Sinopsis About is Love Episode 14 - 2

 Sinopsis About is Love Episode 14 - 2

Saat melihat bayangan dirinya sendiri di cermin toilet, Zhou Shi membayangkan sosok di cermin itu sedang mengomelinya, bahkan membanding-bandingkan penampilannya yang tidak secantik Ran Yu dan otaknya yang tidak sepintar Qiu Jing, pantas saja Ming Cheng tidak pernah meliriknya.


"Tapi aku menyukainya. Tak ada seorangpun yang menyukainya lebih daripada aku."

"Kau bahkan tidak punya keberanian untuk menyatakan perasaanmu. Apa kau punya hak untuk bilang kalau kau menyukainya?"

Zhou Shi jadi semakin sedih mendengarnya, benar-benar merasa kalau dia tidak pantas untuk Ming Cheng.


Wei Qing buru-buru lari ke bar, dan tak sengaja bertabrakan dengan Zhou Shi. Syukurlah mereka bertemu di sini, Zhou Shi belum memberikan hadiahnya, kan?

"Sudah tidak ada gunanya. Buang saja."

"Kenapa kau minum banyak? Ada apa? Mereka di ruangan mana? Akan kuantarkan kau ke sana."

Tapi Zhou Shi menolak kembali ke sana, tapi juga tidak mau pulang. Apa ada minuman keras di rumahnya Wei Qing?


Fei Fei mencari Ning Fei ke mini market dekat tempat dia hilang. Si kasir membenarkan kalau Ning Fei tadi memang datang kemari, tapi sekarang dia tidak tahu ke mana Ning Fei pergi.

Fei Fei terpaksa harus berkeliling mencarinya sampai kakinya sakit. Dia mencoba menelepon, tapi tidak diangkat. "Dasar kucing busuk, kalau kau ada di sini, berteriaklah!"

Dan tepat saat itu juga, tiba-tiba saja dia mendengar suara Ning Fei sedang meong-meong menirukan suaranya kucing. Fei Fei langsung mencarinya di sekitar sana dan akhirnya dia menemukan Ning Fei sedang bermain-main dengan si kucing liar.


Ning Fei senang, akhirnya Fei Fei datang juga. Tapi Fei Fei sontak ngomel-ngomel memarahinya, ngapain sih Ning Fei di sini? Capek nyari dia, tahu!

"Kau kan menyuruhku tetap di sini?"

"Bukankah aku menyuruhmu menunggu di mini market?"

"Kau tidak menyuruhku menunggu di mini market."

Sudahlah. Fei Fei langsung memberikan jaket bulunya untuk menghangatkan Ning Fei, tapi Ning Fei malah protes karena jaket bulunya tuh bau.

"Aku menghabiskan banyak uang untuk parfum ini dan kau berani bilang ini bau?! Ayo pulang!"

Fei Fei mengulurkan tangannya bak seorang ibu yang mengajak anaknya pulang. Btw, apa FeiFei sudah selesai dengan kencannya?

"Masih berani ngomong? Kompensasi aku."

"Oke." Ning Fei santai saja berbagi jaket bulu itu berdua dengannya dan sukses membuat Fei Fei kembali tersenyum.


Zhou Shi dan Wei Qing akhirnya minum-minum di pinggir kolam renang rumahnya Wei Qing. Enak yah punya banyak uang, Wei Qing punya kolam renang segede ini.

"Kenapa? Kau bisa renang?"

"Bisa dong! Setelah aku hampir tenggelam waktu itu, aku mulai belajar renang. Kak Ming Cheng lah yang mengajariku."

"Apa kau berencana untuk menggantungkan dirimu pada satu pohon itu saja (mencintainya seorang)?"

"Iya! Biarpun Kak Ming Cheng menyiksaku ratusan atau ribuan kali, dia akan selalu menjadi cinta pertamaku. Tapi dia memang cinta pertamaku."

"Please deh. Kau sebut itu cinta pertama? Itu namanya cinta bertepuk sebelah tangan."

"Kau!"

"Baiklah, baiklah, ayo minum saja."


Sudah beberapa kaleng yang Zhou Shi habiskan, tapi Wei Qing perhatikan kalau dia belum mabuk, dia kuat minum ternyata. Tentu saja, sejauh ini dia cuma pernah mabuk hadapan Ming Cheng. Karena dia tahu bahwa tak peduli seberapa mabuknya dia, Ming Cheng pasti akan melindunginya.

"Tapi sekarang kau mabuk di hadapanku. Bukankah itu berarti kau menganggapku sama sama seperti Ming Cheng?"

Dih, siapa bilang Zhou Shi mabuk. Dia tidak akan mabuk biarpun dia minum sekolam. Oh, oke. Kalau begitu, Wei Qing usul agar mereka lomba minum. Zhou Shi setuju.


Ming Cheng mencoba menghubungi Zhou Shi saking cemasnya, tapi teleponnya tidak diangkat. Semua orang sudah pada teler dan hanya Qiu Jing yang masih sadar, Ming Cheng benar-benar perhatian pada Ran Yu bahkan menyelimuti Ran Yu dengan jaketnya dan hal itu tak luput dari perhatian Qiu Jing.

"Ketua Li, kau sangat manis pada para gadis." Sinis Qiu Jing.

"Apa kau sedang mengolokku?"

"Nada bicaraku kentara sekali yah?"

"Apa maksudmu?"

"Apa maksudku? Kau menghabiskan sepanjang malam flirting dengan Zhang Ran Yu. Apa kau tidak lihat Zhou Shi minum-minum sendirian?! Sekarang kau baru sadar kalau dia menghilang. Ketulusannya seolah dilempar ke anjing."

Hah? Maksudnya apa Qiu Jing ngomong kayak begitu? Qiu Jing menolak menjawab, Ming Cheng pikir saja sendiri. Dia mau menjemput Zhou Shi. Loh, memangnya Qiu Jing tahu ke mana Zhou Shi pergi?


Qiu Jing menjawabnya dengan memberikan laptopnya yang entah bagaimana bisa terhubung ke kamera CCTV di rumahnya Wei Qing. Dari situlah mereka bisa melihat Zhou Shi dan Wei Qing sedang minum-minum bersama.

Bagaimana caranya komputernya Qiu Jing bisa melihat ini? Qiu Jing mengaku kalau dia melacak lokasi ponselnya Zhou Shi. Asal dia tahu di mana lokasi Zhou Shi dan di sana ada kamera CCTV terdekat, maka dia akan menggunakan sebuah aplikasi untuk menghacking kamera itu. Aplikasi apaan tuh?

"Beberapa hari yang lalu saat dia kerja shift malam. Karena aku mengkhawatirkan keselamatannya, makanya aku menciptakan aplikasi ini sendiri."

Tapi Ming Cheng tidak menyetujui perbuatannya ini, ini namanya ikut campur urusan pribadi orang lain. Qiu Jing tak percaya mendengarnya. Alih-alih mencemaskan urusan pribadi orang lain, kenapa dia tidak mencemaskan keselamatan Zhou Shi?!

Canggung, Ming Cheng akhirnya memutuskan untuk menonton lagi. Tapi tiba-tiba saja terjadi pemadaman listrik sehingga mereka tidak bisa melihatnya lagi.


Wei Qing menyalakan banyak sekali lilin untuk menemani mereka minum. Zhou Shi penasaran dengan salah satu lilin itu, ini lilin apa, baunya unik.

Wei Qing mengaku kalau dia mendapatkannya dari sebuah event, dia lalu menyimpan itu di gudang bawah tanahnya. Dia kira kalau lilin itu tidak bakalan terpakai, siapa sangka kalau dia bakalan memakai lilin-lilin ini sekarang.

Zhou Shi suka baunya, saat menghirupnya, rasanya tbuhnya terasa ringan. Wei Qing ikutan membauinya dan langsung bisa menebak wangi lilin itu dari bunga-bunga apa saja.


Tapi tiba-tiba saja dia merebut lilin itu lalu mematikannya, jangan dihirup, ini tidak baik. Zhou Shi langsung protes tak setuju, baunya kan enak, apa masalahnya.

"Sudah kubilang, ini bermasalah. Kalau sampai terjadi sesuatu, maka salahkan dirimu sendiri."

"Kau berpikir terlalu berlebihan. Memangnya apa yang akan terjadi?"

Zhou Shi sepertinya sudah benar-benar mabuk hingga dia tidak kuat melek lagi dan langsung menyandarkan dirinya di bahu Wei Qing. Kepalanya berat banget rasanya, jadi biarkan dia istirahat sebentar.

"Duh, kau bau. Jauh-jauh sana!"

"Kenapa kau jaga jarak denganku sekarang?! Bagaimana dengan saat kau mengejar-ngejarku dan memperlakukanmu seolah aku pacarmu?"


"Hei, mengejarmu dan menyukaimu adalah dua hal yang berbeda. Kau harus membedakan keduanya dengan jelas."

Baiklah, Zhou Shi akan membedakan kedua hal itu. Jadi, apa Wei Qing menyukainya atau tidak?

"Aku... tidak menyukaimu."

"Aku nggak percaya! Kalau kau tidak menyukaiku, lalu kenapa kau selalu berusaha untuk melibatkan diri denganku? Kalau kau tidak menyukaiku terus kenapa kau menggangguku terus? Kau sampai membuat kontrak, melunasi hutang dan mengajakku berteman. Omong kosong, semua itu taktik rayuannya para cowok."


Wei Qing mau ngomong, tapi Zhou Shi langsung membungkamnya dengan cepat sambil terus nyerocos dengan pedenya kalau Wei Qing menyukainya. Biarpun dia bodoh, tapi dia tahu kok tentang masalah beginian. Dia memang imut banget sih, wajar aja kalau Wei Qing suka.

Wei Qing tak percaya mendengarnya. Ternyata Zhou Shi bisa jadi begini yah saat sedang mabuk. Kalau dia sepede itu, lalu kenapa dia tidak bisa memberitahu Ming Cheng? Seharusnya dia pergi ke Ming Cheng dan bilang sama dia kalau dia adalah wanita yang paling cocok sama Ming Cheng di dunia ini. Cewek paling cantik atau paling pintar mah lewat.

"Jangan memuji begitu, aku jadi malu. Kenapa kau menyukaiku sebesar ini? Aku sungguh tidak tahu bagaimana harus menjawabmu. Rasanya sungguh berat."

Wei Qing benar-benar speechless mendengar kepercayaan diri Zhou Shi yang ketinggian itu. Tapi tiba-tiba saja Zhou Shi menarik wajahnya dan berkata.


"Kau tampan juga... cuma umur aja yang agak tua. Kulitmu juga bagus. Kalau aku membawamu kencan, tidak buruk juga. Sayangnya, aku sudah punya Kakak Ming Cheng. Tak peduli seberapa sempurnanya aku, kau tetap harus menyerah."

"Berhentilah memuji dirimu sendiri. Kalau bukan karena aku ingin menyembuhkan penyakitku..." (Oops! keceplosan)

"Menyembuhkan penyakit apa?"

Bersambung ke part 3

Post a Comment

4 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam