Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 7 - 2

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 7 - 2


Khun Ying protes ke suaminya. Ia masih belum rela dengan rencana pernikahan putra mereka dengan Kade. Ia tidak mau putra mereka menikah dengan wanita tidak patuh macam Karakade itu.

"Mae Jumpa, bukankah seharusnya kau menanyai putramu lebih dulu?"

Khun Ying menolak, lagipula ia sudah tahu jawabannya. Gregetan menghadapi istrinya, Ayah memutuskan pergi saja.


Saat Prik pulang dari pasar tak lama kemudian, Khun Ying langsung curhat padanya, ia benar-benar kesal dengan rencana pernikahan itu.

"Mengecilkan hati saja." Gerutu Prik.

Khun Ying bingung, "siapa yang berkecil hati?"

"Saya, jao ka."

"Kau berkecil hati karena apa?"

"Saya berkecil hati tentang hal yang sama dengan anda, jao ka."

"Benar. *Sigh* aku tidak melihat ada pilihan lain. Eh, Nang Prik. Apakah menurutmu..."

"Saya tahu, jao ka." Sela Prik sebelum Khun Ying sempat ngomong.

Khun Ying jelas kesal, sok tahu banget, memangnya dia tahu apa? Prik mengaku kalau dia memperhatikan Por Date sekarang mulai melunak terhadap Kade. Dulu, Por Date sangat amat membencinya.

Benar juga, Khun Ying juga memperhatikan sikap putranya sekarang beda pada Kade. Sekarang dia sudah tidak pernah lagi protes ataupun mengomeli Kade. Kalau begitu, Khun Ying memutuskan untuk bersikap selayaknya seorang ibu saja.


Maka Khun Ying pun mulai melatih Kade berbagai macam ketrampilan yang harus dikuasainya untuk menjadi istri yang baik nantinya.

Dan pelajaran pertamanya adalah membuat ukiran dari berbagai macam buah... dan Kade cuma bisa menatap bingung pada  Khun Ying dan Juang yang sudah mahir mengukir buah dengan indah. 

Dia penasaran, apakah Juang langsung bisa mengukir dengan indah saat pertama kali dia melakukannya?

"Jauh lebih indah dari itu (ukirannya Kade), jao ka." Sumbar Juang.

Tapi Jit dengan santainya membongkar kebohongan Juang, jauh lebih buruk malah. Kade sontak mendengus geli mendengarnya dan itu membuatnya semakin semangat melanjutkan ukirannya.

 

Selanjutnya adalah pelajaran memasak. Para pelayan lain membantu menyiapkan bahan-bahan dan Prik menyuruh Kade untuk membuat 'Lon Tai Jiao' (Thai dessert).

"Oke!"

"Bukan 'Gaeng' (kare), tapi Lon Tai Jiao." Prik salah dengar lagi.

"Siapa juga yang bilang kalau aku mau buat 'Gaeng'?"

"Anda barusan bilang begitu."

"Lon Tai Jiao."

Kade langsung bekerja memasukkan bahan-bahan itu jadi satu dan sukses hanya dalam percobaan pertama. Prik jelas tak senang dengan keberhasilan Kade, tapi Khun Ying tampak senang.


Keesokan harinya, Prik mengajari Kade melipat kelopak bunga lotus. Kade bilang gampang dalam bahasa modern, tapi Prik malah salah paham lagi mengira kalau Kade bilang dia melipat bunga lotus kayak babi.

"Pfft! Apa ada yang salah dengan telingamu, Khun Mae Ban?"

Prik kesal mendengarnya. "Melipatnya dengan cepat, tapi tidak seperti yang kuajarkan."

"Kau bilang apa, Khun Mae Ban?"

"Saya tidak bilang apa-apa, jao ka. Apa ada yang salah dengan telinga anda, Mae Ying?" (Pfft!)

"Ckckck. Dasar! Akan kubalas kau lain kali."


Keesokan harinya, Kade membuat karangan bunga melati yang sangat cantik sampai Khun Ying tak percaya melihat apa yang dilihatnya itu. "Nang Prik, apa mataku melihat penampakan?"

"Saya juga merasakan hal yang sama, jao ka."

Khun Ying tampaknya mulai suka dan makin terpesona pada calon menantunya itu. 

Por Date pun langsung tersenyum lebar. Tapi saat Kade melempar senyum lebar padanya, Por Date langsung pasang wajah jutek kayak biasanya. Kade kecewa. Padahal begitu Kade memalingkan muka, senyum Por Date langsung mengembang lebar lagi.


Saat Kade berlatih membuat hiasan dengan daun pisang, dia mulai kelelahan dan langsung mengeluh ke Pin dan Yam. Apa semua wanita harus belajar semua ini? Tapi Pin dan Yam cuma menjawabnya dengan senyum.

"Kalau kau tidak perlu mempelajarinya, kenapa juga kau mempelajarinya?" Ujar Por Date yang tiba-tiba muncul di sana.

"Mempelajarinya sebagai aksesoris untuk martabat pria. Bukankah itu tradisi di sini?"

"Kau bukan berasal dari sini. Kalau kau tidak mau melakukannya, maka jangan lakukan."

"Sudah kulakukan."

"Kalau begitu kenapa kau mengeluh... sejujurnya?"

Kade tertawa mendengarnya. "Sejujurnya? Kalau begitu, aku akan menjawab dengan jujur. Aku cuma mengeluh saja kok."

Mengingat percakapan mereka malam itu, Por Date penasaaran. "Apa cermin di kamarmu, masih jernih?"

Kade sontak malu mendengar pertanyaan itu.

 

Maka malam harinya, Kade menatap bayangan dirinya di cermin dengan hati berbunga-bunga.


Keesokan harinya, Jin Hong datang membawakan penyaring air pesanan Kade. Semua pelayan sontak berkumpul di halaman depan dengan penasaran dan keheranan. 

Kade langsung keluar dengan antusias lalu mengecek benda itu dari segala sudut. Dan lucunya, semua pelayan langsung ikut-ikutan mengikuti semua pergerakan Kade.

Puas mengecek benda itu mulai kanan-kiri-atas-bawah-depan-belakang, Kade akhirnya memutuskan. "Dit! (bagus - modern)."

Jin Hong bingung. "Apanya yang 'dit' (dipilih)?"

"Bukan 'dit' yang itu, maksudku 'jing' (bagus - Bahasa Cina)."

Oh, Jin Hong mengerti. Kade lalu menyuruh para pelayan untuk mengambilkannya kapas, arang, batu besar, batu kecil, pasir kasar, dan pasir halus.


Para pelayan jelas bingung dengan permintaannya. Tapi kemudian mereka langsung pergi untuk mengambilkan semua itu. Cuma Prik yang tidak mau ikut-ikutan. Dia berniat pergi, tapi Kade langsung memanggilnya.

"Saya tidak tahu dan tidak lihat. Saya tidak mau tahu dan tidak mau lihat! Lakukan saja apapun yang Mae Ying inginkan!" Ketus Prik.

"Aku mau buat penyaring air."

"A-apa tadi?"

"Tunggu dan lihat saja. Tapi aku jamin itu pasti akan sangat bagus."


Khun Ying dan Por Date akhirnya keluar saat itu dan langsung penasaran. Tak lama kemudian, para pelayan kembali dengan membawakan berbagai barang yang Kade inginkan tadi.

Kade lalu menyuruh mereka untuk memasukkan semuanya ke dalam penyaring air sesuai urutan: Kapas, arang, pasir halus, pasir kasar, batu kecil, terakhir adalah batu-batu besar.

Para pelayan lainnya datang tak lama kemudian, membawakan setimba air keruh dari sungai. Dengan bangga Kade meminta Khun Ying untuk menunggu dan melihat hasilnya.

"Aneh sekali." Gerutu Khun Ying.

"Betul. Jangan lihat, jao ka." Hasut Prik.

"Tapi aku mau lihat." (Pfft! Prik kecewa)


Kade menjelaskan bahwa kapas berguna untuk menyaring bau air. Sedangkan pasir dan berbatuan membantu menghilangkan serangga kecil (bakteri) dan penyakit yang terkandung di dalam air keruh. Por Date penasaran, penyakit yang dimaksudnya itu seperti apa?

"Serangga yang sangaaaaat kecil dan tidak bisa kau lihat."

"Tidak bisa dilihat? Lalu kenapa kau pikir mereka ada?"

Kade langsung kesal sambil berkacak pinggang padanya. Tapi Khun Ying sontak menegur sikapnya yang tidak sopan itu. 

Maaf, kalau begitu, dia akan mulai mempraktekkannya. Dia lalu menyuruh Joi untuk memasukkan airnya.


Dan begitu airnya mengalir ke bawah, semua orang sontak terkagum-kagum melihat air sungai yang tadinya keruh, sekarang berubah jernih.

"Airnya jadi jernih." Komentar Por Date.

"Iya-lah." Kade bangga.

"Kau bicara Bahasa Cina lagi?"

"Bagus, kan?"

Melihat kedua insan muda itu saling tatap-tatapan, Khun Ying akhirnya memutuskan pergi meninggalkan mereka.


Tepat saat itu juga, Reung datang dan Kade sontak menyambutnya dengan antusias. Tapi Por Date tak senang, bukankah mereka seharusnya bertemu besok. Kenapa Reung malah datang hari ini? Kade jadi penasaran mereka mau pergi ke mana?

"Ke pasar Cina."

"Pasar Cina? Oh! Yang ada teater lakorn-nya itu, yah?"

Reung membenarkannya dan Kade seperti biasanya, antusias minta ikut. Tapi Por Date melarang. Bahkan tatapan mata memelasnya pun gagal merayu Por Date, pokoknya dia tidak mau mengajak Kade.

"Wanita baik-baik tidak seharusnya datang ke pasar ini."

Kade ngotot kalau dia bisa pergi. "Aku bukan wanita baik-baik, jadi aku bisa pergi!" (Wkwkwk!)


Por Date tetap keukeuh menolak dan langsung berbalik memunggunginya sebagai tanda kalau dia tidak mau didebat. Sakit hati, Kade langsung mengalihkan perhatiannya ke Reung dengan senyum manis lalu membawa Reung melihat penyaring air barunya.

Jadilah Por Date menggalau ria seorang diri di sana sambil menyaksikan keakraban Kade dan Reung.

Dia benar-benar sedih dan murung memikirkan keakraban Kade dan Reung bahkan sampai beberapa waktu kemudian. Ayah sampai cemas melihatnya. Khun Ying santai-santai saja. Toh, sampai sekarang juga ia sebenarnya masih belum menyukai Kade... sama seperti dulu.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments