Sinopsis Memory Lost Season 2 Episode 5 - 1

Sinopsis Memory Lost Season 2 Episode 5 - 1



Saat polisi dan tim medis mengevakuasi semua orang dan menggotong mayat T, salah seorang suster kebelet dan langsung menjauh dari tim untuk buang air.


Tapi tiba-tiba saja seseorang misterius menghantamnya sampai pingsan lalu mencuri seragamnya dan maskernya. Orang itu menyelinap masuk kedalam ambulance yang membawa mayat lalu menyemprotkan obat bius.

Salah satu polisi yang tidak pakai masker langsung pingsan seketika. Sementara yang satu lagi keasyikan menatap keluar jendela sambil nyerocos tentang Si Bai yang bergabung dalam misi penyelamatan ini.


Tak sengaja ambulance bergoyang saat melewati lubang jalan. Polisi yang pingsan, langsung roboh. Karena cemas, si petugas melepas maskernya dan mencoba membangunkan polisi yang pingsan.

Saat itulah dia jadi ikutan menghirup obat biusnya. Menyadari orang mencurigakan yang duduk di hadapannya itu, si petugas berusaha menginformasikan si supir. Tapi wanita itu bergerak cepat menariknya kembali lalu menyuntik bius si supir.


Reaksi obatnya bekerja dengan cepat dan hal itu membuat mobil jadi melaju tak karuan hingga menabrak pohon. Wanita itu  buru-buru keluar dan melarikan diri tanpa menyadari adanya CCTV terdekat yang merekam segalanya.


Semua orang menunggu gelisah di ruang operasi. Xin Jia terburu-buru datang tak lama kemudian, mengklaim dirinya sebagai pacarnya Han Chen dan menanyakan keadaannya.

Dokter keluar tak lama kemudian dan memberitahu kalau Han Chen masih belum siuman. Itu sebenarnya wajar mengingat dia baru selesai dioperasi, tapi Xin Jai malah heboh sendiri mencaci dokter dan berniat mau memindahkan Han Chen ke rumah sakit lain saja.

Dokter jadi terpancing emosi dan mengingatkan Xin Jia bahwa kemanapun dia mau membawa si pasien pergi, hasilnya akan tetap sama saja. Saat dia tiba di sini tadi, dia kehilangan banyak darah, infeksi dan demam.

"Bahkan Iron Man pun akan sakit dalam kondisi seperti itu. Untunglah nyawanya tidak dalam bahaya. Kalau kau memindahkannya, itu hanya akan membuat lukanya terbuka lagi. RS kami tidak akan bertanggung jawab untuk itu."


Si Bai lalu gantian menanyakan kondisi pasien wanita. Dokter berkata kalau kondisi Jin Xi jauh lebih baik. Walaupun dia muntah darah, tapi organ dalamnya baik-baik saja dan mereka sudah menggunakan obat untuk menghentikan pendarahan internalnya. Dia akan baik-baik saja setelah  istirahat beberapa hari. Anehnya, saat Xin Jia melihat Si Bai, dia tampak gelisah.


Jin Xi dibawa keluar tak lama kemudian dan Si Bai langsung menemaninya. Melihat kecemasan Si Bai, Xiao Zhuan membisiki Lao Dao kalau perasaan Si Bai pada Jin Xi itu cinta sejati.

Lao Dao langsung mengomelinya kesal karena dia malah membicarakan masalah itu di saat seperti ini. Han Chen pun dibawa ke kamar rawat dengan ditemani Cold Face dan Xin Jia.


Han Chen bermimpi melihat seseorang yang mirip Jin Xi sedang mondar-mandir seperti sedang menunggu orang.

Dia hendak mendekat saat tiba-tiba sosok dirinya yang lebih muda muncul dari arah sebaliknya dan wanita itu langsung menghambur ke dalam plukannya.

"Setelah kau lulus, kita akan menikah." Ujar Han Chen muda.

"Dalam hidup ini, kau hanya boleh menikahiku seorang."

Han Chen langsung menghentikan seorang polisi yang lewat dan tanya siapa pria itu? Si polisi bilang dia Han Chen dan mereka pasangan yang terkenal di kepolisian.

"Apa kau menyukai gadis itu? Lebih baik kau menyerah saja sekarang. Kau tidak ada harapan." Kata si polisi.

 

Han Chen hendak mendekati mereka saat tiba-tiba perhatiannya teralih ke bayangan dirinya sendiri di kaca pigura. Saat dia menoleh kembali, kedua orang itu sudah tak ada.

Saat Han Chen hendak mencari mereka, Xin Jia mendadak muncul mencegahnya dan berkata kalau Han Chen tidak akan pernah bisa bersama wanita itu Sebelumnya tidak bisa, sekarang pun tidak akan bisa.


Saat Han Chen terbangun, dia mendengar Xin Jia di luar sedang ngamuk-ngamuk pada seorang suster gara-gara suster berniat mau menaruh Han Chen dan Jin Xi dalam satu ruangan.

Saat Xin Jia masuk kembali, Han Chen langsung pura-pura tidur. Saat Xin Jia membelai wajahnya, Han Chen langsung menggerakkan wajahnya tak nyaman.

"Kau memimpikannya lagi, bukan? Han Chen, kau tidak akan pernah bisa bersamanya. Kenapa kau tidak mengerti? Tak ada seorangpun di dunia ini yang akan mencintaimu lebih daripada aku. Mau yang pertama, kedua atau berapa kalipun, percuma saja. Kukasih tahu kau, kau dan dia... tidak akan pernah mungkin."


Di kantor polisi, semua orang rapat membahas kasus ini. Berdasarkan penyataan Luo Xia dan Sun Dian, tujuan utama T adalah membalaskan dendam Gu Ran dan menghukum para pembunuh berantai di gunung itu.

Tapi kalau begitu, apa tujuannya membunuh kelima korban yang sebelumnya? Seorang polisi menduga mungkin itu adalah strateginya. Membunuh ikan-ikan kecil dulu untuk mendapatkan ikan yang lebih besar.


Wen Long rasa tidak begitu. Karena kasus-kasus sebelumnya, media dan netizen mengikuti kasus T ini. Saat ini mereka belum mengungkap detil kasus ini. Tapi pastinya mereka harus melakukannya nanti. Dampak dari kasus ini, pasti akan langsung jadi bahan perbincangan di seluruh negeri.

Xiao Zhuan setuju dengannya. Jin Xi juga pernah bilang bahwa jika T sekedar ingin membunuh orang-orang itu, dia bisa melakukannya dengan mudah. Tapi tujuan utama T adalah untuk menarik perhatian publik.


Cold Face penasaran dengan ucapan T pada Han Chen waktu dia bilang kalau dia salah satu dari pembunuh berantai 5 tahun yang lalu. Kasus apa yang terjadi 5 tahun yang lalu itu?

Wen Long tak tahu mengingat 5 tahun yang lalu Han Chen tinggal di Kota Bei dan tidak semua kasus yang pernah ditanganinya, tertulis dalam resumenya.

Xiao Zhuan heran, kalau cuma Han Chen yang pernah berkelahi dengan T 5 tahun yang lalu, lalu kenapa T melibatkan Jin Xi juga?

5 tahun yang lalu, Jin Xi masihlah seorang murid di Akademi Kepolisian. Jadi tidak mungkin dia bekerja dalam sebuah kasus bersama Han Chen.


Seorang polisi datang melapor bahwa pusat informasi mereka sudah berhasil menemukan server email rahasia yang sering digunakan oleh T.

Mereka menemukan beberapa informasi dari situ dan dia sudah mengirimkan konten informasi itu pada semua orang.

Semua orang langsung mengecek email masing-masing dan mendapati laporan kalau T sering chatting dengan seorang rekannya yang bernama E. Dia pasti tahu banyak hal tentang T dan semua rencananya.

Lao Dao menduga kalau E juga pasti salah satu dari pembunuh berantai 5 tahun yang lalu. Xiao Zhuan cemas, orang-orang ini memakai alfabet sebagai nama panggilan mereka, alfabet sendiri berjumlah 26 huruf, apa mungkin ada 26 pembunuh?

Wen Long pun segera memerintahkan anak-anak buahnya untuk segera menemukan identitas E yang sebenarnya. Sementara itu, berita di TV menyiarkan tentang tertangkapnya si pembunuh berantai.


Lao Dao dan Cold Face kembali ke rumah sakit keesokan harinya dengan membawa bunga untuk menjenguk Han Chen dan mereka mendapati Xin Jia di depan kamar.

Saat seorang polwan menghampiri mereka,  Cold Face masuk duluan dan Lao Dao ngobrol dengan Polwan. Lao Dao menyuruhnya untuk istirahat saja karena dia sudah berjaga semalaman.

Tapi saat Polwan berniat memanggil polisi lain untuk menggantikannya, Lao Dao melarangnya soalnya orang yang mau dia panggil itu sudah sibuk menangani kasus ambulance yang membawa mayat.

Xin Jia tampak agak aneh mendengar itu. Dengan hati-hati dia bertanya apakah ada pembunuh berantai lain yang kabur?

Lao Dao menyangkal dan memberitahu kalau kemarin ambulance yang membawa mayat tersangka mengalami kecelakaan. Untunglah tak ada seorang pun yang mati. Dokter forensik yang hilang juga sudah ditemukan.

"Apa ada CCTV di TKP?" Tanya Polwan.

Lao Dao berkata ada, CCTV terdekat merekam segalanya dan sekarang sedang diselidiki. Mereka pasti akan punya petunjuk sebentar lagi. Xin Jia diam saja tapi dia tampak gelisah mendengar semua informasi itu. Dia lalu buru-buru pamit pergi.

 

Saat Lao Dao masuk kamar, dia malah mendapati Cold Face sedang memluk erat Han Chen. Pfft!

Lao Dao sudah mau menolongnya, tapi Cold Face bilang kalau Han Chen mau pergi. Mendengar itu, Lao Dao langsung ikutan menindih Han Chen.


Baru saat Han Chen berteriak kesakitan, mereka melepaskan tindihan mereka. Han Chen ngotot turun dari ranjangnya dan melepaskan semua peralatan medis yang terhubung ke tbuhnya lalu menuntut mereka untuk membawanya menemui Jin Xi.

"Hah?"

"Bawa aku menemui Bai Jin Xi," geram Han Chen.

Lao Dao dan Cold Face saling berpandangan mengerti "Dia mencemaskan BaiBai. Ayolah."


Jin Xi terbangun dan mendapati Si Bai sedang menjaganya. Dia terbatuk-batuk yang langsung membuat Si Bai terbangun. Dia langsung menyuapi Jin Xi air dan membantu menaikkan ranjangnya.

Tapi Jin Xi langsung teringat pada Han Chen, bagaimana keadaan Han Chen? Si Bai  begitu marah mendengar nama itu disebut dan langsung membanting gelasnya. Jin Xi sampai heran melihatnya marah.

"Bai Jin Xi, aku tidak peduli ke mana yang lain. Aku hanya tahu kemarin kau tak sadarkan diri saat kau dibawa dengan helikopter."

Dia mau pergi. Tapi Jin Xi mencegahnya. Dia mengerti kalau Si Bai marah karena mencemaskannya. Tapi dia menjelaskan kalau ini misi darurat dan tak ada seorangpun yang berpikir akan terluka. Dia janji akan lebih berhati-hati di masa depan nanti.

Si Bai duduk kembali dan sambil menggenggam tangan Jin Xi, dia meminta Jin Xi berjanji untuk tidak terluka lagi. Jin Xi mengiyakannya. Dia berjanji akan berusaha biar tidak terlalu sering terluka.


Xiao Zhuan datang tak lama kemudian dengan membawakan bubur. Dia sungguh lega melihat Jin Xi sudah sadar. Jin Xi tak sadarkan diri sehari semalam, dia pasti lapar. Ini, makanlah.

"Aku tak sadarkan diri selama itu? Lalu di mana Han Chen? Bagaimana kondisinya?"

Saat Xiao Zhuan bilang kalau luka Han Chen lebih serius daripada Jin Xi, Jin Xi sontak panik mau turun dari ranjangnya untuk mencari Han Chen.


Si Bai mencegahnya dan mengingatkan Jin Xi akan janjinya barusan. Dia masih belum sembuh. Jin Xi ngotot kalau dia sudah baikan, dia akan kembali setelah melihat Han Chen. Si Bai terus berusaha mencegahnya.

Tapi tepat saat itu juga, Han Chen datang terpincang-pincang. Tapi begitu melihat Han Chen datang, Jin Xi mendadak ngambek dan menyuruh Xiao Zhuan untuk mengusir Han Chen.

"Siapa yang ingin kau usir?" Tanya Han Chen.

"Kau."

"Baiklah. Beri aku alasan?"


Alih-alih memberi jawaban, Jin Xi meminta Si Bai untuk mengusir orang ini dengan alasan dia mau istirahat. Si Bai dengan sengaja mengusap kepala Jin Xi lalu dengan senang hati mengusir Han Chen.

Kesal, Han Chen melempar tatapan benci padanya. Tapi terpaksa dia harus keluar. Si Bai tiba-tiba meminta yang lain menemani Jin Xi karena dia mau bicara dengan Han Chen.


Berduaan di koridor, Si Bai memperingatkan Han Chen untuk tidak menganggu Jin Xi lagi. Han Chen sinis mengingatkan Si Bai bahwa walaupun dia mengganggu Jin Xi, tapi itu adalah urusan di antara mereka berdua. Apa urusannya dengan Si Bai?

"Jalan salah paham, aku tidak sedikitpun tertarik padamu. Tapi segala sesuatu yang berkaitan dengan Jin Xi, itu urusanku. Jika kau terus mengganggunya, aku akan..."

"Kau mau apa? Bahkan sejak aku kecil, aku tidak pernah tunduk pada ancaman. Kau mengancamku. Memangnya apa hakmu membicarakan tentang dirinya padaku? Kau punya hak apa untuk memberiku pelajaran?"


"Kau membuat Jin Xi terluka, itu membuatku berhak untuk memberimu pelajaran. Kau membuatnya terluka parah, beginikah caramu melindunginya?"

"Mau berkelahi? Aku tidak pernah kalah sebelumnya?"

"Sama. Aku juga!"

 

Karena Si Bai tidak balik-balik, Xiao Zhuan jadi cemas. Dia mau keluar untuk mengecek siapa tahu kedua pria itu berkelahi.

Tapi Cold Face dan Jin Xi melarangnya. Jin Xi yakin mereka tidak mungkin bertengkar. Han Chen mungkin suka bikin perkara, tapi Si Bai tidak.

"Kalau mereka sampai berkelahi, aku akan telan bola lampu." Sumpah Jin Xi.

Pwahahaha! Dia nggak tahu kalau kedua cowok itu malah sedang berkelahi sengit di bawah dan kelihatan banget dari jendela. Para cowok melihatnya tapi syukurlah Jin Xi tidak.


Heran melihat tatapan mereka, Jin Xi berniat melihat apa yang mereka lihat. Lao Dao sontak menjeritkan namanya sebelum Jin Xi sempat menoleh ke jendela.

Jadilah ketiga pria itu berdiri di depan jendela, berusaha menutupi pandangan Jin Xi sekaligus menonton perkelahian itu.

Tingkah mereka jelas aneh dan membuat Jin Xi jadi semakin penasaran. Dia mencoba  melihat, tapi Lao Dao terus menerus menghalanginya.

Saat Jin Xi menyingkirkannya, kedua pria itu sudah menghilang dari sudut pandang Jin Xi, Cold Face dan Xiao Zhuan pun berakting seolah mereka cuma sedang menikmati sinar mentari.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam