Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 2 - 3

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 2 - 3


Saat mereka masuk, mereka melihat Por Date hendak pergi. Kadesurang santai saja berdiri sejajar dengan Khun Ying lagi... dan langsung mundur selangkah begitu dipelototi Khun Ying Jumpa.

Berhubung Por Date mau keluar, sekalian saja Khun Ying memintanya untuk membawa Kadesurang ke pasar. Dia mau membeli beberapa barang untuk derma. Por Date sontak menatapnya dengan heran dan Kadesurang langsung tersenyum sangat manis padanya.

Senyuman manis Kadesurang sepertinya ampuh. Por Date sama sekali tidak menolak, tapi dia sedang sibuk sekarang dan baru punya waktu sebelum jam minum teh nanti.

"Kau dengar itu. Bersiaplah untuk pergi bersamanya sebelum jam minum teh nanti." Ujar Khun Ying.

Kadesurang senang banget mendengarnya. Dia bahkan menjawab Khun Ying dengan suara sok imut saking senangnya sambil melempar tatapan nakal ke Por Date.


Setelah Por Date pergi, dia langsung bersorak gaje yang jelas saja membuat semua orang menatapnya aneh dan tak suka. Maklum, itu kan sikap yang tidak anggun.

Kade lalu tanya ke Pin tentang jam berapakah tepatnya jam minum teh itu. Pin jelas bingung, masa dia tidak tahu?

"Lupa. Aku lupa. Jadi, kapan itu?"

"Siang, jao ka. Nona segeralah bersiap-siap."


Siang harinya saat Kadesurang sudah siap, Por Date masih juga belum datang. Dengan santainya dia melompat untuk melihat apakah Por Date sudah datang, tapi tetap saja dia tidak kelihatan.

"Sekarang sudah siang, kenapa si Meun itu masih belum datang juga?" Keluhnya sebal.

Duo pelayan heran mendengarnya menyebut Por Date dengan sebutan itu. "Kenapa nona memanggilnya begitu. Dia tunangan nona, jao ka."

"HAH?! APA?!!!" Jerit Kade sekeras-kerasnya... dia tidak sadar kalau Por Date sebenarnya sudah pulang dan mendengar suara teriakannya dari luar.


Kade langsung menyeret mereka untuk diinterogasi lebih lanjut. Mereka bilang apa tadi. "Aku... dan si Meun itu... tunangan?! Oiii! Mati aku! Yang benar?"

"Benar, jao ka. Ada apa, jao ka? Apa anda benar-benar lupa?"

"Tidak, aku tidak lupa... yang bener?"

Yam jadi bingung. "Nona bilang nona tidak lupa?"

"Aku tidak lupa. Aku cuma tanya untuk memastikan."

"Itu kebenaran yang sesungguhnya, jao ka." Ujar Pin.

"Dan sebentar lagi anda akan menikah, jao ka." timpal Yam.

"P', aku mau tanya. Apa kami bahkan saling mencintai satu sama lain?" Tanya Kade.

Kedua pelayan cuma diam. Tapi kalau memikirkan ekspresi Por Date setiap kali berhadapan dengannya, Kade bisa mengambil kesimpulan sendiri. Jelas tidak ada cinta di antara mereka.

 

Por Date masuk saat itu lalu memerintahkan Joi untuk menyiapkan 3 perahu. "Mae Ying akan ikut denganku." Ucapnya dengan wajah kesal lalu keluar mendahului mereka.

Kade langsung melompat-lompat saking antusiasnya. Tapi saat dia melompat melewati pintu, tiba-tiba saja Por Date sudah ada di hadapannya dan jadilah dia jatuh ke plukan Por Date dan membuat jarak wajah mereka jadi sangaaaat dekat. Hehee.

Mereka begitu larut dalam momen itu sampai-sampai Por Date tidak sadar kalau dia sedang menatap Kade sambil senyum.


Tapi kemudian dia menyadari ada para penonton yang sedang menatap mereka dan Por Date langsung mendorong Kade darinya. Ha! Dasar!

Untung saja duo pelayan sigap menangkap nona mereka. Por Date langsung balik ke mode juteknya, mengomeli Kade karena dia lompat-lompat, itu sikap yang tidak pantas bagi putri seorang Phraya.

"Aku takut terlambat. Kulihat P'Meun sudah turun tangga."

"Siapa yang akan melakukan itu?"

"Baik. Terima... kasih."

Ucapan terima kasihnya itu kontan membuat Por Date menatapnya dengan heran, mungkin karena selama ini dia tidak pernah mendengar Karakade mengucap terima kasih.

Tapi dia tidak memikirkannya lebih jauh dan segera memerintahkan para pelayan untuk menyiapkan perahu sekarang dan juga menyuruh Joi untuk mengambilkan kantong uangnya di meja.


Kade yang tidak pernah naik perahu, bingung bagaimana harus menaikinya. Dia bahkan senang bukan main saat akhirnya bisa menapakkan sebelah kakinya di perahu.

Tapi saat dia hendak mengangkat kaki satunya, dia malah kesandung dan oleng... tepat ke pangkuan Por Date dan lagi-lagi membuat wajah mereka jadi sangaaaat dekat. Semua pelayan sontak memalingkan muka.

Mereka tampak begitu larut dalam momen itu, Por Date bahkan tidak mendorongnya kali ini. Tapi kemudian Kade mesem geli seperti sedang menertawai Por Date yang jelas saja membuat Por Date malu.

Kade cepat-cepat menarik diri sambil meminta maaf. Kesal, Por Date langsung mengomeli para pelayannya dan menyuruh mereka untuk segera mendayung.

 

Sepanjang perjalanan, Kade benar-benar antusias melihat sekitarnya. Sungguh tak bisa dipercaya, dia benar-benar berada di kerajaan Ayutthaya pada masa pemerintahan Raja Narai.

Sejarah yang dulu hanya dia pelajari di universitas, sekarang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Benar-benar persis seperti yang ada dalam dokumentasi sejarah yang pernah dia baca.

"Reung, aku merindukanmu. Kau komplain kalau kau ingin melihat Ayutthata seperti yang pernah kita baca. Dan di sinilah aku sekarang. Ini benar-benar nyata." Batin Kade. Tapi dia penasaran ini sungai apa namanya?

"Sungai Chao Phraya." Jawab Por Date.

"Oh. Kalau begitu, Mae Nam Lopburi ada di sebelah sana!" Kata Kade antusias sambil menunjuk suatu arah.

"Kau tidak pernah ke sana. Bagaimana kau bisa tahu?" Heran Por Date.

"Aku mempelajarinya." Oops! Keceplosan. Err... maksudnya, ayahnya yang mengajarinya.


Saat mereka melewati beberapa nenek-nenek yang tampak sedang asyik bergosip sambil duduk petingkrangan (kaki naik ke atas meja), Kade sontak melongo kagum. Segalanya benar-benar sesuai dengan apa yang tertulis dalam sejarah. Di masa ini, saat wanita sudah tua, maka mereka akan bersikap lebih bebas dan cuek.


Di tengah jalan, Kade melihat ada seorang bule portugis lewat. Tapi yang paling menarik perhatiannya, adalah kuil Chai Wattanaram... tempat terakhirnya sebelum kecelakaan itu terjadi.

"Aku ada di sana pada hari terakhirku." Gumamnya lirih.

"Kau bilang apa?" Heran Por Date. Tapi Kade hanya menjawabnya dengan gelengan kepala, tak ingin menampakkan matanya yang berkaca-kaca pada Por Date.


Melupakan kesedihannya, Kade terus kepo tanya ini dan itu. Dan walaupun Por Date rada-rada ketus, dia tetap berbaik hati menjawab semua pertanyaan Kade. Saat mereka melewati sebuah kawasan padat penduduk, Kade penasaran itu apa?

"Bom Prakong Khun Lakorn Chai."

"Kong Khun Lakorn Chai? Sungai ini menuju ke Phranakorn."

"Benar. Melalui pintu keluar masuk di depan. Anak sungai ini merentang sampai ke sungai besar di sana."

"Kenapa ini dinamakan Kong Khun Lakorn Chai? Apa ada lakorn yang bisa ditonton?"

"Yah. Di sana ada pasar Cina. Ada kedai minuman keras, kedai teh, dan juga teater lakorn dan opera."

"Jadi ini tempatnya. Reung, ini nih tempat di Ayutthaya yang sangat ingin kau lihat. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri." Gumam Kade.

"Kau bilang apa?" Tanya Por Date.

Canggung, Kade cepat-cepat beralih topik menanyakan perahu-perahu besar yang ada di kejauhan.

Melihat Kade yang tampak begitu penasaran memperhatikan segala sesuatu di sekitarnya, Por Date dengan sabar memberitahunya tentang segala sesuatu yang mereka lewati. Mulai dari perahu-perahu besar di sekitar sana sampai rumah-rumah para Phraya (pejabat tinggi setara menteri) yang berjejer di sekitar sungai.


Setibanya di Pasar Kain Hutan Kuning, Por Date dengan manisnya mengulurkan tangan untuk membantu Kade turun. Tapi Kade malah sengaja usil mengacuhkannya lalu turun sendiri dari perahu sambil cekikikan. Por Date jelas sebal dibuatnya. Tapi dia penasaran kenapa Kade menganggap pasar ini aneh?

"Kenapa pasar ini disebut sebagai hutan?" Tanya Kade.

Karena hutan adalah tempat di mana banyak pepohonan berkumpul. Kade langsung mengedarkan pandangannya dan menyadari kalau di tempat itu memang banyak pepohonannya. Dia mengerti.

"Keren!" Kate keceplosan lagi yang jelas saja membuat Por Date langsung mempelototinya dengan curiga. Canggung, dia cepat-cepat melipir ke sebuah kios penjual kain.


Janward datang lagi membawakan karangan bunga melati untuk Khun Ying Jumpa sekaligus meminta Khun Ying Jumpa untuk meminjamkan dua pelayan terbaiknya ke rumah mereka untuk membantu persiapan sebuah acara.

Khun Ying Jumpa setuju tanpa ragu. Ia akan mengirim dua pelayannya hari ini. Janward berkata bahwa ayahnya juga mengundang Por Date, ayahnya ingin tanding catur lagi dengan Por Date.

"Dia akan datang kalau dia tidak sibuk."

"Lalu, kapan Khun P'Meun akan pulang? Saya ingin mengundangnya sendiri."

"Oh, dia membawa Ma Karakade ke pasar. Sudah cukup lama, sebentar lagi dia pasti kembali." Ujar Khun Ying Jumpa. Janward tampak jelas kecewa mendengarnya.


Di pasar, Kade memutuskan untuk membeli 3 bundel kain untuk diberikan pada biksu nantinya, tapi bibi penjual malah cuma menatapnya sambil melongo sampai Kade jadi canggung sendiri.

Melihat itu, Pin dan Yam langsung maju mengomeli si penjual. Bibi penjual tidak terima dengan hinaan pelayan rendahan seperti mereka dan jadilah ketiga wanita itu ribut berdebat.

Malas meladeni mereka, Bibi penjual berpaling kembali ke Kade sambil memuji-muji kecantikan Kade. Bukan cuma cantik wajah, cara bicaranya pun cantik.

"Apa dia istri anda, jao ka?" Tanya Bibi pada Por Date. Pfft!

Kade menyangkal. "Saya cuma numpang di rumahnya."


Por Date lalu membayar belanjaan Kade itu sebelum kemudian mengikuti Kade ke kios sebelah, sementara duo pelayan malah meneruskan perdebatan mereka dengan bibi penjual.

Kade tampak bingung melihat perdebatan mereka. Tapi saat dia menoleh, dia malah mendapati Por Date sedang memicingkan mata curiga padanya.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam