Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 2 - 4

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 2 - 4


"Kau lihat apa, Khun Meun?"

"Aku memperhatikan kau melihat (perdebatan) itu seolah kau tidak pernah melihatnya sebelumnya."

"Kukira mereka bertengkar." (Kade bingung mereka bertengkar atau tidak karena mereka terdengar bertengkar sekaligus bercanda pakai bahasa kuno)

Por Date jadi makin keheranan mendengar ucapannya. Canggung, Kade buru-buru mengalihkan topik dan mengajak para pelayan pergi. Por Date masih ingin tanya lagi, tapi Kade menyela duluan karena penasaran dengan kuil yang ada di depan sana. Itu kuil apa?

"Kuil Mongkhon Bophit."

"Kita berada di dekat istana?"

"Ya."


Mendengar itu, Kade langsung berusaha merayu Por Date untuk membawanya melihat-lihat istana. Tapi Por Date malah memerintahkan Joi untuk mengantarkan Kade pulang, sementara dia sendiri harus pergi ke Wat Nang Chie.

Kade jelas tidak terima ditinggalkan dan tidak ragu untuk mengutarakan protesnya. Bagaimana bisa Por Date meninggalkannya sendirian? Memangnya di mana Nang Chie itu?

"Di depan komunitas Photuket."


Kade sontak berhenti marah dan antusias lagi minta ikut. Pin dan Yam yang sedari tadi cemas karena cara bicara Kade yang tidak sopan, berusaha memberinya peringatan dengan cara menarik-narik roknya.

Tapi Kade malah sebal menabok tangan Yam lalu berusaha kembali membujuk Por Date lagi untuk membawanya melihat-lihat tempat itu.

"Oiiii! Tidak boleh, jao ka!" Seru duo pelayan serempak.

"Para farang (bule) itu raksasa yang menakutkan, jao ka!"

"Farang? Oh, mereka disebut seperti itu di Ayutthaya."

Pin meyakinkan Kade untuk tidak pergi ke sana. Bisa-bisa dia bakalan disenggol lalu diinjak-injak orang-orang farang di sana. 

Tidak mau, Kade ngotot mau pergi ke sana. Por Date juga ngotot menolak, dia ada pekerjaan di sana. Jadi Kade tidak boleh ikut.


"Aku janji, deh!" Serunya sambil mengangkat 3 jari sebagai tanda sumpah yang membuat Por Date bingung.

Kade janji kalau dia tidak akan mengganggu pekerjaannya Por Date. Dia akan menunggu di pelabuhan, dia akan duduk diam dan bersabar, dia janji tidak akan ke mana-mana. Sumpah!

Saat Por Date masih saja diam, Kade dengan santainya menarik-narik lengan Por Date sambil menatapnya dengan wajah melas ala-ala Puss in Boots. 

Dia terus meminta Por Date membawanya, tanpa menyadari reaksi semua orang yang melongo kaget melihatnya menyentuh pria.

Dan baru saat menyadari pelototan kaget Por Date, Kade akhirnya menarik tangannya sambil meminta maaf. Tapi dia sungguh-sungguh dengan janji loh.

"Kalau begitu, baiklah." Por Date akhirnya ngalah. Tapi dia menegaskan bahwa Kade harus menunggu di dermaga jika pekerjaannya belum selesai. Kade tidak boleh ke mana-mana sampai dia kembali. Bisa Kade melakukannya?

"Tentu saja. Aku tidak akan mengeluh, tidak akan keluyuran dan akan bersikap sebaik mungkin."


Maka mereka pun pergi ke Pasar Nang Chie melewati Bomp Phet (Benteng Phet). Sebuah benteng yang membuat Kade teringat akan ajaran dosennya bahwa Bomp Phet adalah sebuah benteng yang cukup penting di Ayutthaya, karena itu adalah benteng terdepan untuk menerima barang dagangan dari laut.

Pada masa itu, Ayutthaya sangat kaya dan makmur karena mereka melakukan perdagangan dengan banyak negara-negara luar. Mereka mengekspor barang-barang ke Eropa dan Perancis. Dan begitu pun sebaliknya, Perancis dan Portugis juga banyak mengirim barang dagangan untuk dijual ke Ayutthaya.

"Benteng Phet. Rasanya sungguh terberkati bisa melihatnya langsung!" Seru Kade sambil bangkit dari duduknya agar bisa melihat benteng itu.

"Duduk!" Bentak Por Date.

"Kejamnya." Tapi Kade tidak marah dan kembali mengalihkan perhatiannya ke benteng. "Bomp Phet, sangat indah dan megah. Pantas saja berada di depan Ayutthaya."

Bahkan saking antusiasnya, dia langsung dadah-dadah ke para penjaga benteng yang jelas saja membuat para penjaga kebingungan.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Maaf, aku lupa."

"Aku tidak pernah melihat sikap yang begitu buruk seperti sikapmu itu."

Kade langsung manyun mendengarnya. Tapi ekspresinya berubah cepat saat dia melihat ada banyak sekali kapal-kapal dagang di sekitar tempat itu.

Dia penasaran Ayutthaya menjual barang-barang apa saja, yah? Dia cuma ingat kalau mereka menjual madu. Pasti ada barang lain yang jauh lebih mahal daripada itu. Tapi apa, yah?


Dalam flashback, sebenarnya dosennya pernah menjelaskan bahwa barang-barang yang diekspor oleh Ayutthaya pada masa itu adalah lada, beras, daging, gading gajah, gaharu, dan juga madu.

Tapi waktu itu Kade memang tidak bisa konsen mendengarkan dosen gara-gara Reung yang mengganggunya terus, makanya dia sekarang agak-agak lupa.


Penasaran, dia memutuskan menanyakan masalah itu ke Por Date. Tapi Por Date malah nyinyir, buat apa Kade mau tahu? Itu bukan urusannya!

"Aku ingin tahu. Aku melihat banyak sekali kapal dagang di sana."

"Sebenarnya, semua orang juga tahu. Kenapa kau tidak tahu?"

"Karena aku... aku... lupa. Hilang ingatan."

"Ingatan? Apa itu?"

"Aku lupa." Tegas Kade. "Barang paling mahal apa yang kita jual?"

"Ayutthaya memiliki kayu gaharu, kemenyan, minyak, gading gajah, sutra, dan makanan dari Sukhotai."

Ah, Kade mendadak ingat salah satu pelajaran sejarahnya tentang penemuan sebuah kapal dagang kuno yang tenggelam. Di mana di dalam kapal tenggelam itu, ditemukan berbagai macam barang ekspor persis seperti yang disebutkan Por Date.

"Betul, betul banget!" Seru Kade saking antusiasnya sampai tidak menyadari tatapan aneh Por Date padanya.


Setibanya di pasar itu, Kade agak kesulitan berdiri dan langsung mengulurkan tanganya, berharap Por Date akan membantunya. Tapi tidak, Por Date malah langsung ngeloyor meninggalkannya. LOL!

Untung saja duo pelayan sigap membantunya. Begitu Por Date pergi, Kade langsung semangat mengajak kedua pelayannya jalan-jalan.

 

Di pasar itu pula, ada seorang anak kecil yang tak sengaja menubruk kaki seorang farang. Seketika itu pula, suasana pasar mendadak tegang. Apalagi wajah si farang juga tampak tidak ramah. Mungkin mereka mengira kalau anak itu akan diapa-apakan oleh si farang.

Menyadari tatapan ketakutan semua orang padanya, si farang langsung membantu anak itu berdiri, membersihkan celananya, sebelum kemudian membiarkan si anak pergi.


Sementara Por Date sedang minum-minum dengan para kenalannya, Kade malah berlarian kesana-kemari saking antusiasnya ingin melihat orang Portugis. Kebetulan di sana, dia melihat dua orang farang yang sedang memberi perintah para pekerja mereka untuk memindahkan guci-guci.

Tiba-tiba ada seorang bapak (entah orang Arab atau India) yang bertubrukan dengan salah satu farang hingga kain yang dibawa si bapak terjatuh.

Bapak itu langsung marah-marah. Kedua farang tidak terima dan jadilah mereka bertiga ribut. Salah satu farang bahkan kurang ajar meludah sambil menyombong-nyombongkan diri mereka adalah pegawainya Luang Surasakon.

Mendengar nama itu, si bapak jadi ketakutan pada mereka dan mengalah, si farang pun langsung mengusir si bapak dengan kasar.


Kade tidak terima dengan sikap mereka dan langsung blak-blakan melabrak mereka. Mereka lah yang salah karena sudah menubruk si bapak. Dia bahkan tak gentar saat mereka berusaha mengintimidasinya dan dengan penuh keberanian mengejek mereka.

"Kalian lah yang menubruknya dan meludahinya juga. Itu menjijikkan. Bukan kalian yang seharusnya menyalahkannya, dialah yang seharusnya menyalahkan kalian!"

Pin cemas dan berusaha memperingatkan nonanya itu untuk berhenti. Tapi Kade tak peduli, pokoknya dia tidak suka dengan cara kasar mereka. Mereka itu petugas di negeri ini, apa mereka tidak malu mengganggu orang seperti ini?

Negeri ini mengizinkan orang asing datang kemari dan memberi mereka kebebasan untuk berdagang. Tapi membuli orang dan bersikap angkuh seperti ini, jelas tidak benar.


Kesal, si farang hampir saja menggampar Kade. Tapi tiba-tiba bos mereka datang dan langsung membentaknya. Dia adalah farang yang ditubruk anak kecil tadi, Constantine Phaulkon (Louis Scott).

"Anda siapa, Mae Ying?" Tanya Constantine.

Yam menjawabnya untuk Kade. "Mae Ying Karakade. Keponakan Direktur Jenderal Thun Ork Ya, guru besar Yang Mulia Raja. Tak ada seorang pun yang boleh mengusik Mae Ying."

Tepat saat itu juga, muncullah putri si bapak yang cantik dan seketika itu pula Constantine langsung tertarik padanya. Wanita itu memperkenalkan namanya adalah Maria, dan menuntut apa sebenarnya salah ayahnya.

Mungkin ketertarikannya pada Maria membuat Constantine memutuskan untuk menyudahi masalah ini. Tapi dia bersumpah bahwa dia tidak akan melupakan Kade, wanita bermulut tajam yang jauh lebih berani daripada pria.


"Kalau kau tidak akan lupa, maka ingatlah bahwa namaku adalah Kadesu... Karakade. Aku tidak takut."

Constantine langsung nyinyir menghina Kade dalam Bahasa Perancis. Dia kira Kade pasti tidak mengerti, tapi yang tidak disangkanya, Kade ternyata paham betul setiap kata yang lontarkannya. 

Kade tidak terima dan langsung balas mengejek Constantine dalam Bahasa Perancis juga. Constantine tersenyum sinis mendengarnya, tapi dia tidak mempermasalahkannya lebih jauh lalu pergi.


Maria berterima kasih pada Kade setelah para farang itu pergi lalu mengajak ayahnya pulang. Pin penasaran, Kade tadi ngomong apa ke para farang itu tadi?

Kade berbohong mengklaim kalau dia cuma ngomong ngawur. Sungguh. Buktinya tadi para farang itu tidak mengerti dan langsung pergi.

Bersambung ke part 5

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam