date.

Kade tak peduli. "Aku tetap senang, apa salahnya?"

"Kau tidak punya sopan santun."

Kade masa bodo seperti biasanya. Dia benar-benar kagum melihat semua ini. "Phaulkon. Chao Phraya Wichayen." Gumamnya kagum... Tapi para pria di depannya, sontak menatapnya dengan heran saat dia menyebut nama itu.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments