Sinopsis Kleun Cheewit Episode 13 - 4

Sinopsis Kleun Cheewit Episode 13 - 4


Di rumah, Piak menonton siaran yang mrmperlihatkan Chaiyan melindungi Jee dari para reporter saat dia keluar dari kantor polisi. Dan jelas saja dia langsung kesal melihat itu.

Ayah rasa wajar saja endingnya jadi begini jika Piak terus bersikeras tidak mau bilang ke Chaiyan tentang bayi mereka. Jika Chaiyan tahu, dia mungkin akan kembali.

"Dia tidak punya hak atas bayinya karena dia meninggalkanku demi Jee! Dan dia go public seperti ini, malu-maluin aku aja! Dia memaksaku untuk menceraikannya hari ini atau besok!"

Tiba-tiba Piak merasa pusing yang kontan membuat Ayah cemas. Sebaiknya Piak istirahat yang banyak dan jangan terlalu stres, Ayah sendiri yang akan mengurus Thit.

Ayah lalu membantu mengambilkan obatnya Piak, menyuapinya bahkan menawarkan makanan apa saja yang ingin Piak makan. Nanti setelah Piak makan, Ayah juga akan pergi membelikan suplemen untuknya. Apa Piak menginginkan sesuatu lainnya?


Piak benar-benar terharu dengan kepedulian Ayah yang begitu besar padanya. "Aku... aku ingin Ayah memlukku. Bisakah Ayah meme
lukku?"

Ayah tanpa ragu memluknya dan Piak pun menangis dalam plukannya. Ayah bertanya-tanya apakah Piak ingin dia bicara dengan Chaiyan, tapi Piak menolak. Mereka sudah cukup memohon padanya.

"Kau masih punya waktu untuk mengubah pikiranmu."

"Tapi Chaiyan sudah memilih. Dan karena dia tidak menginginkanku dan bayinya, maka aku punya cukup harga diri untuk hidup sendirian. Belakangan banyak wanita yang membesarkan anaknya seorang diri. Aku pasti bisa."

"Jangan begitu. Siapa bilang kau akan membesarkan anakmu sendirian? Bahkan sekalipun kau tidak punya ayah bayi ini, tapi kau masih punya ayahmu. Waktu ibumu mengandungmu, ayah memberinya makan sampai dia naik 20 kg. Dan untukmu, ayah akan membuatmu lebih gendut daripada ibumu. Oke?" (Ayah Piak so sweet deh)

Piak terharu mendengarnya. Ayah meyakinkan bahwa biarpun sulit, tapi mereka pasti bisa melewatinya bersama-sama. Piak tidak sendirian, Piak masih punya Ayah.

"Terima kasih, Ayah."


Malam harinya, Dao mendapati Jee termenung sedih di ranjangnya. Dia masih cemas memikirkan keadaan Thit, apa Dao mendapat kabar dari rumah sakit?

"Dia masih belum siuman. Tapi kurasa kau harus istirahat."

"Aku takut. Aku tidak bisa tidur, Dao. Bagaimana bisa aku tidur jika orang-orang menderita karena aku?"

"Tidak, Jee. Jangan menyalahkan dirimu sendiri seperti ini."

"Kenapa hidup harus sesulit ini, Dao?"

"Tunggulah waktu. Percayalah padaku. Besok segalanya akan lebih baik daripada hari ini."

 

Keesokan harinya, Jee datang menjenguk Thit. Tapi dari balik pintu, dia melihat Jane sedang menemani Thit. Jane bahkan menggenggam tangan Thit.


Jee tidak berani masuk dan akhirnya memutuskan untuk pergi... tepat bersamaan dengan Bibi Wadee yang baru datang. Dia beralasan kalau dia cuma ada urusan di sekitar sini.

Bahkan saat Bibi Wadee mengajaknya masuk, Jee menolak dengan alasan ada kerjaan yang harus dilakukannya lalu cepat-cepat pergi. Bibi Wadee diam saja walaupun tampaknya ia tahu betul alasan Jee tidak mau masuk.


Saat Bibi Wadee keluar bersama Jane, Jane mengaku kalau dia merasa bersalah karena tidak bisa mencegah Thit waktu itu. Kalau saja dia datang lebih cepat, dia pasti bisa menyelamatkan Thit.

"Thit sendiri yang memilih untuk mengambil resiko itu. Kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri."

Jade dan Dao datang tak lama kemudian. Saat Jade memperkenalkan Dao adalah temannya Jee, Bibi Wadee memberitahu mereka bahwa Jee barusan datang tadi. Jane terkejut mendengarnya. Aneh sekali kalau Jee mengkhawatirkan Thit.

"Tentu saja dia khawatir, Khun Jane. Jee adalah orang terakhir yang bicara dengan Khun Sathit sebelum insiden itu terjadi. Makanya Jee sangat shock karena kejadian itu tiba-tiba terjadi padanya."

Jane langsung ingat kalau dia melihat Thit bicara di telepon sebelum truk itu menabraknya, jadi orang yang bicara dengan Thit waktu itu adalah Jee?

Dao membenarkan, Jee sangat shock waktu itu seolah ada seseorang yang membunuh Thit tepat di hadapan matanya dan dia tidak berdaya melakukan apapun.

"Makanya Khun Jee merasa sangat bersalah beberapa hari belakangan ini." Timpal Jade.

"Jee tidak sanggup melihat wajahnya, makanya dia hanya bisa melihat kondisinya dari kejauhan."


Jee termenung sedih di balkon. Apalagi saat dia melihat sofa ruang tamunya yang mengingatkannya kembali akan kenangan mereka berdua di sana, saat Thit mengcup lembut bibirnya.


Dao prihatin melihat Jee. Dia ingin tahu apa yang Thit pikirkan tentang Jee. Siapa yang sebenarnya yang Thit sukai di antara Jee dan Jane.

"Kurasa itu sesuatu yang harus kau tanyakan sendiri pada Khun Sathit."

"Sudah beberapa hari, tapi kondisinya masih kritis."

"Bahkan sekalipun dia bangun, dia masih akan bermasalah dengan kakinya. Entah apakah dia sanggup menanggungnya."

 

Tapi ngomong-ngomong, apa Dao sadar kalau belakangan ini Dao sudah mengabaikan pacarnya sendiri gara-gara terlalu mengkhawatirkan orang lain.

"Besok aku akan kembali ke anjungan lepas pantai. Aku akan sangat merindukanmu." Rayu Jade sambil meragkul Dao yang kontan membuat Dao panik melepaskan tangannya, malu kalau sampai dilihat Jee.

Untung saja Jee cepat masuk ke kamarnya. Tapi Jade tidak mengerti kenapa Jee tidak boleh tahu tentang hubungan mereka.

"Bukannya tidak boleh, tapi sekarang bukan saat yang tepat. Aku tidak mau Jee berpikir kalau aku bahagia di saat dia bersedih seperti sekarang ini."

"Kau cuma mencemaskan orang lain, lalu bagaimana denganku?"

"Berapa lama kau menjomblo? Kau terlalu berlebihan jika kau tidak bisa sedikit bersabar."

Jade langsung ngambek kayak anak kecil. "Oke, deh. Aku akan pergi ke lepas pantai selama 3 bulan. Makan sendirian selama 90 hari. Tidak melihatmu selama 2160 jam. Tidak mendengar suaramu selama 129600 menit. Ini tidak akan membuatku kesepian. Tidak kesepian sama sekali. Aku akan sendirian cukup lama. Gampang kok!"


Dao sampai geli melihatnya. "Baiklah. Lalu apa yang akan kita lakukan? Kau ingin aku melakukan apa biar kau tidak merasa kesepian?"

Jade mendadak mendekat dengan antusias sambil nyodorin pipi, kayaknya ada sesuatu di pipinya deh, coba lihat deh. Dao dengan polosnya mendekatkan wajahnya untuk memeriksa pipi Jade dan Jade sontak mendekatkan wajahnya hingga pipinya menyentuh bibir Dao.

"Oh, aku tahu apa yang ada di pipiku. Bibirmu."

"Khun Jade! Dasar curang!"

"Kalau begitu, akan kuc**m balik pipimu biar tidak curang." Goda Jade dan Dao sontak melindungiku kedua pipinya dengan kedua tangannya.

"Bercanda kok. Ini saja sudah cukup." Jade pun pergi meninggalkan Dao dengan hati berbunga-bunga.

 

Saat Jee dan Khun Ying keluar dari gedung pengadilan, para reporter langsung menyerbu mereka dengan berbagai macam pertanyaan. Jee sontak mempererat genggaman tangannya dan menuntun Khun Ying berjalan melewati mereka semua.


Entah sudah berapa lama waktu berlalu. Thit sudah keluar dari ruang ICU, tapi masih belum siuman juga. Hari itu Jee datang mengunjunginya dan menggenggam tangannya dengan sedih.


Di lokasi syuting, seorang staf menyuruh Jee untuk ganti baju. Tapi saat dia beranjak bangkit dari duduknya, tiba-tiba saja dia merasa pusing. Saat dia mengambil barang-barangnya dari mobil, dia melihat testpack di dalam tasnya. Oh, jangan-jangan? Tapi dia tak sempat memikirkannya lebih jauh karena Suki sudah memanggilnya.

Sementara itu rumah sakit, Jane mengunjungi Thit. Dia memperdengarkan musik untuk Thit lalu memotongi kuku Thit dengan penuh perhatian.


Syuting dimulai, Jee dan pemeran utama prianya berdansa dengan penuh semangat. Tapi tiba-tiba Jee merasa pusing lagi. Dia berusaha bertahan dan meneruskan dansanya.

Tapi saat dia harus berputar-putar kedua kalinya, dia benar-benar pusing dan akhirnya pingsan.

Shock, Chaiyan cepat-cepat membopong Jee dan melarikannya ke rumah sakit.


Jee siuman saat dokter datang mengecek keadaannya. Dokter memberitahu kalau dia harus dirawat karena t**uhnya sangat lemah. Jee jadi takut mendengarnya, ada apa dengan dirinya?

"Aku ingin kau istirahat untuk memulihkan kondisi t**uhnya karena itu sangat penting untuk kehamilanmu."

Jee shock. "Anda bilang apa, Dokter?"

"Kau mengandung. Mulai sekarang, kau tidak boleh bekerja terlalu keras seperti sebelumnya. Aku meresepkan vitamin untuk kandunganmu. Kau harus meminumnya untuk perkembangan janinmu."

Bersambung ke part 5

Post a Comment

3 Comments

  1. senengnya.. pas nonton dramanya aku gak tau mereka ngomong apaan.. ini membantu sekali. senang sekali. kelanjutannya jgn lama2 min heee thanks

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam