Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 6 - 5

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 6 - 5


Di dalam rumah, Prik heboh melaporkan tingkah Kade pada Khun Ying, pastinya, sambil ngata-ngatain Kade. Menurutnya, Kade itu aneh banget. Karakade yang sekarang memang tidak sejahat dulu, tapi matanya selalu melihat kesana-kemari dan ingin tahu segala-galanya.

Khun Ying jadi bingung. Antara Kade yang dulu dengan yang sekarang, mana yang lebih baik menurut Prik? Kalau Prik sih jelas tidak suka keduanya, dia merasa Kade yang sekarang juga tidak baik, bahkan pada para tetua. Buktinya, dia sekarang duduk dekat Khun Ban dan tanya ini-itu.


Khun Ban menawari Kade untuk jafi guu mereka dan mengajari mereka belajar Bahasa Perancis di Huasin Paolo. Kade tentu saja menerimanya dengan senang hati. Reung datang paling akhir dan Kade langsung menyambutnya dengan senyum sumringah.

Reung minta maaf karena terlambat, soalnya tadi dia melihat ada acara di depan Kuil Chai dan ada banyak perahu yang memenuhi area depan kuil.

Khun Ban maklum, ia juga sering menemui hal seperti ini. Setiap kali ada acara harus ada orang yang mengatur area pelabuhan agar perjalanan perahu-perahu yang lain tidak terganggu.


Reung memberitahu Kade bahwa sekarang gelarnya Por Date sudah bukan 'Meun' lagi, melainkan 'Khun'. Jadi sekarang Por Date bergelar Khun Sri Visanvacha.

Jika dia melakukan bisnis di luar negeri dan mendapatkan untung besar, maka dia bisa naik pangkat lagi menjadi 'Luang'. Apa Kade senang?

Kade memang tidak mengatakannya, tapi senyum lebarnya jelas menunjukkan kebahagiaannya untuk Por Date. Tapi Por Date yang lagi cemburu, langsung memprotes Reung, dia suka sekali menggoda orang.

"Aku sudah tahu kalau kalian berdua mendapatkan pangkat yang lebih tinggi." Ujar Kade.

Berpaling kembali ke Khun Ban, Kade penasaran ada berapa banyak pejabat pemerintah di Ayutthaya?


Tentu saja ada banyak. Kade tidak tahu bahwa ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan oleh para pejabat pemerintah. Baik itu pekerjaan umum, pekerjaan tata usaha negara, dan juga bisnis dengan para farang. Orang India dan Cina juga berbisnis dengan mereka.

"Lalu, apakah pejabat istana digaji?"

"Maksudmu dibayar?"

"Benar. Bayaran tiap bulan, jao ka."

"Tidak. Para pejabat mendapat kompensasi tahunan dari Khun Luang."

"Lalu, bagaimana kalau tidak cukup?"

Para pria bingung mendengar pertanyaannya. Tapi Khun Ban tetap sabar menjawab pertanyaan Kade. Pejabat istana mendapat bayaran dari pekerjaan yang mereka lakukan. 

Bayaran mereka berasal dari pajak yang dibayar rakyat dari tiap-tiap daerah. Pejabat daerah juga mendapat bagian untuk biaya hidup mereka, dan sisanya dikirim ke istana.


"Apa ada korupsi, jao ka?" Tanya Kade. Tapi para pria itu tidak mengerti ucapannya hingga terpaksa Kade harus mengoreksi pilihan katanya. "Maksud saya, apa ada yang melakukan penipuan?"

"Tidak ada." Tukas Por Date. "Kau mengucap satu kata yang sangat aneh. Bahasa apa itu?"

"Astaga, Khun P'. Kita sedang membicarakan masalah besar, tidak usah memikirkan masalah kecil."

Por Date mau mendebatnya lagi, tapi Kade buru-buru menyela dan menuntut jawaban dari Khun Ban.

Khun Ban malah tanya balik, menurut Kade ada atau tidak? Kalau menurut Kade, di mana pun ada laba, di situ pasti ada penipuan.

Khan Ban suka mendengar jawabannya, betul sekali. Kade jadi semakin penasaran, lalu apakah para penipu itu ditangkap? Dan bagaimana mereka dihukum?

Khun Ban berkata bahwa ada hukuman ringan yang disebut 'Hukum Oubaeka' (Hukum Keadilan). Kade ingin tahu tentang Hukum Oubaeka itu. Tapi Por Date langsung berdehem untuk memperingatkannya karena pertanyaan Kade sudah semakin kelewatan.

"Maaf karena saya mengganggu."

Khun Ban tidak mempermasalahkannya sama sekali dan berbaik hati menjawab pertanyaan Kade tadi. Penipu biasanya akan dihukum denda. Tapi jika dia terus melakukan kejahatan, maka semua hartanya akan disita.

"Lalu apakah ada hukuman mati bagi pelanggaran berulang?"

"Dipenggal dan rumahnya disita."

"Seharusnya memang begitu. Tapi kalau cuma dipenggal terlalu ringan, seharusnya dipotong seluruh tbuhnya... jadi kecil-kecil!" (Sadisnya. Wkwkwk)

Jelas saja para pria itu langsung menatapnya dengan aneh. Khun Ban berkata bahwa hukuman untuk para penipu itu ada banyak, ia akan memberitahu Kade lagi lain kali.


"Terima kasih, Thun Ork Phra. Sejujurnya, saya ingin mendengar tentang para pelayan, pelayan istana."

"Aku akan memberitahumu lain hari, Mae Karakade."

"Aku juga tahu banyak hal loh. Aku juga bisa memberitahumu." Goda Reung.

Cemburu, Por Date langsung mengusir Kade, balik ke kamar sana. Kade kecewa, tapi terpaksa dia harus menurut lalu pergi.


Reung heran dengan sikap Por Date. Kenapa dia selalu emosi pada Kade? Kade kan cuma penasaran dan pengetahuannya itu akan sangat berguna untuk Por Date saat mereka menikah nanti.

Tapi belum sempat Reung melanjutkan ucapannya, Por Date menyela duluan dan meminta mereka untuk melanjutkan diskusi mereka saja. Tapi Khun Ban sendiri juga penasaran dengan sikap Por Date pada Kade.  Apa sebenarnya yang tidak Por Date sukai dari Kade?

"Dia tunanganmu. Kalau seperti ini, bagaimana kalian akan malam pertama nanti?" Omel Khun Ban yang kontan membuat Por Date speechless.


Malam harinya, Por Date berniat mau mengintip kamarnya Kade, tapi tidak sadar kalau Kade sebenarnya lagi sikat gigi di belakangnya. Ha!

"Khun P'!"

Malu, Por Date berniat pergi, tapi Kade buru-buru mencegahnya dan menuntut apa yang Por Date lakukan di sini?

"Aku..." Por Date bingung harus ngomong apa.

"Apa kau sedang mengintipku?"

"Aku... terus kau mau aku melakukan apa?"

"Kalau aku ingin pergi ke suatu tempat, kau harus mengantarkanku."

"Aku datang kemari... untuk bilang padamu bahwa ke mana pun kau pergi, bilang saja padaku."

"Oke. Aku mau tidur."


Tapi Por Date masih saja tak beranjak pergi. Kade sampai harus mengingatkannya untuk kembali ke kamarnya saja dan tidur. Por Date bilang iya, tapi juga tak segera beranjak pergi.

"Pergi!" Usir Kade.

Por Date akhirnya melangkah pergi dan Kade masuk kamar. Tapi begitu Kade mengunci pintu, Por Date mendadak muncul dari dari balik tembok... dan langsung ketahuan Kade yang mendadak muncul dari jendela. Wkwkwk! Malunya Por Date.

"Selamat malam." Ucap Kade sebelum kemudian menutup jendelanya.


Keesokan harinya, mereka kembali ke pasar untuk mengambil pesanan panggangan daging-nya Kade. Kade puas melihat hasilnya, akhirnya dia mendapatkan hotpot modern sesuai keinginannya.

Tapi Kade masih ada pesanan kedua untuk Jin Hong, yaitu penyaring air. Dia lalu menunjukkan gambar model penyaring air berbentuk corong yang dia inginkan.

Kade menjelaskan bahwa benda ini harus dibuat dari tanah liat. Bagian atas berbentuk oval lalu mengerucut ke bawah dan harus ada lubang agar air bisa keluar. Por Date heran beneran, apa sebenarnya yang ingin Kade lakukan dengan benda ini?

"Setelah ini jadi, akan kutunjukkan padamu."

Selain itu, dia juga meminta Jin Hong untuk membuatkan kaki bundar yang terbuat dari metal untuk menampung corong itu.


Maria sedang menata barang dagangannya saat tiba-tiba dia teringat kedatangan pastor waktu itu. Dia berusaha menepis ingatan itu dari pikirannya, tapi Phaulkon mendadak muncul lagi di sana.

Dia mau bicara dengan Maria, tapi Maria menolak dan menyuruh Phaulkon bicara pada ayahnya saja. Phaulkon bersikeras kalau ini masalah penting yang harus dia sampaikan langsung pada Maria.

"Nama Maria... itu tidak cocok. Aku akan mengubah namamu... saat kau menikah denganku." Kata Phaulkon.

Maria menolak dengan sopan dengan alasan kalau dia ingin tinggal di sini dan menjaga ayahnya yang sudah tua dan sakit-sakitan.

Tapi Phaulkon tidak mau tahu alasannya dan meyakinkan Maria untuk tidak mengkhawatirkan masalah itu, Phaulkon akan membantu Maria tentang masalah itu. Dia janji akan menggelar pesta pernikahan mewah untuk Maria biar dia tidak malu.

"Aku akan memberimu kehormatan sebagai istri utamaku." Ujar Phaulkon.

"Anda sudah memiliki seorang istri, yaitu Putri Khun Luang."

Phaulkon santai berkata dia akan mengirim istrinya yang itu kembali ke istana. Jadi Maria akan jadi satu-satunya nyonya di rumahnya. Maria tidak perlu mengkhawatirkan para gundiknya.

Saat Maria masih juga belum memberinya jawaban, Phaulkon langsung saja memaksa dengan cara memanggil Ayahnya Maria dengan sebutan 'Ayah'.


Pada saat yang bersamaan Por Date dan Kade tiba di dermaga pasar karena Kade ingin bertemu Maria. Kade berterima kasih pada Por Date karena sudah berbaik hati membawanya kemari untuk menemui Maria.

Por Date tak menjawab ucapan terima kasihnya, tapi kemudian dia mengulurkan tangannya untuk membantu Kade turun dari perahu. Dia penasaran bagaimana ceritanya Kade bisa mengenal Maria.

"Ayahnya diganggu para anak buahnya Ork Luang Phaulkon, makanya aku membantu mereka dan berdebat dengan Ork..." Ucapannya mendadak terpotong karena saat itu juga dia melihat Phaulkon di depan.

Kade tak gentar dan langsung bersedekap sambil melotot seolah menantang Phaulkon. Phaulkon pun sontak kesal melihatnya lagi. "Wanita berani."

Cemas melihat ketegangan di antara mereka, Por Date langsung menarik tangan Kade dan membawanya pergi. Tapi Phaulkon dengan cepat menghalangi mereka.

Bersambung ke episode 7

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam