Sinopsis Leh Nangfah Episode 6 - 1

Sinopsis Leh Nangfah Episode 6 - 1


Tee masih sibuk bekerja sampai malam saat Beauty terbang ke ruangannya. "Kau masih belum selesai bekerja? Cepatlah biar aku bisa nebeng pulang, aku malas terbang."

Dia terus bercuit-cuit hingga akhirnya Tee mendengarnya. Tee heran melihat burung Beauty ada di sana dan langsung mengelus-elusnya. "Ini beneran kau. Bagaimana bisa kau sampai kemari?"

"Tentu saja aku terbang kemari. Aku kan burung, masa aku datang kemari dengan menyelam? Rasain, nih!"

"Augh! Jahatnya."


Tepat saat itu juga teleponnya berbunyi. Sekretarisnya memberitahu kalau Pat mau datang, katanya ada hal penting yang mau didiskusikan dengan Tee.

Mendengar itu, Tee menyuruh si burung untuk diam lalu menyembunyikannya di dalam jasnya. Beauty jelas tak senang.

Pat masuk tak lama kemudian dan langsung tanya apakah Tee tahu kalau Beauty training di sini? Tee mengiyakannya, memangnya kenapa? Pat tidak mengerti Beauty ditraining untuk apa dan kenapa dia tidak tahu menahu tentang masalah ini.

"Training untuk jadi eksekutif, agar dia mengenal setiap departemen seperti yang dilakukan Paman Baworn (Ayahnya Beauty)."

"Jadi benar kalau Beauty akan menjadi co-presiden bersamamu?"

"Dia memang sudah jadi (co-presiden walaupun cuma nama saja)."


Pat tidak terima. Kalau orang seperti Beauty yang mengurus perusahaan, maka perusahaan ini pasti akan hancur. Tee tenang mengingatkan Pat bahwa Beauty punya hak untuk bekerja di sini.

"Jadi kau setuju kalau orang seperti Beauty menghancurkan perusahaan?"

Tee yakin tidak akan sampai separah itu. Lagipula seseorang seperti Beauty tidak akan bertahan lama. Dia kan tidak pernah melakukan sesuatu jangka panjang. Dia akan cepat bosan.

Kesal, Beauty sontak mematuki perutnya Tee. Pat heran, ada apa dengan Tee? Tidak apa-apa, dia hanya sakit perut.


Baguslah kalau menurut Tee, Beauty tidak akan bertahan lama. Dia tidak akan membiarkan Beauty jadi presiden yang memerintahkan orang-orang untuk melakukan hal-hal bodoh. Tee yakin kalau Beauty tidak akan bertahan lebih dari 2 minggu.

Kesal, Beauty semakin ganas mematuki perutnya Tee sampai Tee dan buru-buru pamit. Tapi terlebih dulu dia memperingatkan Pat untuk merahasiakan identitasnya Beauty dari para karyawan pabrik.


Beauty heran, Tee mau membawanya ke mana ini? Tee heran melihat burung itu sekarang diam. Dia memang sangat mirip dengan Beauty yang kadang baik kadang jahat. "Apa kau Beauty yang menyamar jadi burung?"

"Tinggalkan aku sendiri! Aku masih marah padamu karena kau bilang kalau aku tidak akan bertahan lama."

"Apa kau sedang mendebatku? Kau gampang marah."

"Tentu saja. Lihat saja nanti. Akan kubuktikan padamu dan si kuno Pat itu kalau aku bisa menjadi seorang presiden sebuah perusahaan. Dan aku bisa lebih baik darimu, gendut mata empat!"

Yang tidak disangkanya, Tee mendadak bilang kalau dia akan membawa Beauty ke dokter hewan, soalnya dia penasaran kenapa burung sepertinya bisa sepintar ini.

"Dokter hewan? Kau sudah gila apa? Aku bukan hewan! Aku tidak mau! Aku tidak mau pergi ke dokter hewan! Tidak mau!"


Tapi tentu saja protesnya tidak kedengaran. Tak lama kemudian, dokter mengembalikan Beauty ke Tee dan memberitahu kalau burung ini sangat sehat.

"Apa kau sadar apa yang sudah kau lakukan?!" Kesal Beauty.

Tee heran, kenapa burung ini emosian? Dokter menduga karena dia adalah burung dewasa, mungkin dia ingin kawin. Puahahaha!

"Dasar gila! Aku tidak pernah berpikir seperti itu!"

"Oh, pantas saja dia sering ngamuk. Akan kucarikan pasangan untukmu."

"Nggak! Nggak mau! Bawa aku pulang sekarang!"


Tee masih penasaran, kenapa burung ini sangat pintar. Dia bahkan terbang sampai ke kantornya. Dokter menduga mungkin rute kantornya Tee adalah rute tempat tinggal lamanya si burung. Jadi dia kebetulan terbang di sana. Puas mendapat jawaban, Tee pun pamit.

"Eh, tunggu. Burungmu ini... betina." Kata dokter.

"Dasar gila! Ca**l! Aku membencimu, aku benci dokter hewan, aku benci semua orang! Pulangkan aku sekarang!"

"Berhentilah menggeliat. Karena kau semarah ini, nama Beauty sangat cocok untukmu."

"Aku memang Beauty! Dokter hewan itu ca**l!"


Mengetahui Pat sudah tahu tentang Beauty, Korn memintanya untuk merahasiakan masalah Beauty itu dari semua orang di kantor agar Beauty bisa mengetahui berbagai masalah yang dihadapi perusahaan.

Jangan khawatir, Tee juga sudah menyuruhnya untuk merahasiakannya. Dia juga penasaran berapa lama seseorang seperti Beauty bisa bertahan.

"Entahlah. Tapi setidaknya itu bisa membuatnya mempelajari perusahaan."

Pat tak yakin kalau seseorang Beauty memiliki cukup toleransi. Pat bersumpah kalau dia tidak akan membiarkan seseorang seperti Beauty menjadi presiden. Karena jika sampai itu terjadi, maka dia tidak akan bekerja di Thanabaworn lagi.


"Jangan secerewet itu. Mungkin segalanya tidak akan berjalan sesuai yang kita pikirkan. Segalanya bisa saja berubah jika waktunya tiba."

Pat jelas heran mendengarnya. "Apa yang akan berubah?"

"Kau akan tahu jika waktunya tiba. Kau bekerja keras saja sementara waktu ini."

"Apa maksud ayah? Aku tidak mengerti."

"Akan ada perubahan besar di Thanabavorn... segera."


Sesampainya di rumah, Tee mendapati Orn ada di sana. Senyum Tee langsung merekah melihatnya. Beauty langsung nyinyir. "Lihatlah betapa lebar senyumanmu saat melihat cewekmu."

Orn datang untuk mengundang Tee ke acara tea party di tokonya. Selain toko bunga, sekarang dia juga membuka cafe. Melihat burung yang dibawa Tee, Orn langsung membelai burung itu.

Beauty tak suka dan langsung menggigit jarinya Orn. Nee heran, apa Tee membawa burung itu ke kantor? Tidak, burung ini terbang sendiri ke kantor. Apa ini burung yang sama dengan yang kemarin?

Iya, bekas lukanya memang masih ada. Tapi yang membuatnya yakin adalah perilaku burung ini, dia jelas-jelas Beauty.

"Beauty? Kau menamai burung ini seperti Khun Beauty."

Orn mencoba mengelusnya lagi, tapi Beauty langsung mematuknya lagi sampai berdarah. Cemas, Tee langsung membantu mengoleskan obat untuk Orn.


Cemburu melihat mereka, Beauty memutuskan terbang kembali ke rumahnya sambil menggerutu kesal. Dia disuruh kerja keras seharian, dibawa ke dokter hewan sinting itu dan masih disuruh menulis dua jurnal. Mana ada waktu untuk itu kalau dia harus menjadi burung di malam hari?

"Dan kau malah ada waktu untuk flirting dengan Nong Orn."

Tiba-tiba jimat kristalnya berpendar. Yang tidak dia sangka, warna hitamnya malah jadi semakin panjang dan hampir memenuhi kristalnya. Beauty sontak kesal dan ngamuk-ngamuk mengutuki Dewi.

"Aku tidak mau lagi melakukan kebaikan atau semacamnya! Aku tidak mendapatkan apapun dari semua itu! Aku tidak mau lagi melakukannya! Aku mau jadi manusia! Aku mau jadi manusia! Aku mau jadi manusia!"


Lalita cemas melihat kegilaan putrinya dan berusaha menyemangati Beauty untuk bersabar dan jangan kehilangan harapan.

"Jika dia tidak bisa melakukan kebaikan. Tak ada seorangpun yang bisa menolongnya."

"Kenapa, Dewi? Lallalit selalu baik."

"Dia hanya melakukannya untuk mempertahankan kekayaannya. Dia tidak pernah memiliki niat baik pada siapapun."

Kalau begitu, Lalita memohon agar Dewi mau menuntun Beauty ke jalan yang benar. Dewi tak yakin karena Beauty adalah seseorang yang tidak mematuhi siapapun. Percuma menuntun seseorang yang keras kepala seperti Beauty, dia hanya akan mengambil langkah sebaliknya. Mendengar itu, Lalita tiba-tiba tersenyum, sepertinya dia punya ide bagus.


Beauty terbangun keesokan paginya oleh bunyi telepon. Tee menelepon untuk memastikannya sudah bangun. Beauty langsung protes tak suka. Dia kan masih tidur, kenapa Tee membangunkannya sepagi ini?

"Bagaimana bisa sekarang terlalu pagi. Makanya kau selalu terlambat bekerja."

"Aku tidak akan datang bekerja lagi. Aku tidak mendapatkan apapun dari itu."

Tee langsung sinis. Dia sudah menduga kalau Beauty tidak akan bisa bertahan lama. Beauty tidak terima, dia punya alasannya sendiri. Dia bukannya malas seperti yang Tee pikir.

Begitu? Kalau begitu, Beauty harus menandatangani surat kontrak untuknya. Kontrak yang menyatakan kalau Beauty tidak akan lagi ikut campur dalam perusahaan. Beauty jelas menolak keras.

"Kalau begitu katakan saja padaku kalau kau tidak akan lagi ikut campur dengan perusahaan lagi."

"Tidak mau. Aku tahu apa yang sedang kau lakukan. Kau akan merekam suaraku, kan?"

"Baiklah, aku tidak akan merekamnya. Mengetahui kau tidak akan ikut campur dalam perusahaan saja sudah membuatku senang."

"Apa kau sedang berusaha menyingkirkanku? Tidak akan pernah! Jangan harap! Aku akan bersiap dan akan segera tiba di sana!"


Tee tersenyum mendengar semangat Beauty bangkit lagi. Di surga, Lalita dan Dewi pun senang melihat Beauty tidak jadi menyerah. Beauty bersumpah, dia akan membuktikan pada Tee kalau dia pasti bisa, bahkan menjadi jauh lebih baik daripada Tee.

Setelah memakai syal dan menyemprotnya dengan parfum mahal, Beauty pun siap berangkat kerja. Tapi di mana tasnya? Oh, yah. Kemarin dia berubah di toilet pabrik dan semua barang-barangnya masih ada di sana.


Cemas, Beauty buru-buru pergi pabrik. Tapi setibanya di sana, dia malah mendengar para tukang gosip lagi heboh menggosipkan keanehan dirinya saat di toilet kemarin.

Beauty jelas tidak terima dan menyuruh mereka untuk tanya langsung padanya jika mereka punya keraguan atau masalah dengannya, jangan malah menggosipkannya atau menjelek-jelekkannya.

Tidak terima, para tukang gosip itu hampir saja membuli Beauty. Tapi untunglah Seenuan cepat datang menghentikan mereka.


Beauty tak mempedulikan mereka lagi dan buru-buru ke toilet untuk mencari tasnya, tapi tas itu tak ada di mana-mana.

"Apa yang sedang kau cari?" Tanya Seenuan tiba-tiba.

"Aku mencari tasku. Tapi tidak ada. Apa mungkin diambil seseorang?"

"Apa ini punyamu?" Tanya Seenuan sembari menyodorkan tangannya Beauty.

Dia heran kenapa Beauty meninggalkan barang-barangnya di toilet semalaman? Oh, itu karena Beauty lupa. Dia sudah mencarinya kemana-mana tapi tidak ketemu.

Tapi kenapa pintu toiletnya terkunci dari dalam? Bagaimana caranya Beauty bisa keluar? Beauty beralasan kalau itu karena tangannya tak sengaja mengunci pintunya.


Beauty lalu buru-buru pergi dan mulai menulis di kedua buku jurnal yang harus dia kumpulkan ke Tee. Dia tidak sadar kalau Pat diam-diam sedang memperhatikannya dari kejauhan dengan senyum licik.


Jade ditelepon Papanya Orn yang mengundangnya ke acara tea party-nya Orn sekaligus untuk membicarakan tentang pembukaan toko cabang Jade Garment di mall-nya Papa. Jade tentu saja menerima undangan itu dengan senang hati.


Di tokonya, Orn sedang sibuk memberikan berbagai instruksi pada para pegawainya. Mami datang tak lama kemudian dan berniat mengajak Orn ke salon buat persiapan acara nanti malam biar dia kelihatan cantik.

Tapi Orn bersikeras menolak. Dia harus membuat kue. Dia sudah bilang ke Tee kalau dia akan membuat kue khusus untuk Tee. Mami tidak mengerti kenapa dia harus membuatnya sendiri, serahkan saja pada chef, Tee tidak akan tahu juga.

"Tentu saja dia akan tahu. Chef bilang bahwa makanan yang dibuat dengan hati dan kue yang dibuat karena tugas itu rasanya sangat berbeda."

Baiklah, Mami mengerti. Tapi Orn harus terlihat paling cantik malam ini. Jangan khawatir, Papa sudah memesankan gaun khusus untuknya kok. Menurut mami, apa Tee lebih suka jika dia kelihatan lebih s**si?

Pria biasanya memang suka wanita seperti itu Tapi menurut Mami, jika seorang pria ingin seorang wanita menjadi ibu dari anak-anak mereka, maka mereka lebih suka wanita yang tampak rapi.

"Kalau begitu, aku akan berdandan rapi."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam